Selama Pandemi, seharusnya angka kenakalan remaja menurun, karena virus Corona yang mematikan. Ternyata tidak demikian. Setiap hari ada saja berita yang dimuat di media masa, Koran, TV, hingga  medsos lainnya.  Mulai dari vandalism, balapan liar, tawuran, minum minuman keras. Serta Narkoba.
Akhir 2019 lalu, Walikota Surabaya, Ibu Risma sempat mengumpulkan anak-anak yang terlibat masalah kenakalan, sebanyak 101 anak yang terlibat kasus tawuran, minuman keras, bolos sekolah, balap liar hingga putus sekolah, didampingi para orang tua. Mereka diberi pengarahan di Lantai-4 Gedung Siola. Sesudah memasuki wabah Pandemi, nyatanya kenakalan remaja tidak berubah.
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menyatakan tingkat kriminalitas meningkat selama pandemi corona. Karopenmas Mabes Polri, Brigjen Pol Argo Yuwono mengemukakan peningkatan kriminalitas sebesar 19,72 persen dari masa sebelum pandemik (Katadata.com).Â
Angka kejahatan pencurian dan pemberatan, selama penerapan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena pandemi virus Corona atau Covid-19 di Tanah Air meningkat. Angkanya mencapai 11 persen (Liputan6.com). Â Akhir bulan Maret 2020 lalu, terjadi tawuran antar pelajar di Palmerah, Jakarta Barat.
Di Malang, di beberapa sudut kota, biasanya tidak pernah ada polisi yang jaga pada sore atau malam hari. Kini. Setiap hari ada. ini menunjukkan kepedulian Pemerintah, khususnya pihak Kepolisian yang perlu diapresiasi. Langkah ini dibutuhkan guna memastikan keamanan masyarakat terjaga.
Bukan tidak mungkin anak-anak remaja ini, misalnya melakukan kebut-kebutan liar, pada malam hari, karea merasa tidak diawasi atau tidak ada polisi. Dengan adaya polisi di sudut-sudut tertentu di dalam kota, anak-anak remaja ini akhirnya mikir dua-tiga kali sebelum melangkah. Termasuk melakukan aksi vandalism, coret-coret di gedung-gedung atau tembok-tembok pinggir jalan.
Peran Orangtua dan Masyarakat
Sepupu saya yang memiliki tiga orang anak, kemarin mengeluh, karena tidak tahu harus memberikan aktivitas yang bagaimana kepada anak-anaknya di masa Pandemi ini. Terutama anaknya yang sulung, kelas satu SMP yang seharian pada Sabtu dan Ahad kemarin hanya asyik main Games di Hape nya.
Ini contoh nyata bahwa kegiatan positif anak-anak harus diciptakan. Orangtua harus memiliki daya inovasi dan kreasi terhadap anak-anaknya, agar jangan sampai terlena sehingga anak-anak jadi ikut arus teman-temannya yang nakal.
Keteledoran orangtua dalam mengarahkan anak untuk mengisi waktu luangnya ini membuat anak-anak jadi liar, nakal dan melakukan tindakan destruktif. Memberikan sebagian tanggungjawab di rumah, ikut kegiatan social di kampung, Karang Taruna, belajar Mengaji di masjid atau mengisi dengan kursus-kursus, memiliki peran yang amat penting.