Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Karpet Merah untuk Tuan Besar

19 September 2021   02:41 Diperbarui: 19 September 2021   05:57 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan-jangan gurunya Pak Kades juga para malaikat?" sambung Jono.

"Wah lha tambah istimewa!" timpal Pono.

"Sudah dari dulu, Pak Kades itu istimewa!" imbuh Sugi dengan entengnya.

Ya, semua sepakat, Pak Kades adalah satu-satunya orang istimewa di desa kami. Meski sejatinya tak sedikit warga yang bisa menyekolahkan anak-anak mereka sejajar dengan Pak Kades. Tetapi, semua memilih untuk mendidik anak-anak mereka di sawah dan ladang. Kadang, para orang tua tak segan membawa anak-anak mereka ke hutan.

Alasan kami sederhana. Supaya anak-anak terbiasa dengan cangkul, clurit, dan segala macam peralatan yang sehari-hari mereka gunakan. Kami tidak ingin anak-anak kami lupa cara memegang cangkul, clurit, dan lain-lain. Kami juga tidak ingin mereka tidak tahu cara mengayunkannya.

Lalu, mengapa Pak Kades bisa seperti itu? Itu sudah takdirnya. Pak Kades dilahirkan dari keluarga yang memang kami anggap istimewa. Beliau harus memegang tanggung jawab sebagai anak turun keluarga Den Wongso yang ditakdirkan untuk memimpin warga desa.

Den Wongso itu pendiri desa kami. Nama beliau melegenda. Setiap ada mertidesa, semacam peringatan hari jadinya desa, kuburan beliau dibersihkan warga. Dihias dengan untaian bunga melati. Dan, diziarahi. Semua warga kumpul di situ untuk menggelar doa bersama.

Nama Den Wongso tak hanya dikenal sebagai cikal bakal desa. Menurut cerita turun-temurun, beliau itu juga seorang abdi kerajaan. Beliau ditugasi oleh Kanjeng Sultan pada masa itu untuk babat alas desa ini. Bahkan, beliau juga dikenal sebagai seorang wali.

Itulah sebabnya, semua anak turunnya memiliki keistimewaan. Semua warga tak meragukan. Tetapi, untuk menambah kepercayaan warga, anak-anak turunan Den Wongso harus sekolah tinggi-tinggi.

Tidak ada peraturan mengenai itu, memang. Tetapi, hal seperti itu sudah menjadi kebiasaan.

Menurut salah seorang kerabat Pak Kades, langkah itu dilakukan sebagai persiapan bagi para keturunan Den Wongso untuk didudukkan sebagai pemimpin desa. Katanya lagi, siapapun dari keturunan Den Wongso punya kewajiban untuk mendidik warga desa. Lebih-lebih yang dapat giliran memimpin desa, jadi Kades. Itu harus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun