Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Yang Modis yang "Bercadar"

18 Juli 2020   18:58 Diperbarui: 18 Juli 2020   19:01 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Kumparan.com

Begitu wabah Corona merebak, kontan cara berpakaian orang jadi berubah. Sebetulnya bukan hanya pakaian. Gaya hidup pun secara keseluruhan, turut berubah pula. Di antaranya cara komunikasi individual, bergaul dalam kelompok kerja, transportasi, makan bersama di luar, duduk di sarana di tempat umum, mengajar, dinas, belanja, hingga ke masjid pun, sekarang tidak lagi sama. Kini, yang namanya sarung tangan, hand saitizer, masker jadi kebutuhan utama dan di bawa ke mana-mana.

Mungkin karena saya orang kesehatan, jadi tidak terasa. Soalnya, larutan untuk cuci tangan, sarung tangan dan masker merupakan bagian dari kebiasaan kami di tempat kerja. Yang membedakan adalah, kini masker di kenakan ke mana-mana, begitu ke luar dari rumah, wajib.

Apakah berpengaruh terhadap Fashion?  

Kami orang Aceh, yang menerapkan Syariah, Hawa boleh dikata 100% mengenakan hijab. Ada sedikit yang mengenakan Burqa, atau Cadar. Bagi mereka, dampak Corona terhadap cara berpakaian tidak ada. Karena pola pakaian mereka semua juga demikian.

Ada yang menutup tubuh secara keseluruhan, ada yang bagian atas tubuh, ada pula yang disisakan mata. Bagi kami rakyat Aceh tidak ada yang aneh. Orang Aceh menganggap cara berpakaian ini dianjurkan, meski tidak wajib. Yang penting menutup aurat. Boleh saya katakan kaum Hawa di Aceh kalaupun ada yang tidak mengenakan hijab, biasanya pendatang.  

Dulu Ditentang

Saya masih di ingat beberapa tahun lalu di mana jilbab, apalagi Cadar, mendapatkan perlakuan diskriminasi bahkan di negeri yang mayoritas muslim seperti Indonesia. Jangankan mengenakan Burqa atau Cadar, yang mengenakan jibab saja banyak yang merasa kurang mendapatkan rasa 'wellcome' atau diterima.

Tidak sedikit keluhan warga di sekolah, kampus hingga tempat kerja yang mengeluh mereka merasa mendapatkan perlakuan diskriminasi ini. Yang paling nyolok dan sangat dirasakan adalah sesudah peristiwa pengeboman World Trade Center di USA, saat di bawah pemeritahan George W. Bush.

Lambat laun, perilaku atau sikap masyarakat terhadap orang-orang berjilbab mulai berubah. Mereka lambat laun memahami bahwa berpakaian menurut agama atau keyakinan individu adalah hak asasi manusia. Dari sana kemudian masyarakat mulai berani dan merasaka kebebasan dalam berpakaian.  

Kapan Jilbab Mulai Marak

Menurut The Coversation dalam sebuah artikelnya berjudul "Hijab di Indoesia: Sejarah dan Kontroversinya" disebutkan bahwa di Indonesia, hijab menjadi populer sejak dua dekade belakangan ini. Sejarah mencatat bahwa budaya pemakaian hijab sebenarnya ada sejak abad ke-17. Namun demikian perdebatan terkait dengan hijab ini masih terjadi. Meski demikian pemakai hijab di Indonesia semakin banyak dari tahun ke tahun.

Dalam artikel tersebut diceritakan pernah ada seorang kepala sekolah di Provinsi Riau mendapatkan kecaman keras  setelah menyuruh siswi di sekolahnya menggunakan hijab walaupun siswi tersebut bukan muslim. Ada kasus lain, di mana publik juga dikejutkan dengan kasus seorang atlet judo perempuan dari Aceh yang didiskualifikasi dari pertandingan di Asian Para Games 2018 karena memakai hijab.

Meningkatnya Bisnis Pakaian Muslim

Pada sebuah survey yang dirilis di tahun 2014 melaporkan, ada sekitar 63,58% dari 626 responden perempuan muslim yang mengatakan, bahwa mereka telah memakai dan akan memakai hijab dan hanya sekitar 4,31% dari mereka yang tidak akan memakai hijab.

Tren peningkatan pemakaian hijab ini menjadi peluang bisnis pakaian yang sangat menjanjikan. Bandung merupakan salah satu sentra pakaian di Indonesia yang laris. Dikatakan bahwa bisnis terkait jilbab ini meningkat lima kali lipat dari Rp 3 milyar pada tahun 2012 menjadi Rp 15 milyar pada 2018. Dampak positif terhadap perkembangan industri mode yang diekspor dari Indonesia ini tentu saja sangat menggembirakan. 

Pada tahun 2014, nilai ekspor Indonesia untuk pakaian muslim mencapai AS$7,18 milyar. Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia setelah Bangladesh dan Turki (The Conversation, 2020). Dalam artikel yang sama disebutkan bahwa tahun 2020 ini Indonesia menjadi pusat industry pakaian muslimah dunia.

Covid-19 dan Ragam Model Hijab

Dua adik saya, cewek. Semua mengenakan Hijab, termasuk Ibu, sebagaimana kaum wania di Aceh. Ibu dan adik-adik saya mengenakan Hijab yang modis. Artinya menyukai sentuhan 'model'. Baik corak, warna maupun style nya.

Menurut pengamatan saya, ada tiga model hijab yang dikenakan oleh kaum wanita Aceh. Ada Hijab yang sederhana. Model ini yang paling banyak dikenakan oleh kaum Hawa. Tidak menuntut banyak inovasi. Biasanya pendek, sebahu, dengan berbagai warna. Saat saya kuliah boleh dikatakan rekan-rekan saya mahasiswi mengenakan model ini 100%.

Ada lagi yang konservatif. Model ini lebar, ukurnnya jauh lebih besar dan menutup bagian atas tubuh. Saya banyak mengetahui ini karena saya pernah tinggal di Pondok Pesantren. Warnanya biasanya polos, tidak campuran kayak Batik. Di Aceh sedikit yang mengenakan. Kecuali Niqab yang banyak dikenakan oleh santriwati saat Ngaji saja. Sesudah ke luar, mereka mengenakan jilbab yang biasa.  

Yang satu lagi Hijab modis. Hijab ini tergolong mahal dan dikenakan oleh kalangan menengah ke atas. Para selebritis banyak yang mengenakan model ini dan bisa kita lihat banyak di event atau acara TV atau show.

Boleh percaya boleh tidak, di era Covid-19 ini, 100% cewek yang mengenakan Hijab model begini menyesuaikan warna Masker dengan pakaiannya. Bahkan, kaum Hawa usia produktik akan milih warna, model dan style Masker dengan pakaian mereka. Covid-19 menjadi tren model berpakaian baru bagi mereka.

Masker Tambah Bikin Keren

Hijab telah menjadi bagian gaya hidup bagi banyak perempuan muslim di Indonesia. Banyak selebriti yang mulai memakainya. Para selebriti ini kemudian menjadi acuan fashion hijab buat masyarakat.

Di era Corona, selebriti Indonesia tidak pernah kehabisan ide untuk tetap kelihatan modis. Mereka berfikir keras bagaimana tetap nampak modis dengan mengenakan Masker. Maka jangan kaget, aneka model masker diciptakan, dari warna hingga desain yang berbeda. Masker tampilannya mendekati Cadar.

Apa yang dulu banyak dibenci, kini ternyata dikenakan. Senang atau tidak, karena menjadi bagian dari protocol kesehatan, semua orang, cowok, cewek, tua muda, wajib mengenakan masker. Yang cewek karena agak 'ribet' cara berpakaiannya, milih Masker yang sesuai, serasi dan kalau bisa warna dan modelnya serasi dengan pakaian yag dikenakan.

Mereka yang mengenakan Masker, bukan hanya kebutuhan perlindungan diri, tetapi juga modis. Ditambah dengan Pakaian Muslimah, yang bermasker nampak lebih keren. Mereka tidak perlu lagi dipaksa, diceramahi, atau dimotivasi untuk mengenakan Cadar. Mereka tidak perlu ikut Pengajian, mendengarkan Ceramah ustadz kondang, bahwa menutup aurat itu wajib. 

Kini, tanpa diceramahi, otomatis anak-anak muda, ibu-ibu suda menutup mukanya. Belum ada tanda-tanda kapan mereka disarankan melepaskannya. Itulah yang disebut "Rencana Tuhan".

Dalam Al Quran, Surat Al Baqarah, Ayat: 216 disebutkan: "Janganlah kalian membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu."

Malang, 18 July 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun