Tidak Punya Pilihan
Beberapa kali saya diajak teman untuk  datang ke kantor-kantor di antaranya seperti asuransi, koperasi dan Finance agency. Saya perhatikan staf nya sering gonta-ganti.Â
Saya sendiri sebagai perawat juga mengamati fenomena yang sama di banyak pusat pelayanan di mana tidak sedikit staf yang statusnya sebagai tenaga honor ini 'nomaden', suka pindah tempat. Mereka melakukannya karena tidak punya pilihan.
Honorer yang bekerja di institusi negeri, terlanjur dikenal oleh masyarakat setempat di mana mereka tinggal sebagai 'PNS', hanya karena selalu mengenakan seragam warna Cokelat. Hal ini juga menjadi faktor pendukung lain mengapa mereka ogah pindah karena secara psikologis berpengaruh besar terhadap statusnya.
Gampang-gampang Susah
Beberapa teman kuliah saya di Aceh, yang sudah dua tahun lebih wisuda, betah bekerja di tempat yang sama, sebagai tenaga honor. Bagi yang tinggal di area perkotaan barangkali tidak masalah jika harus pindah-pindah karena aksesnya luas. Namun yang ada di daerah terpencil seperti Aceh Selatan, Tengah, di pelosok desa atau di pulau, mereka tidak bisa bergerak.Â
Terlebih bila tidak diizinkan orangtua. Mayoritas orangtua mereka konservatif, berharap dengan menyandang predikat sarjana difikir mudah dapat kerja sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Tidak sedikit pula lembaga negara, khususnya pusat pelayanan kesehatan di daerah terpencil, yang membutuhkan tenaga kerja ekstra. Hanya saja, kantor-kantor pemerintah ini tidak punya dana untuk memberi gaji maksimal pada para honorer ini. Akhirnya tidak jarang di antara para karyawan PNS yang ngumpulkan iuran dan diberikan pada tenaga honor.
Jadi tenaga honorer kayak Gajah di tengah jembatan. Mau terus jalan susah dengan risiko jembatan bisa jadi ambyar. Mau mundur pun repot, karena selain tubuh Gajah yang besar, juga tidak mungkin belok di tengah jalan.
Satu-satunya jalan adalah bertahan dengan segala kondisi suka duka yang ada. Toh, fikir mereka, rejeki sudah ada yang Ngatur. Pula, berstatus honor, tidak harus bernasib seperti film-film horor. Â