Mohon tunggu...
Ridhwan EY Kulainiy
Ridhwan EY Kulainiy Mohon Tunggu... Human Resources - Hidup untuk berpengetahuan, bukan berdiam diri dalam ketidaktahuan oranglain

Hidup untuk menjadi berpengetahuan, bukan untuk berdiam diri dalam ketidak tahuan oranglain. wordpress : https://www.kulaniy.wordpress.com facebook : @ridwan.komando21 Fanspage : @kulaniy.komando twitter : @kulaniy1708 Instagram : @ridhwans_journal Whatsapp dan Gopay : 082113839443

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kaidah Epistemologi dalam Filsafat

29 Januari 2021   17:32 Diperbarui: 29 Januari 2021   17:42 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Manusia adalah bagian dari alam, tapi dengan kondisi tertentu sebagaimana yg disebutkan dalam Kitab Suci bahwa manusia merupakan Khalifah di muka bumi. Dimana Khalifah yang dimaksud bukan hanya sekedar manusia yang mampu memimpin manusia lainnya atau menjadi sekedar pemimpin dalam suatu kelompok bahkan negara. Melainkan mampu memahami, mengontrol dan dalam bahasa tertentu berdisuksi dengan alam.

Kata 'alam' merupakan serapan dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 huruf Hija'iyyah yaitu 'ain-lam-mim. Di sisi lain ada kata 'ilmu' yang juga merupakan serapan dari bahasa Arab yang terdiri dari 3 huruf yang sama yaitu 'ain-lam-mim. 

Dalam kaidah bahasa Arab, dua kata atau lebih yang memiliki struktur huruf yang sama dapat ditinjau memiliki keterhubungan khusus satu antara lainnya. Begitupun dengan ilmu dan alam. 

Bahwa ilmu merupakan sebuah hasil dari serapan kesadaran manusia terhadap alam ini -termasuk manusia itu sendiri sebagai bagian dari alam.- melalui tiga cara. Hal ini dalam Ilmu Filsafat disebut sebagai kaidah atau alat-alat Epistemologi.

Pertama, melalui indera. Manusia paling banyak mencerap pengetahuan melalui indera, sebab indera merupakan bagian paling kasar dan paling dasar. Dengan indera tersebut manusia berinteraksi, memberi dan mendapatkan stimulan dari sekelilingnya. Dimana indera mencerap berbagai realita yang terstruktur, tersusun dan memiliki dimensi yang terbatas. 

Seperti saat kita membaca tulisan ini, merupakan sebuah tahap pencerapan pengetahuan melalui indera pengelihatan. Atau seperti saat kita melihat handphone yang kita pegang saat ini yang merupakan hasil pengerucutan pengetahuan menjadi sebuah media yang mempermudah kita melakukan berbagai hal. 

Kita menyebutnya sebagai smartphone. Misal, handphone kita bermerk tertentu dengan bentuk persegi panjang bersudut melingkar (dimensi), dengan warna putih atau hitam dan memancarkan cahaya (pengelihatan), dengan rasa tawar atau sedikit asin karena keringat dari tangan kita (pengecap), memiliki suara yang unik (pendengaran), beraroma plastik yang bercampur dengan aroma keringat di tangan kita (penciuman), juga memiliki suhu yang agak sedikit hangat (peraba). Ini adalah tahap pencerapan pengetahuan yang kita dapatkan dari indera kita. 

Dan semua itu terjadi secara konstan dan sangat cepat. Jauh lebih singkat dari tulisan yang saya ketik disini. Atau seperti 100ml air yang secara kandungan merupakan HO, dimana ini adalah struktur terpenting dan utama dari air. Ketika kandungan atau strukturnya berubah maka benda tersebut bukan lagi kita sebut sebagai air, biasanya tergantung kepada jenis apakah kandungan baru tersebut. 

Semisal kita memasukkan ke dalam 100ml air tadi sebuah kantung teh celup, maka HO tadi akan terkontaminasi oleh kandungan teh yang bernama  theaflavin, kafein, katekin dan lainnya hingga merubah struktur dari H0.

Kedua, melalui imajinasi. Imajinasi adalah alam atau dimensi dimana segala sesuatunya bercampur, disebut juga alam kebercampuran. Dengan imajinasi ini manusia mampu menyimpan dan merefleksikan ulang suatu gambaran yang ia dapat dari alam materi. Perbedaan alam materi dengan alam imajinasi terletak pada bobot atau berat massa. Di alam materi segala sesuatunya wujud dan memiliki bobot, sementara alam imajinasi tidak terpengaruh itu. 

Kita bisa membayangkan dalam imajinasi, selembar uang Rp. 100.000,-. Sudah munculkan itu dalam imajinasi kalian? Jika sudah, coba lipat gandakan menjadi 10 lembar, lalu 100 lembar, 1.000 dan seterusnya. Atau coba kita bayangkan seekor jerapah yang memiliki warna garis hitam putih seperti zebra, memiliki telinga seperti gajah dengan kulit yang bersisik seperti ular atau ikan. Bisa..? Pasti bisa, itulah kenapa alam imajinasi disebut sebagai alam kebercampuran. 

Setiap orang dapat menggunakan alam imajinasinya untuk menyimpan gambaran. Tapi tahukah kamu, bahwa alam imajinasi ini agak sedikit unik. Dimana letak keunikannya...? Uniknya alam imajinasi ini memiliki teritori yang kita sendiri tanpa sadar membuatnya. Lalu apa yang ada di balik batas imajinasi kita? Yaitu, alam imajinasi orang lain yang tentunya orang lain memiliki teritori alam imajinasinya tersendiri. 

Dalam kondisi tertentu kita bisa mengakses atau masuk ke dalam alam imajinasi orang lain. Bagaimana bisa..? Tentu kita semua sudah tidak aneh terhadap acara sulap di televisi atau bahkan mengenal beberapa pesulap di antaranya yang menyebut diri mereka sebagai "Menthalist". Atau sebuah atraksi sulap yang menampilkan seorang pesulap mampu membaca angka yang ada dalam pikiran (imajinasi) seorang audience...? Bagaimana si pesulap melakukan itu? Itu adalah keunikan alam imajinasi.

Ketiga, adalah melalui akal manusia. Alam akal ini adalah alam pemikiran yang sangat jauh lebih rumit dari pada alam imajinasi manusia. Rumit karena manusia secara umum menurut sebuah penelitian hanya menggunakan 0,2% kemampuan akalnya, maksimal ada yang mampu menggunakannya sampai pada 2,7% kemampuan akalnya. Hal ini bisa disebabkan banyak faktor, tapi terutama adalah karena kemelekatan manusia dengan alam materi yang jiwanya selalu terfokus pada sisi materi dalam dirinya saja dan juga dikarenakan ketidak mampuan manusia dalam mengendalikan alam imajinasi mereka. 

Alam imajinasi yang tak terkendali akhirnya menyibukkan akal kita dari melihat realitas-realitas pengetahuan universal secara riil. Sehingga manusia tidak mampu menggunakan 97,3% kemampuan akalnya yang tersisa. Alam akal disebut juga sebagai alam pengetahuan dan pengalaman. Seperti pengalaman dan pengetahuan kita mengenai rasa manisnya gula, buah anggur dan cinta, ehh... Siapa yang bisa menjelaskan bagaimana itu rasa manis...? Atau bisakah kalian menjelaskan apa wujud ilmu pengetahuan dalam akal manusia dan apakah semakin banyak ilmu maka akan semakin besar juga bobot serta masanya...? Dan seterusnya...

Alam akal adalah alam dimana manusia menampung segala pengetahuan dan pengalamannya, yang dengan keduanya itu manusia menggunakannya sebagai pelajaran atau bekal dalam menjalani kehidupan.

Sampai sini, kita sudah mengenal tiga jalan atau cara manusia dalam memperoleh pengetahuan. Sedikitnya kita juga telah mengetahui potensi dan kemampuan ke semuanya, serta kelemahan dan kecenderungan-kecenderungannya. Dalam filsafat timur, biasanya dibahas juga peran wahyu sebagai alat atau media epistemologi. Tapi disini saya belum ingin membahasnya, mudah-mudahan di lain kesempatan kita bisa membahasnya bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun