Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mungkinkah Batik Menjadi Salah Satu Cabang Ilmu?

30 September 2021   02:03 Diperbarui: 1 Oktober 2021   01:16 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar proses membatik di studio Tamakun Art (Sumber foto: dokumentasi  pribadi/Tamakun Art)

Seperti kajian estetika, kajian eklektik, kajian edukasi, dan sebagainya. Tetapi, yang barangkali perlu dirumuskan saat ini adalah bagaimana menemukan filsafat batik yang selanjutnya dapat diurai dalam sudut pandang epistemologi, aksiologi, dan ontologi. 

Ketiga elemen filsafat inilah yang kemudian dapat memberikan jalan bagi pengembangan batik sebagai cabang ilmu.

Memang, diakui atau tidak, sebagai bangsa timur, tentu rasanya kesel juga jika harus selalu manut dengan pandangan barat tentang ilmu. Tetapi apa daya kita saat ini, dunia keilmuan memang sedang dalam genggaman mereka. Segala bentuk kebijaksanaan timur masih perlu berjuang keras untuk mendapatkan tempat duduk yang sejajar.

Pandangan-pandangan Kaum Oksidentalis yang mencoba membongkar terminologi keilmuan barat belum sepenuhnya diterima. Meski mereka mampu membuktikan bahwa pandangan barat, baik yang dikemukakan oleh pemikiran barat tulen maupun yang abu-abu semacam Orientalis, banyak yang keliru, nyatanya pandangan Kaum Oksidentalis ini masih saja kalah suara. 

Bahkan, sebagian ilmuwan timur pun ada yang ikut meragukan atau bahkan mencibirnya.

Walhasil, kita mungkin masih harus memerjuangkan batik---khususnya Batik Pesisir Pekalongan---tidak lagi sekadar sebagai ingatan kolektif atau local wisdom atau local genius, melainkan sebagai ilmu itu sendiri. 

Perjuangan ini saya rasa sangat perlu untuk dilakukan untuk mendukung upaya pelestarian dan pengembangan batik di kemudian hari.

Dalam terminologi keilmuan, istilah pelestarian tidak cukup dengan upaya penyimpanan dan pemeliharaan artefak. Akan tetapi juga mesti memunculkan kajian-kajian yang komprehensif.

Demikian pula dengan pengembangan yang tidak cukup hanya dengan memproduksi sebanyak-banyak mungkin kain batik. Akan tetapi, di dalam usaha produktivitas dan kreativitas itu perlu pula didampingi oleh ilmu pengetahuan yang cukup.

Dengan begitu, nilai dari produk itu akan terangkat dan harapannya dengan cara itu pula dunia akan memandang batik tidak sekadar barang antik, melainkan pula sebagai sebuah literasi yang kaya akan informasi, pengetahuan, dan ilmu. 

Syukur jika mereka pada akhirnya mengakui keunggulan ilmu-ilmu timur yang sebenarnya telah banyak mereka curi dan direproduksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun