Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bermaaf-maafan di Hari Kemenangan, Kosong sama Kosong ya!

22 Mei 2020   23:10 Diperbarui: 22 Mei 2020   23:00 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ingat, ya. Kalau orang dewasa  pernah bertengkar, kondisinya tidak akan seperti semula. Ibarat gelas yang sudah retak, tetap tidak bisa seperti semula walaupun diperbaiki." 

Kawan senior yang punya banyak pengalaman itu mengucapkannya saat kami sedang ngopi bareng di sebuah food court pusat perbelanjaan. Sore itu, kami sangat menyayangkan sikap seorang kawan akrab yang secara terang-terangan duduk menjauh, saat  dilihatnya ada yang tidak disukainya berkumpul bersama kami.

Kami tahu memang keduanya sedang berselisih. Ketidaksepakatan atas sebuah rencana kegiatan membuat hati kedua kawan yang kami kenal tiba-tiba memanas. Akhirnya, salah satu kawan benar-benar memilih untuk memutuskan perkawanan. Semua akun medsos pun diblokir.

Saya  sangat menyayangkan yang telah terjadi. Juga kurang sepakat dengan pendapat  kawan senior tadi meskipun diam saja. Namun, saya merasa tidak memiliki kapasitas untuk bisa mendamaikan dua orang yang berseteru.

Khawatir perseteruan yang sebenarnya bisa dicarikan solusinya, tambah nggak karuan. Namun, keputusan ini tidak dipandang tepat juga. "Kamu sih memang selalu cari aman," ucap salah seorang kawan lainnya. Duh, jadi bingung.

Saya memang selalu menghindari perselisihan. Maunya damai-damai saja  walaupun kenyataanya dalam berkawan, terkadang ada hal-hal yang tidak selaras dan tidak sesuai. Kalaupun ada yang tidak berkenan, sebaiknya tidak lama-lama bertengkar. Soalnya, sebagai manusia biasa selalu aja ada yang jadi kekurangan.

Di sisi lain, ada orang yang gampang baper menghadapi suatu peristiwa sehingga hubungan kurang baik pun tercipta. Kadang jadi terkena imbasnya. Aih, kadang berpikir rumitnya dunia orang sudah dewasa, hehehe.

Saling bermaafan dan makna kemenangan

Hari raya idul fitri bagi orang Indonesia identik dengan saling bermaafan. Kembali suci. Begitu yang selalu terjadi setiap tahun. Sudah menjadi tradisi biasanya sambil mengucapkan selamat hari raya, juga sekaligus menyampaikan rasa saling maaf-memaafkan.

Tahun-tahun sebelum pandemi covid-19 ada di Indonesia, biasanya selalu ada halal bihalal di tingkat lingkungan rumah, dalam lingkup kantor atau organisasi. Dalam kegiatan silahturahmi itu yang selalu bikin kangen, biasanya diberikan waktu untuk saling bermaaf-maafan.

Orang-orang berbaris, lalu satu demi satu secara bergantian bersalaman dan mengucapkan permohonan maaf. Setelah itu, diakhiri dengan menyantap hidangan yang disediakan bersama-sama.

Saling bermaafan biasanya dilakukan setelah salat idul fitri (dok.windhu)
Saling bermaafan biasanya dilakukan setelah salat idul fitri (dok.windhu)
Mengikuti kegiatan itu setiap tahunnya, saya pun tersadar jika tak mudah benar-benar saling memaafkan dengan ikhlas. Tidak jarang, hanya berakhir dengan sekedar bersalaman saja saat acara. Setelahnya, belum tentu perselisihan sudah benar-benar usai. Saya jadi ingat gelas retak, yang dibicarakan kawan senior.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun