Mohon tunggu...
Rizky Ridho
Rizky Ridho Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Nama saya Rizky Ridho Pratomo, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta. Insyaallah menjadi penulis , peneliti, pembuat kebijakan, pengajar, dan penasehat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Teknologi dan Masa Depan

10 Desember 2018   01:04 Diperbarui: 10 Desember 2018   01:40 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dunia saat ini sedang mempersiapkan panggung Revolusi Industri 4.0 dimana pada nantinya peran teknologi dalam industri semakin besar. Hal ini wajar mengingat kita ingin tempat yang kita diami ini menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Oleh karenanya, inovasi terus dilakukan agar dapat menjawab tantangan tersebut. Mulai dari revolusi yang paling pertama dengan ditemukannya mesin uap sampai yang ketiga yakni eksistensi computer, ktia semua telah merasakan dampaknya: kemudahan komunikasi dan perolehan informasi, efektivitas kerja dan efisiensi biaya. Dalam perkembangan sekarang, para ilmuwan di berbagai negara terus melakukan inovasi-inovasi.

            Di Cina, seorang profesor dari Universias Shenzhen yang bernama He Jiankui berhasil "membuat" bayi dari hasil rekayasa genetika. Walaupun percobaan ini kontroversial atas dasar pertimbangan etika dan prosedural, kemajuan ini tidak bisa kita sangkal bahwa akan ada saatnya percobaan ini menjadi praktek yang lumrah dalam masa depan. NVidia telah mengembangkan sebuah game yang prosesnya melibatkan kecerdasan buatan agar gamenya terlihat lebih nyata. Dalam ranah hiburan dan permainan, mungkin kita mendambakan permainan ideal seperti dalam anime Sword Art Online yang menggunakan teknologi tingkat tinggi untuk menanamkan kesadaran pemain dalam suatu permainan. Jepang terus mengembangkan teknologi mereka bahkan Jepang jauh lebih visioner karena mereka telah menyiapkan roadmap revolusi industri 5.0. Transportasi juga semakin maju dengan adanya mobil listrik

            Sebelum revolusi industri 4.0, hidup kita pun terasa dimudahkan dengan inovasi teknologi yang dilakukan oleh ilmuwan. Adanya komputer, smartphone, internet mempermudah masyarakat dunia dalam mencari informasi, menyebarkan pemikiran mereka, serta yang paling penting komunikasi. Inilah yang disebut globalisasi: semuanya terkoneksi. Konsekuensi perkembangan teknologi yang cepat dan masif ini dalam bidang ekonomi adalah munculnya platform digital ataupun pasar online baik yang menjual produk ataupun jasa. Contoh konkritnya sedang kita nikmati juga: Tokopedia, Amazon, Bukalapak dan Gojek. Akibatnya muncul istilah teknologi finansial. Cryptocurrency juga menjadi salah satu efek dari perkembangan teknologi masa kini dimana sudah mulai banyak transaksi mata uang digital.

            Lalu muncul sebuah pertanyaan, dunia seperti apa yang akan diciptakan teknologi? Melihat dari perkembangan yang terjadi, sudah pasti dunia akan didominasi dengan penggunaan teknologi. Tapi seberapa besar pengaruhnya bagi manusia dan bagaimana pola interaksi yang terjadi? Apakah nantinya kita akan menambahkan kecerdasan buatan dalam daftar penghuni sistem sosial masyarakat? Tentu ini sangat menarik. Tapi saya ingin berangkat dari argumen dari buku Homo Deus karya Yuval Noah Harari.

            Dalam bukunya, beliau mengatakan bahwa agenda manusia bukanlah berkisar pada wabah, kemiskinan ataupun perang. Dapat dikatakan bahwa masalah itu hampir selesai meskipun masih ada beberapa juta orang yang masih mengalami kemiskinan dan penyakit. Tetapi, satu hal yang pasti adalah ketiadaan perang. Kita harus berterima kasih terhadap Perjanjian non-ploriferasi yang menekan penggunaan dan produksi nuklir sebuah negara. Bom atom Hiroshima dan Nagasaki dapat menjadi gambaran tentang betapa dahsyatnya sebuah bom berdaya ledak nuklir. Lalu selepas itu, manusia harus mencari tujuan lain, apa tujuannya? Ada tiga agenda manusia pada masa depan nanti: Kebahagiaan, imortalitas dan kekuasaan layaknya Tuhan. 

Dua agenda terakhir mungkin kontroversial dan bahkan menyalahi hukum yang sudah ada bahkan berpotensi memunculkan perdebatan yang sengit antara kalangan ilmuwan dengan pemuka agama. Tetapi, kalau kalian memikirkannya kembali, untuk apa ilmuwan menciptakan metode rekayasa genetika jika kita bisa merekayasa DNA dan membuat DNA baru sesuka hati kita? Agak jauh memang ketika memikirkan itu, tetapi probabilitas untuk mencapai tahap itu besar. Ketika kita bisa merekayasa DNA kita, bayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai. Apa yang dilakukan oleh Profesor He Jiankui mungkin kontroversial hari ini tapi akan digandrungi dalam masa depan nanti. Kita bisa menghilangkan DNA kita yang tersimpan penyakit dan merekayasanya dengan yang baru. Bukan tidak mungkin ketiadaan penyakit ini membuat kita dapat berumur lebih panjang. Terlebih, para ilmuwan juga sedang meneliti tentang "kematian".

            Meningkatnya pengembangan tentang kecerdasan buatan (robot) untuk menggantikan manusia akan berkembang pesat dalam beberapa tahun mendatang. Kita yang selalu ingin kemudahan di segala aspek mungkin memang berkeinginan untuk menciptakan kecerdasan buatan (robot) yang mampu melakukan segala aktivitas yang dilakukan manusia. Bukan tidak mungkin jika nantinya kecerdasan buatan akan masuk ke dalam sistem sosial. Banyak film yang telah menggambarkan itu: Contohnya adalah Ghost in Shell yang menggambarkan bahwa dalam sistem sosial masyarakat kecerdasan buatan (robot) telah menjadi bagian dari sistem sosial masyarakat. Apakah kalian bisa menyalahkan film yang menyajikan prediksi dunia di masa depan?

            Bagaimana manusia dapat mencapai tiga agenda itu? Teknologi dapat menjadi jawaban yang paling masuk akal dan konkrit. Dengan adanya banyak riset, teknologi dapat menjadi solusi dan bahkan dapat membantu kita mendapatkan kekuasaan layaknya Tuhan. Kebahagian bisa didapatkan dan hidup lebih lama mencapai ratusan tahun bukan menjadi angan-angan belaka. Meskipun angan-angan tentang imortalitas sangat mustahil untuk dilakukan, tetapi memperpanjang umur manusia bukan lagi sebuah mimpi.

            Namun, muncul pertanyaan di benak, apakah kita menjadi pengguna teknologi atau manusia menjadi dibudakkan oleh teknologi? Kita memang menjadi pengguna setia teknologi, bahkan saya mengetik inipun tidak lepas dari peran teknologi. Namun, semakin kita terintegrasi dengan teknologi, kitapun menjadi ketergantungan terhadap itu. Bukankah sekarang kita mulai resah ketika tidak ada ponsel pintar dan laptop? Mungkin banyak yang akan berargumen, wajar kalau panik karena ponsel pintar untuk komunikasi dan laptop untuk mengerjakan tugas kuliah maupun kantor, tapi bukankah itu justru menjadi bukti bahwa kita semakin bergantung terhadap teknologi bahkan mulai terlalu bergantung? Mungkin masa depan kita akan seperti itu, dimana kita semakin bergantung pada teknologi, bukan lagi teknologi bergantung pada manusia dalam operasionalnya. Apalagi sekarang mulai beranjak ke era otomatisasi.

            Prospek tersebut memang sangat menyeramkan, tetapi itu hanyalah prediksi. Tetapi tidak salah jika memang memiliki pemikiran seperti itu setelah mengamati perkembangan teknologi yang semakin pesat dan masif. Ini hanya sebuah analisis setelah melihat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan, rekayasa genetika dan memahami isi buku dari Yuval Noah Harari. Namun, yang membentuk masa depan adalah kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun