Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Beking Penuh, TNI Tumpas Abu Sayyaf, Filipina Menonton

30 Maret 2016   16:04 Diperbarui: 2 April 2016   07:00 25059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="10 WNI Disandera kelompok Abu Sayyaf (Detik Ilustrasi)"][/caption]Presiden Jokowi terkejut, terkaget-kaget, tercengang-cengang mendengar kabar  penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok separatis Filipina, kelompok Abu Sayyaf.  Melawan Abu Sayyaf adalah pertaruhan besar dan tingkat tinggi Jokowi, Pertaruhan ini penuh dengan resiko. Jika  Jokowi menang melawan Abu Sayyaf , Maka Jokowi makin tidak terbendung lagi pengaruh dan kekuatannya di dunia internasional, terutaman Filipina. Tetapi jika Jokowi kalah dari kelompok Abu Sayaff, maka reputasi, kehebatan dan kegemilangan Jokowi selama ini di dunia internasional akan memudar dengan sendirinya.

Tak heran jika Jokowi bertarung habis-habisan melawan kelompok Abu Sayyaf, sebuah kelompok separatis paling biadab, kejam, keji dan berpirlaku seperti binatang yang bermarkas di Filipina bagian Selatan ini. Demi kelanjutan dan reputasinya di mata internasional, Jokowi pun tanpa ragu-ragu memerintahkan langsung TNI dan Polri untuk segera mengambil alih langkah cepat untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf saat kapal tunda Brahma dan kapal tongkang 2 yang membawa 7.000 ton batubara disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Bagi Abu Sayyaf sendiri pertarungan ini amat strategis lantaran Jokowi adalah pemimpin yang paling berpengaruh di dunia saat ini.

Para pemimpin dunia rela silih berganti datang dan bertemu dengan Jokowi hanya karena Jokowi memiliki keunggulan yang mampu menyihir pemimpin dunia lainnya. Jika Abu Sayyaf kalah melawan Jokowi yang sudah memutukan akan mengirim TNI, bila perlu Polri untuk melawan habis-habisan Abu Sayyaf agar 10 WNI yang tersandera tersebut bisa dibebaskan dalam kondisi hidup.

Maka kelompok Abu Sayyaf akan makin menderita lantaran hingga saat ini kebutuhan logistis Abu Sayyaf Cs kian menipis. Permintaan uang tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan 15 miliar adalah awal dari pertarungan internasional antara Jokowi dan Abu Sayyaf yang telah berhasil membuat Filipinan kelabakan dibuat kelompok ini.

Bagi Abu Sayyaf, Jokowi dan Indonesia adalah sasaran empuk untuk diuji keberanian, mental, dan nyalinya untuk segera datang dan melawan habis-habisan kelompok Abu Sayyaf yang mamkin hari sudah makin menderita lantaran stok logistis sudah sangat menipis. Sepanjang sejarahnya tak ada satu pun kepala negara di dunia yang berani melawan Abu Sayyaf. Jokowi mencetak rekor sejarah dunia karena berani melawan kelompok Abu Sayyaf yakni dengan mengirinkan seluruh kekuatan militernya untuk menghabisi Abu Sayyaf yang hingga kini masih menakutkan bagi Filipina dan rakyatnya disana.

Senjata Abu Sayyaf yang pernah memiliki sejarah senjata yang diartikan sebagai ancaman dan bisa menjadi kenyataan berujung pada terbunuhnya sandera itu menjadi tantangan terbesar bagi Jokowi, TNI dan Polri untuk segera memutus jaringan Abu Sayyaf yakni dengan menghabisi kelompok separatis Filipina tersebut.

Semua kepala negara paham dan mengerti betul bahwa melawan kelompok Abu Sayyaf sama saja dengan bunuh diri. Tetapi ketakutan dan kecemasan para kepala negara yang selama ini memutuskan rela menebus yang diminta Abu Sayyaf dan bahkan merelakan warga negaranya mati ditangan Abu Sayyaf.

Tercatat dalam sejarah kebengisan, kesadisan, kebiadaban Abu Sayyaf, pemerintah Malaysia pun pernah bertekuk lutut kepada Abu Sayyaf karena untuk menyelamtakan warga negaranya , malaysia memutuskan menebus permintaan Abu Sayyaf. Tak hanya Malaysia, Italia pun pernah dibuat bertekuk lutut dengan kelompok paling brutal di Filipina ini.

Bahkan salah seorang guru asal Jolo, yang mana Jolo tak mau menebus permintaan  Abu Sayyaf, seorang guru tersebut tewas ditangan Abu Sayyaf. Bahkan terakhir pada 2015, tepatnya pada bulan November, pemerintah Malaysia kembali diuji oleh kelompok Abu Sayyaf. Yakni seorang turis di Malaysia diculik oleh Abu Sayyaf Cs, tetapi karena keluarga tak sanggup memenuhi besarnya uang terbusan itu, pun pemerintah Malaysia mati kutu dengan kelompok Abu Sayyaf, Nyawa turis yang sedang berlibur tewas dipenggal kepalanya sampai putus di Sulu.

Dengan catatan sejarah kebiadaban dan kesadisan kelompok Abu Sayyaf yang teah menculik bahkan hingga membunuh pun sekalipun dipenggal kepalanya sampai putus. Inilah yang menjadi tantangan terbesar bagi pemerintah Indonesia terutama Jokowi. Karena Abu Sayyaf ini terbaca dari sejarahya tidak mau bermain-main dengan permintaan tembusan yang jika tak ditembus nyawa oun bisa hilang ditangan kelompok yang berprilaku seperti hewan ini.

Ketegasan, keberanian Jokowi yang secara berani dan tegas menolak tuntutan uang tembusan adalah tantangan terbesar yang akan diahadapi pemerintah Indonesia dalam upayanya menyelamatkan 10 nyawa manusia yang kini bisa dibilang berada diujung mata pedang atau mata keris. Namun Jokowi akan berjuang mati-matian menyelamatkan 10 WNI tersebut, karena Jokowi bukan kepala negara yang pengecut dan Jokowi akan bertanggungjawab penuh terhadap keselamatan TNI di luar negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun