Mohon tunggu...
Dean Ridone
Dean Ridone Mohon Tunggu... Administrasi - Saya Hanya orang Biasa

lesung pipit

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Para Penembak Charlie Hebdo Tak Ada Bedanya Dengan Jokowi dan…

11 Januari 2015   17:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:22 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sudah keempat kalinya, saya menuliskan topik berkaitan dengan penembakan Charlie Hebdo. Ada segelintir berkomentar pedas terkait artikel saya dimana intinya saya dituduh sebagai salah satu penulis dari sekian penulis kompasiana yang cenderung memihak para penembak Charlie Hebdo.
Perlu saya jelaskan, bahwa saya tidak memihak siapa pun. Penembak Charlie Hebdo dimata hukum alam tetap salah, karena yang berhak menghilangkan nyawa manusia adalah Tuhan. Tetapi hukum Tuhan bisa hidup dan berdiri bila ada dukungan dari hukum  Tuhan yang sudah menjadi wahyu untuk para nabi dan rosulnya. Hukum Tuhan yang dimaksud, kalau dalam Islam adalah Al-Qur'an dan simbol-simbolnya. Pun demikian berlaku dengan agama yang lainnya.
Ketika wahyu sudah diselewengkan dan dihina-hina. Tuhan pun murka, karena penghinaan tersebut merusak legitimasi harmonisasi keberagaman suku bangsa dan agama. Dalam Al-Qur'an disebutkan pada salah satu ayatnya berbunyi,"Aku ciptakan manusia berbeda-beda suku dan bangsa untuk saling mengenal" Agama memang tidak disebutkan di ayat tersebut, karena pada akhirnya Agama sudah merekat menjadi bagian dari bangsa.
Tindakan Charlie Hebdo sudah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan negara yang ada pada wahyu. Kemurkaan Tuhan kepada Charlie Hebdo didengar oleh hampir semua orang, tidak hanya Islam tetapi orang diluar Islam. Mayoritas mereka hanya bisa ngedumel dalam hati. Lalu dari sekian yang ngedumel, ada yang keluar dengan melakukan aksinya. Terjadilah penembakan tersebut.
Suara sumbang digelontorkan dari mulut pembela Charlie Hebdo,"kalau cuma menghina, kenapa harus dibunuh". Bukankah apa yang dilakukan Charlie Hebdo sudah berbau fitnah. Apakah dibolehkan orang fitnah dibolehkan terus-menerus, sementara hukum Prancis tunduk pada hukum Atheis. Agama lain boleh terima, tetapi tidak bagi Islam.
Kalau saja para pembela Charlie Hebdo mengaitkan masalah pembunuhan dengan hak asasi manusia, dengan berdalih pada hukum positip Tuhan, bahwa yang  berhak melenyapkan nyawa manusia adalah Tuhan. Lalu kalau itu yang menjadi alasan apa bedanya dengan Jokowi dan presiden sebelumnya.
Jokowi hampir mirip dengan para penembak Charlie Hebdo. Secara tidak langsung Jokowi bisa dianggap bertanggung jawab terlibat pembunuhan bilamana Jokowi masih memberlakukan hukuman mati bagi para pelaku Narkoba, kalau berkaca pada hukum positip Tuhan.
Tapi karena masih ada wahyu, tentu Jokowi tidak bisa disalahkan karena berpegang pada aturan kausalitas dimana para pelaku narkoba sudah merusak bangsa dan telah menimbulkan korban yang jiwa. Bukankah itu juga yang dijadikan alasan para penembak Charlie Hebdo. Charlie Hebdo mati dibunuh karena telah merusak merusak akidah agama orang lain.
Jadi kalau cuma bicara pantas atau tidak pantas, baik para penembak Charlie Hebdo maupun Jokowi dan presiden sebelumnya tidak ada bedanya? Terima kasih.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun