Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Sakit Teratasi dan Ibadah Dijalankan

28 April 2020   15:27 Diperbarui: 28 April 2020   15:33 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Samber 2020 Hari 2 & Samber THR)

Sungguh tidak nyaman bila tubuh kita diganggu oleh masalah kesehatan. Sakit karena penyakit sesungguhnya membuyarkan segala konsentrasi ketika kita sedang melakukan suatu aktivitas, apalagi di saat kita sedang menjalankan puasa dan ibadah.

Keterpurukan itu lantas membuat kita bertanya-tanya mengapa Allah mengizinkan kita mengalami sakit? Namun perlu disadari bahwa penderitaan, rasa sakit, penyakit adalah bagian dari hidup kita. Sesuatu yang integral dengan tubuh dan jiwa manusia.

Banyak orang meninggalkan puasa dan ibadah hanya karena memprioritaskan kesehatan. Iman yang sejak lahir ditanam kuat, bertumbuh dan berkembang semakin dewasa tak berarti bila dihadapkan dengan sakit penyakit dalam hitungan jam.

Apakah kita terlalu lemah bila berhadapan dengan penyakit sehingga meninggalkan puasa dan ibadah kita? Perlu disadari bahwa penderitaan kita tidak pernah berakhir tanpa kuasa Allah bekerja melaluinya secara supernatural. Justru dalam kesakitan itulah kita melihat supernatural Allah bekerja dalam hidup kita. Oleh karena itu jangan pernah mengganggap sakit sebagai beban dalam menjalani puasa dan ibadah pada bulan suci ini.

Dalam tulisan ini saya tidak menganjurkan untuk mengobati rasa sakit demi bisa melanjutkan kegiatan berpuasa dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya berdasarkan pengalaman empirik, saya menganjurkan agar bawahlah rasa sakit kita kepada Allah dalam berpuasa dan beribadah.

Ketika kita tidak beribadah dan berpuasa karena sakit, itu berarti kita berlari dari Allah dan  tersisa hanyalah kemampuan manusiawi kita sendiri yang terbatas untuk mengatasi apa yang sedang kita derita. Padahal melalui ibadah dan puasa adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kita kepada Allah, agar kita dapat mengalami penyembuhan dan kedamaian.

Dalam perspektif rasionalitas, anjuran di atas tentu mendapat perlawanan. Bagaimana mungkin penyakit yang diderita itu dapat sembuh tanpa pengobatan medis. Atau mungkinkah penyakit bisa disembuhkan dengan berpuasa dan ibadah? Jawabannya simple, iman pun bisa menyembuhkan.

Sebaliknya, Jika kita mengobati penyakit fisik dengan pengobatan yang tidak sesuai karena faktor human eror, penyakit kita tidak hanya akan berlanjut, tetapi bisa menjadi lebih buruk. Begitu pun jika kita mengisi pikiran kita dengan pikiran yang salah seperti memarahi Allah karena sakit yang kita alami, lantas mengatakan Allah tidak baik, maka bisa jadi hal-hal buruk akan terjadi.

Sakit dan penyakit yang kita alami bisa saja berasal dari keterbatasan keuangan, diagnosis kesehatan atau kecemasan tentang masa depan. Penyembuhannya tidak mutlak pada penanganan medis tetapi dapat menggunakan pengobatan cara lain. Ketika sakit dan penyakit kita bawa ke dalam doa maka di saat itu kita melakukan pengobatan spiritual. Dan hanya melalui puasa,ibadah dan doa kita percaya bahwa hanya Allah yang berkuasa menyembuhkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun