Mohon tunggu...
Sosbud

Mari Dukung Gerakan Satu Hari Tanpa Nasi!

14 Oktober 2010   01:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:27 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa sih pentingnya untuk mendukung gerakan ini?, apakah pemerintah ingin menutupi kelemahannya soal ketersediaan beras yang semakin berkurang atau ada hal-hal yang lebih penting dari hal itu?

Bagi saya pribadi gerakan ini positif dan patut untuk diwujudkan, bila perlu bisa menjadi gerakan yang kontiniu dilaksanakan paling tidak sekali dalam seminggu. Tentu saja ini diperlukan sosialisasi yang dilakukan secara terus-menerus bila ingin mendapatkan manfaat besar dari gerakan ini.

Saya jadi teringat program distasiun TVRI di era kekuasaan orde baru yang mirip dengan gerakan satu hari tanpa nasi ini, juga iklan yang ingin mengikis image bahwa " belum makan nasi, sama saja belum makan". Dalam program tersebut ditampilkan makanan-makanan olahan yang dibuat dari bahan baku selain beras, seperti singkong, jagung, sagu, dll.

Tepatnya diversifikasi makanan yang kita makan, jadi tidak melulu nasi yang menjadi makanan pokok kita. Tokh negeri ini berlimpah dengan sumber bahan makanan selain beras. Tentu saja sekali lagi butuh kerja keras dan kesabaran agar gerakan satu hari tanpa nasi ini bisa terlaksana dengan baik. Karena ini menyangkut "kebiasaan" yang sudah tertanam sejak kecil dan turun-temurun bahwa nasi adalah makanan pokok kita, selain nasi adalah makanan penunjang atau camilan saja.

Apakah pemerintah ingin menutupi kelemahannya dalam menjaga ketersediaan bahan pokok utamanya yaitu beras?, kita mungkin bisa berasumsi seperti itu dan menuding pemerintah tidak becus dan melakukan propaganda kebohongan akan swasembada beras beberapa waktu lalu. Sangat mungkin terjadi bahwa sekarang kita mengalami penurunan drastis produksi beras kita.

Anggaplah pemerintah memang sedang mengalami "kesulitan" dalam menjaga keterbatasan produksi beras, tetapi saya mengganggap hal tersebut hanya upaya untuk mencegah terjadi kepanikan didalam masyarakat, sekaligus menutupi kelemahan kita juga yang kalau mau jujur kita jauh lebih memiliki andil dalam hal ini.

Mengapa saya katakan demikian?, karena kita sendiri sampai saat ini masih saja tega menghambur-hamburkan nasi yang ada dipiring kita karena gengsi, takut dan malu dikatakan rakus karena menghabiskan nasi dipiring kita. Sehingga dapat kita jumpai dimana-mana nasi berhamburan, hampir semua kalangan berperilaku demikian.

Semakin berkurangnya bahan pokok khususnya beras boleh jadi ini adalah teguran Allah SWT terhadap kita, karena tidak bersyukur atas nikmat yang telah diberikan.

Belum lagi lahan yang kian hari kian menipis karena untuk membangun mal-mal besar yang notabene untuk memanjakan sifat konsumtif kita, mendukung "gerakan hidup foya-foya" tanpa sadar telah membuat para petani kita menangis, lalu sekonyong-konyong menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak becus. Padahal ketidak becusan pemerintah akibat ulah kita juga yang tidak becus menahan syahwat hidup konsumtif!.

Lihatlah betapa gembiranya kita berada di mal-mal berkelas dan mewah, dan selalu jadi rujukan setiap kali ingin berkumpul dengan teman-teman. Demi gengsi dan biar dianggap keren dan modern, menyebalkan!.

Saya mengganggap gerakan satu hari tanpa nasi ini adalah upaya pemerintah untuk membangunkan kita dari keterlenaan hidup yang serba konsumtif dan mau bersimpati dan empati terhadap petani kita yang sudah memberikan pengabdiannnya bagi negeri ini, sekaligus untuk mengangkat para petani yang menanam selain padi agar hasil pertaniannya bisa dijadikan oleh kita alternatif pengganti makanan pokok kita selama ini, untuk menghilangkan ketergantungan pada satu jenis bahan pokok saja.

" Sanggupkah kita merubah kebiasaan hidup konsumtif, dan menghambur-hamburkan bahan makanan terutama beras dari piring-piring kita ? "

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun