Mohon tunggu...
Sunny Huang
Sunny Huang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Koleris - Melankolis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wilhelmina Huang

21 Maret 2012   05:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332307996978053442

"Sayaaaaaaang.." panggil seorang wanita berkerudung Ungu dari kejauhan. Aku tersenyum sampai dia berada di hadapanku, dia langsung mencium tangan kananku, wanita ini bernama Jingga. "Sayang udah lama nunggu yah?" tanya Jingga padaku "Ya lumayanlah.. mm... sekitar 30 menitanlah.." jawabku santai sambil memberikan helm putihnya "Maaf ya sayang.. biasa tuh tadi mau pulang tiba - tiba di hambat si bos.. kerjaan tambahan.." jelas Jingga "Gpp sayang.. aku laper nih, makan yuk.. kamu laper juga gak?" tanyaku sambil menyalakan motor biruku "Iya aku juga laper.. makan soto di ujung jalan yang mau kerumah aku aja yuk sayang.." ajak Jingga "Oke bu..Let's gooo.... " jawabku yang kemudian dijawab dengan cekikikan Jingga Kami bersepeda motor ria menuju tempat makan, selama di perjalanan, Jingga menceritakan kenapa dia sampai telat keluar kantor. Sampailah kami di tempat tujuan dan kamipun langsung memesan dan memilih tempat duduk. Kami bercanda ria berdua, tertawa bersama dan saat kami mulai makan, tiba - tiba.. "Sayang, kamu kenal mba Anne kan?" tanya Jingga Aku hanya menggangguk sambil melahap makan malamku, aku lapar.. "Mba Anne tadi pagi nangis.. kasian.." kata Jingga menunduk dan mengambil tissue Aku mengernyitkan keningku, kuhentikan makanku dan menatap wajah Jingga. Wanita ini adalah wanita cantik yang baru 2 bulan aku pacari setelah aku menetap di Surabaya. Tingkahnya lucu dan tidak manja, dia tidak suka boneka, dia tidak punya boneka, tidak seperti Wilhel.. Wilhelmina Huang.. aku langsung menelan ludahku saat nama itu terlintas. "..... diputusin sama tunangannya.." cerita Jingga sambil menyobek-nyobekkan tissue.. Seperti Wilhel saat dia sedang gelisah.. aah... dia lagi yang kuingat.. batinku Aku tidak mendengarkan ceritanya dari tadi, aku sibuk dengan pikiranku sendiri, aku kaget saat Jingga diam.. aahh.. dia sudah selesai cerita..pikirku untuk memastikan yang terlewat, aku bertanya pada Jingga "Mba Anne kenapa sayang?" "Diputusin tungangannya pagi ini sayaaaaang.. kamu dengerin aku cerita gak sih?" tanya Jingga sedikit sewot "Iya aku dengerin sayang.. aku cuma mastiin aja kalo aku gak salah denger.." jawabku Langsung ku teguk teh manisku.. dadaku sesak.. Pikiranku langsung teringat pada wanita itu.. Wilhelmina Huang Aku menengok jam tanganku, dan langsung membelalakkan mata saat kulihat angka 17 ada disana. Jadi.. hari ini 17 Maret 2012.. batinku... Jingga memperhatikan aku "Sayang kenapa?" tanya Jingga khawatir "Em.. gpp kok... Sayang, udah malem nih, aku  masih ada tugas yang harus aku selesein, besok harus udah di kasih ke Bos, pulang yuk sayang...." ajakku pada Jingga terlihat tergegas "Eh.. makan kamu belum abis.." kata Jingga bingung "Gpp.. biarin aja deh... ada yang lebih penting.. daripada aku diomelin bos besok.. Yuk sayang.."  kataku Aku langsung menuju motorku dan ku nyalakan kembali motor biruku. Jingga mengikutiku dari belakang dan langsung naik di belakangku, memelukku. Tanpa bicara apapun aku tetap melajukan motorku menuju rumah Jingga. Kudengar Jingga masih menceritakan tragisnya kisah Mba Anne, teman kantornya yang ditinggalkan oleh tunangannya tanpa sebab yang jelas. Mataku panas... hatiku bergetar.. dadaku sesak.. aku merasakan setitik air mataku jatuh di pipi kananku. WIlhel.. Apa kabarmu disana?.. Maafkan aku.. Maafkan aku Wilhel.. aku terpaksa lakukan ini.. Aku harap kamu mengerti... maafkan aku Wilhel.. batinku Tiba - tiba ingatanku terlempar ke masa satu tahun yang lalu. Hari ini, setahun yang lalu, aku dan Wilhel, wanita berdarah Tiong Hoa dari tanah Pajajaran, bertunangan, kami saling bertukar cincin di saksikan seluruh keluarga dan teman dekat kami. Kami menjalani hubungan kasih 1.5 tahun dan langsung bertunangan, kami merencanakan untuk menikah, meskipun tidak dalam waktu dekat. Aku bahagia hidup bersama Wilhel.. sampai suatu waktu.. Ada banyak hal yang merintangi hubunganku dengan Wilhel.. dan aku menyerah.. Aku memilih untuk meninggalkannya.. demi kebahagiaan hidup Wilhel.. yang mungkin sampai saat ini tidak pernah Wilhel mengerti tentang caraku meninggalkannya, meskipun dia sudah paham benar alasannya.. Wilhelmina Huang adalah wanita muslim, cantik, baik, penyayang , setia, ramah, hobi memasak, selalu berusaha adil, dan sangat menghargai orang lain, selain itu.. dia sangat lucu dan imajinatif.. dia termasuk wanita kreatif yang bisa sukses berkarir di umurnya yang lima tahun di bawahku. Aku tersenyum mengingatnya.... dan tiba-tiba pipiku terasa hangat... Ah..aku menangis lagi... batinku.. Tiba - tiba kurasakan tepukan di pundak kiriku, "Sayaaaaaang.. stop.. stop..!! Rumahku kan yang ini.. gimana sih kamuuuu..." kata Jingga "Eh maaf sayang.. hehe... aku udah kepikiran mau pulang aja... maaf ya.." kataku sambil mengerem motorku mendadak karena kaget "Kamu tuh yaa... mulai lupa deh..." ucap jingga sedikit mengesalkanku.. aku hanya diam " Ya udah sana pulang.. kerjain tugasnya yah.. Dah..." ucap Jingga sambil melambaikan tangannya dan masuk ke dalam rumah Aku langsung melajukan motorku menuju tempat tinggalku.. Wilhel tidak pernah melakukan ini... dia selalu mengucapkan "makasih kanda.." untuk setiap apapun yang kulakukan untuknya... sekecil apapun... ditambah senyumnya yang sangat manis.. Aku teringat setahun yang lalu, hari ini, kami saling menatap dan aku menyatakan kesungguhanku kepada Wilhel di depan keluargaku dan keluarganya, saat itu Wilhel terlihat lucu dengan pakaian putihnya, warna kesukaannya. Aku mengeluarkan cincin dari kotak berbentuk beruang, Wilhel sangat menyukai Teddy Bear, antara senyumanku, mengalir beberapa bulir air mata dan sedikit rasa kesal di hatiku. Wilhel... Maafkan aku telah melakukan ini semua padamu.. Andai kamu tau kalau aku masih menyayangimu.. Maafkan aku telah melukai hatimu.. aku tau sedalam apa luka yang kutoreh di hatimu.. Maafkan aku telah meninggalkan trauma yang menakutkanmu untuk dekat dengan pria lain.. Maafkan aku telah mematahkan hatimu.. Maafkan aku Wilhel... Andai kejadian itu tidak ada.. Maafkan aku.. Wilhel adalah wanita sempurna yang selalu mengerti dan tulus menyayangiku.. Dia sempurna di mataku.. Dia mampu mengisi kekuranganku.. Sampailah aku di tempat tinggalku, ku masukkan motorku, kubuka helmku dan ku keluarkan ponselku untuk mengabarkan kekasihku, Jingga, bahwa aku sudah sampai di rumah. Tapi kulihat ada pesan masuk dari nomer  yang tidak kukenal, dan kulihat kode Negara +81, Jepang.. "Selamat malam Arya, apa kabar? Jika kamu masih ingat setahun yang lalu kita saling menatap dan bertukar cincin.. aku masih bisa membayangkan kamu ada di hadapanku sekarang.. tersenyum padaku.. dan berkata.. 'Dinda, aku sayang kamu'.. Maaf mengganggu malam bahagiamu. Salam, Wilhelmina." Hatiku berdegup kencang.. aku terpana membaca isi pesan tersebut.. dan terucap dari mulutku sambil membayangkan dia di hadapanku saat ini.. "Wilhel, maafkan aku.."

.......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun