Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencurian Motor di Malam 17-an

17 Agustus 2020   06:54 Diperbarui: 17 Agustus 2020   06:54 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Borneonews.co.id

 

Semalam, pak Satpam kompleks perumahan kami cerita, tamu hotel seberang perumahan, kehilangan motor dini hari. Sekitar pukul 03.00, motor pinjaman milik seorang teman, lenyap. Padahal di hotel yang tidak besar ukurannya, ada petugas Satpam nya juga. 

Kata Pak Irwan, Satpam kami, petugasnya jaga di pintu bagian tengah. Hotel tersebut milik Balai Latihan Kerja Perkebunan, memiliki 3 pintu. Pintu masuk hotel, sebelah kanan katanya sudah digembok, bisa dibobol oleh si maling.  

Kejadian seperti ini sungguh sangat memprihatinkan. Di tengah wabah Corona, tidak sedikit orang dari kalangan yang kurang beruntung, keadaan ekonominya makin merana. Di tengah kalutnya mencari rejeki, guna menutupi kebutuhan hidup sehari-harinya, akhir ditempuh cara-cara yang nekad: mencuri sepeda motor.  

Pasti ini terjadi bukan karena tanpa alasan.

Kesejahteraan

Tujuan didirikannya negeri ini adalah menciptakan kesejahteraan rakyat dan perdamaian abadi serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ini adalah amanah Undang-Undang Dasar 1945.

Guna mewujudkan tujuan ini, tentu bukan pesoalan mudah. Ada 270 juta lebih rakyat Indonesia yang harus disejahterakan. Baik dalam artian fisik, sosial maupun psikologis. 

Dalam artian fisik, Pemerintah dituntut untuk memberikan dan menyediakan fasilitas infrastruktur, misalnya perkantoran, pendidikan (sekolah, kampus) transportasi (darat, laut dan udara), kesehatan, pasar, dan lain sebagainya.

Dalam artian sosial, Pemerintah harus memberikan layanan terkait kebutuhan umum seperti sistem pendidikan, layanan kesehatan, anak-anak terlantar, orang tua dan panti jompo, penyandang cacat, gangguan jiwa dan narkoba, yatim piatu, korban bencana alam, dan berbagai perlindungan lainnya.

Secara psikologis, Pemerintah bertanggungjawab dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh masyarakat dan tanah tumpah darah Indonesia ini. 

Dibentuknya TNI dan kepolisian, hingga ada Satpam, Satpol, Hansip dan sejenisnya tidak lain adalah guna memastikan ada rasa aman dan nyaman di tengah-tengah masyarakat. Sehingga rakyat merasa tenteram, bebas dari segala gangguan fisik dan psikologis apabila melakukan aktivitasnya.  

Kebutuhan Makin Meningkat

Untuk memenuhi kebutuhan dan terjaminnya rasa aman dan nyaman di atas, tentu tidak mudah. Terlebih, negeri ini bukan kampung atau segede kompleks Perumahan Guru. Dalam skala besar, tentu saja rumit. Sarana dan prasarananya perlu diciptakan dalam sebuah wadah yang memiliki sistem. 

Di sinilah kemudian akan muncul tuntutan kebutuhan yang makin meningkat.

Kebutuhan ini bisa dipandang dari sudut individu, keluarga, masyarakat, hingga negara. Seiring dengan perubahan zaman, semua jenis kebutuhan di era ini beda dengan era 80-an, apalagi tahun 1945 silam. Kini, jangankan listrik. Air bersih saja, orang harus bayar.

Oleh sebab itu, sejauh pemahaman saya, Pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan dari hasil pengolahan sumber daya alam. Pemerintah masih membutuhkan peran serta masyarakat, berupa pembayaran pajak dan retribusi serta pemasukan lain, seperti devisa.

Persoalannya, walaupun dalam hitungan di atas kertas pemasukan Pemerintah ini cukup besar, kadang terjadi hal-hal di luar perhitungan Pemerintah. 

Contoh nyata adalah terjadinya Wabah Corona ini. Belum lagi adanya orang-orang nakal dalam kalangan Pemerintah. Lebih tepatnya korupsi dan Koruptor.

Koruptor inilah bagian dari biang keladi lenyapnya harta kekayaan negara yang mestinya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat, meringankan beban mereka, namun lenyap di tangan oknum yang tidak bertanggungjawab. 

Ironinya, koruptor bebas melenggang, pencuri ayam dikejar-kejar malam hingga siang.    

Harga Mahal

Akibatnya sangat jelas. Rakyat yang merasa terdesak ekonominya, merasa tidak punya jalan lain, ditempuhlah cara-cara kriminal, yang betapapun risikonya adalah dikorbankan keselamatan diri sendiri.

Kapan itu, di sebuah perumahan Malang Anggun, di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, ramai-ramai diarak pencuri motor.Rakyat merasa sudah tidak punya cara-cara yang bijak lagi bagaimana memperlakukan mereka yang pelakunya anak-anak remaja.

Hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek, dua anak remaja pelaku pencurian motor diarak keliling perumahan, agar masyarakat tahu. Ini mereka lakukan sebelum kedua anak remaja tersebut diserahkan kepada pihak yag berwajib. Kasihan memang. Tetapi mau apa lagi?

Tuntutan kebutuhan yang berupa meningkatnya harga kebutuhan hidup, di tengah sulitnya mencari kerja, jenjang pendidikan yang tidak mendukung, gaji kecil, anak-anak remaja yang terhimpit ini merasa tidak punya jalan lain, kecuali mencuri.

Zaman sekarang ini apa yang tidak mahal bagi rakyat kecil? Lahan, mereka tidak punya. Ibaratnya, mau menanam cabe atau tomat untuk kebutuhan sendiri saja, tidak bisa. Apalagi nanam padi.

Jangankan lahan ekstra untuk bercocok-tanam. Rumah saja, ada yang seumur-umur harus ngontrak. Padahal sudah beranak-cucu. Ini terjadi tidak lain karena mahalnya harga barang-barang yang di luar jangkauan mereka.

Kita tidak bisa serta merta menyalahkan kalangan marjinal yang nasib baik tidak pernah berpihak pada mereka. Kadang hidup ini tidak fair. Kita yang nasibnya lebih baik, tidak jarang bisanya hanya menyalahkan. 

Tanpa bermaksud membela pencuri motor, harusnya kita juga menganalisa, mengapa pencurian motor tidak pernah sepi di masyarakat.

Tanggungjawab siapa?  

Usia kemerdekaan kita sudah mencapai angka 75 tahun. HUT 75 RI, sebuah gambaran usia yang tidak muda lagi untuk seorang manusia. Tetapi terlalu muda bagi sebuah negara. Negeri ini masih banyak yang harus dibenah. Bukan hanya sebatas pada bagaimana menyejahterakan rakyatnya. Menata sistem pemerintahan saja, kita belum bisa sempurna.

Lihatlah berapa dana yang digelontorkan oleh negara guna membiayai hanya pemilihan seorang Kepala daerah hingga Kepala Negara.  Memang terkesan seperti tidak masuk akal. Mestinya, sistem pilkada dan sejenisnya bisa disederhakan sehingga dana bisa dihemat demi memenuhi kebutuhan rakyat lainnya.

Belum lagi system pendidikan yang terkesan tradisional. Masih mahal dirasa oleh semua orang. Pendidikan kita belum menyentuh esensi kebutuhan. Masih berkutat pada perolehan ilmu pengetahuan yang sifatnya hafalan. Sesudah selesai kuliah pun, nyatanya nganggur tidak bermanfaat ilmu dan keterampilannya.

Sistem layanan kesehatan juga masih berantakan. Asuransi tidak lagi jaminan. Harga obat mahal. Menjamurnya pendidikan computer dan ribuan ahli IT ternyata belum dimanfaatkan dengan bijak. Semua masalah ini menumpuk kronis, pada akhirnya sulit dipecahkan.

Akhirnya, berpulang pada siapa lagi, kecuali pada kita semua. Dari pejabat tinggi hingga rakyat kecil. Pejabat tinggilah pihak pertama yang paling bertanggngjawab dalam menyusun system, agar tertata dan bisa terealisasi. Pejabat tinggi negara harus memberikan contoh yang bersih dan memiliki kedisiplinan tinggi. Jangan bisanya marah-marah dan menghukum rakyat kecil.

Rakyat kecil juga harus mengerti. Bahwa tanpa peran serta rakyat, negara ini tidak akan berjalan sebagaimana yang kita kehendaki.

Sekarang jelas akar masalahnya. Mengapa pencurian motor, ayam atau cucian terjadi, bukan hanya karena mental maling yang gentayangan di antara mereka yang susah mencari uang. 

Ini didukung oleh tekanan sosial-ekonomi, latar belakang pendidikan yang rendah, harga barang-barang mahal, kebutuhan hidup tidak terpenuhi, susahnya cari peluang kerja, hingga tidak adanya niat tulus dan keseriusan pejabat serta para kepala daerah, guna mengantar rakyat ini agar hidupnya sejahtera.

Kita tidak bisa berkata sejahterah hanya dalam bentuk tulisan di atas kertas atau digaungkan di media massa. Apalagi sebatas teriakan 'Merdeka!'. Sejahtera, butuh aplikasi, niat baik dan ketulusan serta kerja nyata.

Malang, 17 August 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun