Mohon tunggu...
Ribka OktavianiZendrato
Ribka OktavianiZendrato Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang mahasiswa Undiksha, prodi pendidikan kimia, jurusan kimia. Saat ini saya sedang aktif belajar dan menulis beberapa artikel ilmiah populer seputar biokimia. Artikel ini merupakan bagian dari tugas mata kuliah Biokimia, dengan harapan bisa membantu pembaca memahami konsep-konsep biokimia secara lebih sederhana dan mudah dipahami.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aplikasi Rekayasa Genetika bagi Kehidupan

21 Juni 2025   00:25 Diperbarui: 20 Juni 2025   23:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bayangkan jika manusia bisa menulis ulang "resep" kehidupan, mengubah satu huruf kecil dalam kode genetik dan menciptakan perubahan besar pada makhluk hidup. Inilah inti dari rekayasa genetika sebuah bidang yang mengubah cara kita memahami dan memanfaatkan kehidupan di bumi. Rekayasa genetika adalah teknologi yang memungkinkan ilmuwan untuk memodifikasi materi genetik organisme, baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia, dengan tingkat presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Proses ini melibatkan pemindahan, penggantian, atau penambahan gen tertentu agar organisme memiliki sifat baru yang diinginkan.

Teknologi ini pertama kali mencuri perhatian dunia pada tahun 1970-an, ketika para peneliti berhasil "memotong dan menempel" gen dari satu organisme ke organisme lain. Sejak saat itu, rekayasa genetika berkembang pesat, melahirkan berbagai aplikasi yang kini menyentuh hampir setiap aspek kehidupan modern. Dari produksi obat-obatan penting seperti insulin, pengembangan tanaman pangan yang tahan penyakit, hingga upaya membersihkan lingkungan dengan mikroba hasil rekayasa, teknologi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kemajuan sains dan industri.

Namun, di balik segala potensinya, rekayasa genetika juga menimbulkan pertanyaan besar: Sejauh mana manusia boleh "bermain" dengan kode kehidupan? Apa dampaknya bagi lingkungan, kesehatan, dan etika? Artikel ini akan mengajak Anda menjelajahi dunia rekayasa genetika mengenal aplikasinya, manfaatnya, sekaligus tantangan dan perdebatan yang menyertainya di era modern ini.

Rekayasa genetika telah membawa revolusi besar dalam dunia kedokteran, menghadirkan solusi yang sebelumnya hanya bisa dibayangkan dalam fiksi ilmiah. Salah satu terobosan paling awal dan penting adalah produksi insulin rekombinan. Sebelum teknologi ini ditemukan, penderita diabetes tipe 1 harus bergantung pada insulin yang diekstrak dari pankreas hewan, yang kadang menimbulkan reaksi alergi. Dengan rekayasa genetika, para ilmuwan berhasil memasukkan gen penghasil insulin manusia ke dalam bakteri, sehingga bakteri tersebut dapat memproduksi insulin yang identik dengan milik manusia. Hasilnya, insulin rekombinan menjadi lebih aman, efektif, dan tersedia luas untuk jutaan pasien di seluruh dunia. Selain itu, terapi gen menjadi harapan baru bagi penyakit-penyakit genetik yang selama ini sulit diobati. Terapi gen bekerja dengan cara memasukkan gen sehat ke dalam sel pasien untuk menggantikan gen yang rusak atau tidak berfungsi. Proses ini bisa dilakukan secara ex vivo sel pasien diambil, dimodifikasi di laboratorium, lalu dikembalikan ke tubuh atau in vivo, di mana gen langsung disuntikkan ke jaringan target dalam tubuh. Meski masih menghadapi tantangan besar terkait efisiensi, keamanan, dan ketepatan sasaran, terapi gen telah menunjukkan hasil menjanjikan pada penyakit seperti imunodefisiensi bawaan dan cystic fibrosis.

Tak kalah menarik, rekayasa genetika juga melahirkan vaksin DNA, sebuah inovasi yang mengandalkan potongan kecil materi genetik untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Vaksin jenis ini lebih cepat dikembangkan dan diproduksi, serta berpotensi memberikan perlindungan yang lebih luas terhadap berbagai penyakit, termasuk kanker dan infeksi baru. Dengan segala kemajuan ini, rekayasa genetika terus membuka peluang baru bagi dunia medis, membawa harapan bagi pasien dan memperluas cakrawala pengobatan modern.

Rekayasa genetika telah mengubah wajah pertanian modern dengan menghadirkan tanaman transgenik yang memiliki sifat unggul dan manfaat besar bagi ketahanan pangan. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah dimodifikasi secara genetik dengan memasukkan gen dari organisme lain untuk memberikan sifat baru, seperti tahan terhadap hama, penyakit, atau kondisi lingkungan ekstrem. Proses ini jauh lebih cepat dan terarah dibandingkan persilangan tradisional, karena hanya gen target yang disisipkan tanpa membawa gen-gen lain yang tidak diinginkan. Salah satu contoh paling terkenal adalah Golden Rice, varietas padi yang diperkaya dengan beta-karoten, prekursor vitamin A. Padi ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan vitamin A yang masih menjadi masalah kesehatan serius di banyak negara berkembang. Dengan memasukkan gen dari bunga daffodil dan bakteri yang mengkode enzim pembentuk beta-karoten, Golden Rice mampu menghasilkan vitamin A langsung di bagian biji yang dapat dimakan, memberikan solusi nutrisi yang inovatif dan berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa. Selain itu, rekayasa genetika juga menghasilkan tanaman yang tahan hama, seperti jagung BT yang mengandung gen dari bakteri Bacillus thuringiensis, sehingga tanaman ini dapat menghasilkan protein yang mematikan hama ulat tanpa perlu pestisida kimia. Ada juga tanaman yang tahan kekeringan atau salinitas tinggi, membantu petani di daerah dengan kondisi lingkungan yang menantang. 

Rekayasa genetika juga memainkan peran penting dalam mengembangkan solusi industri dan lingkungan yang berkelanjutan, terutama melalui produksi biofuel, enzim industri, dan bioremediasi. Biofuel, sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, kini semakin banyak diproduksi menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika. Mikroba ini dimodifikasi untuk meningkatkan efisiensi fermentasi biomassa menjadi bioetanol, biodiesel, atau gas metana, yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Selain itu, tanaman seperti tebu dan jagung juga direkayasa agar menghasilkan lebih banyak gula yang dapat difermentasi, sehingga meningkatkan produksi biofuel secara signifikan. Di sektor industri, enzim hasil rekayasa genetika menjadi kunci dalam berbagai proses produksi. Enzim ini digunakan untuk mempercepat reaksi kimia dengan cara yang lebih ramah lingkungan dan hemat energi, misalnya dalam pembuatan deterjen, pengolahan makanan, dan produksi biofarmasi. Enzim yang dihasilkan mikroorganisme transgenik ini memiliki stabilitas dan aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan enzim alami, sehingga meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi limbah industri. Sementara itu, bioremediasi memanfaatkan mikroorganisme hasil rekayasa genetika untuk membersihkan lingkungan dari polutan berbahaya seperti limbah minyak, logam berat, dan bahan kimia industri. Mikroba ini mampu menguraikan atau mengubah zat beracun menjadi senyawa yang tidak berbahaya, membantu memulihkan kualitas tanah dan air. Dengan demikian, rekayasa genetika membuka peluang baru dalam pengelolaan limbah dan perlindungan lingkungan secara lebih efektif dan berkelanjutan

Rekayasa genetika, meskipun membawa banyak manfaat, juga menimbulkan beragam isu etika dan sosial yang kompleks dan perlu mendapat perhatian serius. Salah satu topik yang paling kontroversial adalah penggunaan teknologi ini dalam pengeditan gen manusia dan kloning. Kloning manusia, misalnya, dianggap melanggar harkat kemanusiaan karena dapat merusak silsilah keturunan dan berisiko menimbulkan kecacatan pada hasil kloning. Dari sudut pandang moral dan filsafat, tindakan ini dipandang sebagai pelanggaran terhadap keunikan individu dan dapat menimbulkan dampak psikologis serta sosial yang serius. Selain itu, pengeditan gen manusia menimbulkan pertanyaan mendalam tentang hak dan kebebasan individu di masa depan. Apakah orang tua berhak menentukan sifat genetik anak mereka? Apakah seseorang di masa depan memiliki hak untuk tidak mengalami perubahan genetik yang diatur oleh generasi sebelumnya? Pertanyaan-pertanyaan ini membuka ruang diskusi tentang tanggung jawab moral generasi sekarang terhadap generasi mendatang, serta perlunya regulasi ketat agar teknologi ini digunakan hanya untuk tujuan yang benar-benar bermanfaat, seperti pengobatan penyakit genetik.

Isu lain yang tidak kalah penting adalah kontroversi terkait organisme hasil rekayasa genetika (GMO). Masyarakat sering khawatir tentang keamanan pangan, dampak lingkungan, dan potensi monopoli paten genetik yang dapat menghambat akses petani kecil terhadap benih. Bioetika embrio juga menjadi perhatian, terutama dalam konteks penelitian dan terapi yang melibatkan manipulasi embrio manusia. Kode etik rekayasa genetika menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan ilmiah dan nilai-nilai kemanusiaan, termasuk larangan terhadap praktik yang berpotensi merugikan kehidupan dan martabat manusia.

Pemanfaatan rekayasa genetika, khususnya produk hasil rekayasa genetika (PRG) seperti tanaman transgenik dan pangan GMO, diatur secara ketat oleh peraturan nasional dan internasional untuk menjamin keamanan dan keberlanjutan. Di Indonesia, regulasi utama yang mengatur keamanan hayati PRG adalah Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Peraturan ini mengatur aspek keamanan lingkungan, pangan, dan pakan, serta mengawasi peredaran PRG baik yang diimpor maupun hasil riset dalam negeri. Selain itu, Indonesia juga mengadopsi prinsip kehati-hatian dari Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayati, yang menekankan pentingnya evaluasi risiko sebelum PRG diperkenalkan ke lingkungan dan pasar. Setiap produk PRG harus melalui proses pengkajian keamanan pangan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum diedarkan, dan wajib mencantumkan label yang jelas bertuliskan "Pangan Produk Rekayasa Genetik" agar konsumen mendapat informasi transparan. Pengawasan eksperimen genetik dan pengembangan PRG juga melibatkan berbagai lembaga, seperti Komisi Keamanan Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian Pertanian, yang bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab dan tidak menimbulkan risiko bagi keanekaragaman hayati dan kesehatan masyarakat. Peraturan terbaru seperti Permentan No. 34 Tahun 2023 juga memperkuat tata kelola dan pengawasan produk pertanian hasil rekayasa genetika di Indonesia. Secara internasional, pengaturan serupa diterapkan di banyak negara dengan standar keamanan dan pelabelan yang ketat. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan publik dan mendorong pemanfaatan rekayasa genetika yang aman dan berkelanjutan. Dengan regulasi yang jelas dan pengawasan yang ketat, diharapkan teknologi rekayasa genetika dapat berkembang secara optimal tanpa mengabaikan aspek lingkungan, sosial, dan kesehatan masyarakat.

Harapan terbesar adalah rekayasa genetika dapat terus dikembangkan untuk mengatasi masalah global seperti kelaparan, penyakit genetik, dan kerusakan lingkungan, sekaligus membuka peluang baru dalam sains dan industri. Namun, keberhasilan ini sangat bergantung pada bagaimana masyarakat menerima dan memahami teknologi ini. Di sinilah peran edukasi publik menjadi sangat krusial. Pendidikan yang tepat dan transparan dapat menghilangkan kesalahpahaman, mengurangi ketakutan yang tidak berdasar, serta membentuk opini yang seimbang dan berbasis fakta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun