Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hemat Listrik: Batasi, Kurangi dan Nyalakan Hanya Bila Perlu

11 Juni 2020   06:28 Diperbarui: 11 Juni 2020   06:56 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disiplin menggunakan energi listrik mestinya kita jadikan sebagai bagian dari budaya hidup hemat. Hidup hemat berarti menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Hemat bukan berarti pelit. Pelit adalah kikir. Hemat artinya sikap berhati-hati dalam mengeluarkan atau menggunakan uang, tidak boros dalam penggunaan energi. Sikap ini dianjurkan dalam Islam. Sedangkan pelit itu beda. Pelit merupakan sikap yang tidak suka memberi. Pelit itu pada dasarya punya, namun tidak mau mengeluarkan. Jadi terdapat perbedaan besar antara sifat hemat dan pelit.

Hemat perlu diajarkan kepada anak-anak sedari kecil. Hemat perlu dibudayakan. Artinya dimasyarakatkan sehingga orang lain sadar, hemat itu perbuatan mulia, termasuk hemat listrik. Hemat energi adalah bagian dari upaya menyelamatkan masa depan generasi muda. Dengan kata lain, hemat itu bentuk perbuatan di mana kita hanya mengambil hanya sebagian saja kebutuhan untuk diri kita dan menyisakan untuk orang lain atau generasi di masa yang akan datang. Dampaknya sangat besar jika prinsip hemat ini dibudayakan.

Hemat listrik bisa merambat ke prinsip hemat-hemat lainnya, termasuk air, uang, makanan, pakaian, sabun, kertas, barang-barang elektronik dan sebagainya. Saya pernah menemui seorang keturunan Belanda yang menggunakan kertas bekas, kemudian dilipat-lipat, digunting, ditata rapi seperti notes. Baliknya yang kosong diletakkan di bagian atas sehingga bisa digunakan untuk menulis lagi.

Orang kita beda. Hanya karena punya duit, mampu membeli, terkadang seenaknya. Jangankan kertas, air bekas atau listrik. Motor hingga mobil, jumlahnya bisa lebih dari dua buah. Setiap anggota keluarga masing-masing punya kendaraan sendiri, dengan berbagai macam alasan, tidak bakalan mau hemat. Ruang kantor juga kadang terlalu besar, tidak efisien. Demikian juga penggunaan waktu yang sering terbuang percuma, karena kita tidak mengerjakan kegiatan yang bermanfaat.

Betapa borosnya sebagian masyarakat kita. Sementara jutaan orang yang susah hidupnya dan tidak mampu membeli token bulanan listrik. Kita masih bisanya berfoya-foya bayar tagihan listrik yang jumlahnya mencapai jutaan per bulan.

Semoga kita bisa terhindar dari sikap boros ini. Mari kita budayakan hidup hemat energi. Hemat listrik bukan hanya baik untuk mendisiplinkan diri menggunakan sesuatu secara wajar, tetapi juga memberikan contoh kepada orang lain, bahwa hidup memang tidak boleh egois. Meskipun kita mampu dan punya uang, bukan berarti lantas kita bisa seenaknya. Tanggungjawab sosial harus kita kedepankan. Di antaranya dengan hemat listrik. Caranya sangat sederhana: batasi, kurangi dan gunakan hanya bila perlu.

Malang, 11 June 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun