Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berniaga dengan Rasa, Membangun Peradaban yang Maju

14 Desember 2021   14:11 Diperbarui: 14 Desember 2021   14:49 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: freedomsiana.id

Penentuan sistem alat tukar itu tidak lepas dari kesepakatan di antara umat manusia. Dengan mempertimbangkan pula kesetaraan nilai antara barang dengan nilai uang. Prinsipnya, semua pihak tidak boleh ada yang dirugikan dalam berniaga.

Akan tetapi, sebagaimana dikisahkan Rama Kiai Muhammad Saifuddin Amirin, dalam helat pengajian rutin Tafsir Al Jalalain, Sabtu malam, 21 Desember 2019, Rasulullah , pada suatu ketika menjumpai seorang sahabat dengan wajah yang kusut. Beliau lantas menegur sahabat itu, "Wahai saudaraku, wajahmu tampak kehilangan cahaya. Kemana kau sembunyikan senyumanmu? Aku ingin sekali melihat kau tersenyum, seperti hari-hari biasanya."

"Ya Rasul, sungguh aku tiada maksud untuk tidak sopan di hadapanmu. Maka, maafkanlah sikapku ini," balas sahabat itu.

Sambil tersenyum, Rasulullah kemudian menyahut, "Sesungguhnya, aku hanya ingin mengingatkanmu, tak baik bagi seseorang menunjukkan perasaan nelangsanya di hadapan orang lain. Itu akan melemahkan dirinya sendiri dan akan membuat orang lain bisa berlaku tidak baik padanya. Sekarang, katakanlah beban apa yang membuat punggungmu terasa berat, wahai saudaraku?"

Mula-mula, sahabat ini agak ragu-ragu menyampaikan keluh kesahnya. Takut jika itu justru akan mempermalukan diri sendiri. Tetapi, lekas-lekas keraguan itu ditanggalkan. Dan mulailah ia bicara, "Begini, ya Rasul. Cukup lama aku menekuni dunia perniagaan. Aku juga telah menjelajah dari kota ke kota untuk melangsungkan usahaku ini. Tetapi, seiring waktu, usaha niaga yang aku jalankan ini bukannya menghasilkan keuntungan. Kian hari, usahaku kian terpuruk. Tidak hanya rugi, malah saat ini aku terancam bangkrut. Benar-benar aku mengalami hari-hari yang berat."

Di saat sahabat itu menjelaskan keadaannya, Rasulullah bersikap sebagai seorang pendengar yang baik. Menyimak setiap kata dan berusaha memahami apa yang dirasakan orang yang ada di hadapan beliau.

"Untuk itulah, aku kemari. Berharap ada setitik cahaya terang yang bisa aku petik dari kebijaksanaan ucapanmu, ya Rasul," pinta sahabat itu kepada Rasulullah .

Sebelum menjawab, Rasulullah mengajukan pertanyaan kepada sahabat itu, "Jika boleh aku tahu, apa yang kau dagangkan, saudaraku?"

"Gandum, ya Rasul," jawab sahabat itu meyakinkan.

Rasulullah tak lekas menjawab. Beliau memperhatikan tingkah sahabat yang duduk di hadapan beliau itu. Lalu, beliau sampaikan saran agar ia memantapkan timbangannya. Jika perlu berilah kelebihan kepada setiap pembeli.

Dari kisah itu, Rama Kiai Muhammad Saifuddin Amirin menguraikan, bahwa saran Rasulullah tentu saja akan bertolak belakang dengan nalar kita sebagai sesama awam. Bagaimana mungkin memberi imbuh (kelebihan) akan mendatangkan keuntungan bagi usaha kita. Bisa-bisa cara semacam itu akan membuat kita semakin cepat menuju pada kebangkrutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun