Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Foto bersama Bapak

24 Januari 2021   21:49 Diperbarui: 24 Januari 2021   21:52 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto menyimpan banyak kenangan. (dok.windhu)

Sebenarnya sepintas saja, saat mata menangkap status whatsapp seorang teman perempuan berdua bersama ayahnya. 

Itupun tak sengaja. Status whatsapp di nomor ponsel di atasnya langsung bergulir ke status temanku ini. 

Entah kenapa, aku langsung mengirim chat kepadanya. Memulai sebuah percakapan. 

- Foto bareng bapak? 

* Iyaps

- Good, foto yang banyak. Soalnya, aku ngerasa nggak punya foto bareng bapakku. Kecuali, saat di rumah sakit. 

* Aku sama almarhum mamah juga sedikit. Rasanya sedih nggak punya banyak kenangan. 

- Kenangan abadi tersimpan dalam ingatan. 

Kenangan dalam sebuah foto

Setelah salah satu orang tua yang dicintai berpulang dipanggil Allah Yang Maha Kuasa, rasa rindu terkadang hadir. 

Pelipur lara itu muncul dalam sebuah foto. Kenangan-kenangan manis terasa menyeruak. Entah saat sedang bersama-sama keluarga di rumah ataupun sedang berwisata ke suatu tempat. 

Semua kenangan dalam bentuk gambar foto itu tiba-tiba tampak menarik semuanya. 

Bahkan, foto yang tampak sedikit goyang ataupun kurang cahaya, seakan punya kekuatan menyimpan kenangan. 

Hahaha, lucu ya? Harusnya foto-foto bersama orang-orang tercinta yang kondisinya buram saja, sudah menghibur hati. 

Sudah pasti, foto yang bagus dengan sudut pandang dan pencahayaan tepat, lebih menggetarkan hati. Lebih membawa pada kenangan yang tersimpan. 

Seperti halnya temanku yang mengaku hanya punya sedikit kenangan foto dengan almarhumah ibunya saat sehat, akupun begitu. 

Aku nyaris nggak punya foto bersama bapak. Ups, tunggu dulu. Foto bersama bapak beserta seluruh anggota keluarga, bahkan keluarga besar tentunya ada. 

Maksudku disini, foto berdua bersama bapak. Kamu tahu, saat bapak sudah pergi, baru tersadar tidak ada foto berdua bapak dalam keadaan sehat. 

Aku hanya punya foto berdua bapak saat dirawat di rumah sakit. Saat itu, sambil menunggu jadwal kunjungan dokter, aku swafoto bersama bapak.

Tak kusangka, foto-foto iseng tak sengaja itu menjadi kenangan berfoto berdua dengan bapak. Huhu, kenapa tidak dari dulu sering berfoto dengan bapak? 

Jumat terakhir saat sehatnya, tetiba muncul keinginan untuk mengambil foto bapak, berfoto berdua dengan bapak. 

Aku melihat, bapak tak seperti biasanya menggandeng tangan cucu laki-laki semata wayangnya, usai salat Jumat. 

Namun, aku mengurungkan niat itu. Ah sudahlah, banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Berfoto bisa minggu depan saja. Begitu, kataku dalam hati. 

Sayangnya, kesempatan yang tidak pernah terwujud itu tak pernah terulang lagi. Itulah salat Jumat terakhir bapak. 

Esoknya, hari sabtu, bapak jatuh sakit. Bapak tak akan pernah lagi salat Jumat. Rencana foto berdua bapak dalam kondisi sehat tidak terlaksana. 

Mungkin ada yang tanya, lho sekarang kan berfoto sangat mudah? Kamera ponsel pun sudah mampu menyaingi bagusnya kamera DSLR. 

Sayangnya, aku bukanlah orang yang sering swafoto. Bukan tipe yang sedikit-sedikit minta difoto jika berada di suatu tempat. 

Kalaupun hadir di suatu tempat, aku lebih suka memotret suasana ataupun ekspresi orang lain. Aku sering lupa menghadirkan diriku dalam sebuah foto. 

"Kamu jangan cuma foto-foto sekeliling doang. Kamu juga harus punya foto diri kamu. Sini, aku fotoin kamu," kata seorang teman saat wisata bareng. 

Aku tersenyum. Kini aku baru menyadari, menyimpan kenangan bersama keluarga dalam sebuah foto sangat penting. 

Bukan, bukan berarti harus narsis. Bukan harus sedikit-sedikit minta difoto atau berswafoto. 

Bukan-bukan itu. Aku ternyata memerlukan kenangan dalam sebuah foto. 

Memang, kenangan yang abadi itu tersimpan dalam ingatan. Namun, jika kenangan itu bisa dalam bentuk visual, kenapa tidak. 

Cengeng? Aku nggak sepakat. Bukannya diri ini tak terima kenyataan. Hati Ini Hanya Rindu.  Lirik lagu Hanya Rindu penyanyi Andmesh Kamaleng mewakilinya. 

Lho, bukannya kalau foto bersama tidak ada, kan sekarang bisa dijadikan satu melalui aplikasi ataupun sebuah program foto dan desain? Tetap, maknanya tak sama. 

Ah, aku kehabisan kesempatan berfoto bersama bapak. Semua tak bisa terulang lagi. Rasanya iri pada teman yang punya banyak foto kenangan. 

Teman, aku jadi ingin bertanya, berapakah foto bersama orang tuamu atau keluargamu yang kau miliki? 

--240121dhu--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun