Mohon tunggu...
Ridho Putranto
Ridho Putranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembelajar

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agenda Intelektualisme HMI di Abad 21 (Refleksi 77 Tahun Himpunan Mahasiswa Islam)

4 Februari 2024   23:54 Diperbarui: 4 Februari 2024   23:58 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi

Framing kaum intelek tak bisa terlepaskan dari aspek historisitas. Orisinalitas intelektual, terkhususnya bagi para kaum muda memaparkan begitu panjangnya arus dinamika sosial dan politik, yang membuat kultur intelektualisme senantiasa bertautan dengan konteks ruang dan waktu.Di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 memperlihatkan kepada kita terkait kolonialisme dan imperialisme yang mendapatkan perlawanan sengit dari pemikiran-pemikiran nasionalistik, baik itu sekular maupun agamais yang menorehkan tinta sejarah di dalam buku-buku sejarah yang dipelajari.
Lebih dari itu, bukan tentang cerita sejarah yang dibuat akan tetapi lebih kepada esensi dari perjuangan itu sendiri, yang menunjukkan betapa semangatnya para pendiri bangsa kita dalam meraih kemerdekaan. Cita-cita yang menjadi impian dari para luhur bangsa ini yang spiritnya akan selalu menjadi api yang bagaikan penerang di tengah gelapnya malam.

Di tahun 1928, kita menyaksikan para pemuda yang disemangati oleh rasa persatuan dan persaudaraan yang menggugah jiwa nasionalisme sehingga melahirkan apa yang saat ini kita sebut sebagai sumpah pemuda menjadi sebuah langkah awal dalam menggagas konsep-konsep dasar akan kenegaraan.

17 tahun kemudian, konsep dasar tersebut benar-benar direalisasikan secara nyata dalam wujud philosophie groundslag yang hari ini kita maknai sebagai way of life bagi bangsa Indonesia, yakni Pancasila. Nilai-nilai itulah yang membuat sehingga para founding father kita memproklamirkan dirinya sebagai satu negara, yakni negara Indonesia.


Setelah para founding father kita menyatakan kemerdekaannya, bangsa ini mengalami pergolakan. Para sekutu yang tak mau melepaskan wilayah jajahannya kembali ingin menguasai bangsa ini. Tentu, perjuangan ini belumlah sampai pada titik puncak.

Di tengah pergulatan dengan para kaum penjajah, tepat 18 bulan setelah proklamasi dikumandangkan, lahirlah sebuah organisasi yang bertujuan untuk membina kualitas intelegensia muslim berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

HMI yang didirikan pada tanggal 5 Februari 1947 tidaklah berdiri karena suatu kebetulan, melainkan ada anteseden yang menjadi penyebab mengapa Lafran Pane beserta ke-14 kawannya di Sekolah Tinggi Islam (STI) atau sekarang UII mendirikan salah satu organisasi mahasiswa islam tertua di Indonesia ini. Komitmen awal berdirinya HMI yakni untuk mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan mengembangkan ajaran agama Islam yang menjadi satu sebagai nada perjuangan bagi para kader HMI saat itu.

Dua komitmen awal itulah yang kemudian menjadi agenda intelektual bagi para kader HMI pada fase awal berdirinya ketika bangsa yang baru merdeka ini mengalami pergolakan. Fase ini berlanjut ketika memasuki dekade 1960'an. Namun, pada fase ini HMI tidak lagi terlibat konfrontasi dengan para penjajah, melainkan dengan organisasi Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), underbouw gerakan mahasiswa dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Selain itu, HMI juga turut memberikan kontribusi terhadap berbagai perubahan sosial politik menjelang runtuhnya orde baru di dekade 90'an. Dari perspektif kesejarahan ini kita dapat melihat bahwa HMI memiliki peran secara aktif dalam dinamika konteks sosial dan politik yang terjadi di Indonesia.

Eksistensi HMI Di Tengah Pergulatan Zaman Modern

Di abad 21 ini, tantangan dunia yang dihadapi semakin lebih kompleks akibat adanya keterbukaan arus informasi sebagai dampak dari peran globalisasi yang semakin menguat. Komplekstisitas dari zaman ini menuntut adanya adaptasi dari para kader himpunan agar senantiasa aktif dan memberi sumbangsih nyata sebagai kader umat dan kader bangsa.

Tentu, dalam mewujudkan cita-cita ini diperlukan adanya usaha nyata yang salah satunya ialah bagaimana mampu mereformasi berbagai agenda intelektualitas agar bagaimana untuk mampu menghadapi dinamika zaman.

Kondisi sosial politik yang terjadi saat ini sangat fluktuatif dan tak mampu diprediksi secara tepat. Perubahan ini membawa sesuatu yang baru atau mereformasi sesuatu yang lama. Sehingga, perubahan yang di tengah kehidupan sosial terjadi secara multidimensional yang melintasi berbagai sektor kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun