Ada tren baru nih di China namanya perawat basah. Perawat ini dipekerjakan bukan untuk merawat orang atau membantu orang sakit, melaikan untuk menyusui. Lebih hebatnya lagi yang disusui itu bukan balita, melaiankan orang yang sudah dewasa, hehehe enak yah. Perempuan yang dipekerjakanpun masih muda-muda, tinggal pilih saja mana yang kamu suka dan bayar sesuai denga kesepakatan.
Tren ini menjadi cukup populer, sehingga perusahaan Xinxinyu Household Service Company yang berbasis di Guangdong, China, mengumumkan bahwa strategi promosi yang berkembang dari bayi sampai dewasa.
"Klien dapat memilih untuk mengonsumsi ASI langsung dengan cara menyusui (dari payudara), tapi mereka selalu bisa minum ASI perah yang dipompa jika mereka merasa tidak nyaman," jelas Lin Jun, manajer Xinxinyu kepada media lokal, seperti dilansirIBTimes,Rabu (3/7/2013). Seperti dilansir dari detikcom.
Ada-ada aja yah kelakuannya orang diluar sana, kalau lagi nyusui apa gak kebablasan tuh ngerembet ke yang lainnya. Kalau menyusui balita sih gak ada masalah karena belum punya pikiran untuk melakukan yang lebih. Ini kan sama yang gede, liat paha seliweran didepan muka ajah udah pada mikirin yang nggak-nggak apa lagi sampai disusui yah.hehhehe tergantung orang juga sih.
Biasanya ini dilakukan oleh orang kaya yang memiliki tekanan dalam pekerjaan atau yang memiliki kesehatan yang buruk. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 16-32 juta.
"Mengonsumsi ASI (untuk orang dewasa) cukup populer di lingkungan sosial saya. Menghabiskan 10.000-20.000 yuan (sekitar Rp 16-32 juta) untuk mempekerjakan seorang 'perawat basah' bukan hal yang aneh," tutur seorang klien yang tidak ingin disebutkan namanya. Seperti yang dilansir oleh detikcom.
Bagi anda yang mau coba silahkan ke negeri tirai bamboo dulu yah, kalo di Indonesia belum ada kayanya. Kalau ASInya gak keluar sih kayanya banyak. Tapi kalau ASInya sampai keluar biasanya masih rebutan sama anaknya hehehe.
ridlo
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI