Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... pengembara kata

Penyiar radio yang suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menemukan Makna Koperasi Merah Putih

9 Oktober 2025   03:19 Diperbarui: 9 Oktober 2025   03:19 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wali Kota Pekalongan, Ahmad Afzan Arslan Djunaid memberi sambutan dalam Pembinaan dan Pengawasan KMP (Sumber: pekalongankota.go.id)

Awan yang memuramkan langit berangsur rekah. Di beberapa bagian tampak berkas-berkas cahaya matahari menembusi gugusan awan. Sementara, di bagian lainnya mulai tampak pula warna biru langit yang terang.

Akan tetapi, apakah pemandangan itu menjadi sebuah tanda yang pasti bahwa langit akan benar-benar menampakkan wajahnya yang berseri-seri? Atau, hanya semacam jeda untuk memberi ruang bagi langit menampakkan diri? Tentu, kita tidak tahu bagaimana pastinya.

Orang awam macam kebanyakan, tidak cukup tahu bagaimana membaca gejala perubahan. Lebih-lebih, bagi yang tidak pernah dibekali tentang ilmu membaca tanda-tanda alam. Sekalipun dimodali peralatan pembaca tanda-tanda alam yang canggih, bisa jadi orang yang tak punya dasar keilmuan akan keliru menafsirkannya.

Jangankan awam, yang punya bekal ilmu dan dipersenjatai alat pembaca tanda alam pun bisa saja meleset. Sebab, yang bisa dilakukan tidak lebih sekadar membaca pergerakan alam, perubahan-perubahannya, dan gejala-gejala. Ia tak bisa memastikan bahwa pembacaannya pasti benar.

Mengapa demikian? Kata seorang kawan, karena alam punya bahasanya sendiri. Bahasa yang tidak mudah dipahami manusia.

Kawan yang lain mengatakan, setiap gejala yang tampak pada alam mengandung kompleksitas tinggi. Kemampuan manusia sangat terbatas untuk membaca gejala itu. Sedangkan, perubahan pada tata alam terus berjalan. Pikiran manusia tak mungkin mencegah dan memohon kepada alam untuk berhenti sejenak agar bisa ditafsirkan.

Lalu, bagaimana dengan kehidupan manusia? Apakah serupa dengan perubahan yang terjadi pada alam, terus bergerak dan tidak mengenal perhentian? Mungkin, dalam beberapa hal bisa diupayakan untuk sejenak berhenti. Memberi jeda untuk napas panjang yang akan ia lalui.

Manusia punya kemampuan merekayasa kehidupan. Mengelola segala keperluan untuk kemudian menjawab segala kebuntuan. Tentunya, di dalam upaya memenuhi kebutuhan.

Sebagaimana kebijakan Presiden Prabowo Subiyanto yang melahirkan Koperasi Merah Putih atau yang kemudian karib disingkat menjadi KMP. Saya mengandaikan, KMP seperti pemandangan langit yang tergambarkan pada bagian awal tulisan ini. KMP ibarat berkas-berkas cahaya matahari yang menembusi gugusan-gugusan awan hitam yang sekian lama telah membayang-bayangi langit.

KMP adalah harapan baru yang mencerahkan kehidupan ekonomi negeri ini. Menjadi sarana bagi bangsa ini untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan. Juga, menjadi jawaban bagi berbagai kebuntuan yang dihasilkan dari tata ekonomi yang tak menguntungkan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun