Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid Hidayatullah, Kesejukan di Kesibukan Kawasan Bisnis Jakarta

20 Mei 2018   23:41 Diperbarui: 21 Mei 2018   00:19 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Hidayatullah, masjid tua yang memiliki perpaduan berbagai budaya yang terletak di antara gedung-gedung megah dan tinggi perkantoran Jakarta (dok.windhu)

Selain menjalankan ibadah shalat, pengunjung masjid Hidayatullah dapat menikmati kesejukan dan keindahan masjid yang berbeda dengan masjid lainnya. Ada percampuran berbagai kebudayaan di masjid ini, yang membuat terkagum-kagum. Melambangkan sebuah toleransi  antar budaya yang tetap bertahan meski sudah berusia ratusan tahun.

Ya, lebih dari dua abad masjid unik berdiri. Masjid Hidayatullah disebut sudah ada sejak tahun 1743. Seorang pengusaha batik  bernama Muhamad Yusuf yang memiliki darah Tiongkok, memberikan tanah wakaf yang di atasnya kemudian dibangun masjid.

Ada dua bangunan utama masjid Hidayatullah, yakni bangunan asli dan bangunan tambahan yang diresmikan sejak tahun 1999.  Pada bangunan tambahan, terdapat menara setinggi 15 meter.

Bangunan Masjid Hidayatullah sudah mengalami tiga kali renovasi, yakni tahun 1921, tahun 1948, dan tahun 1998. Bagian tertua dari masjid sekarang, dibangun pada tahun 1921 menurut rancangan arsitek Louis Khan dalam gaya yang dipengaruhi kubisme.

Perpaduan budaya yang dimiliki masjid ini terlihat menyatu. Bila diperhatikan, ada budaya Betawi sebagai ciri sebagai lokasi masjid berdiri. Tampak  dari bentuk pintu dan jendela dengan ventilasi. Seperti yang ada di rumah Betawi.

Budaya Tiongkok, secara nyata juga langsung terlihat di arsitekturnya, yakni pada atap yang menyerupai kelenteng, dengan lengkungan pada ujung-ujungnya. Begitupun dengan mimbar masjid berundak, yang sangat kuat memiliki pengaruh Tiongkok.  Pada mimbar terdapat  hiasan flora (lotus, daun artimesia) dan fauna (burung, ayam dan kerang).

Ukiran bertuliskan Allah Maha Besar pada bagian atas tiang kayu (dok.windhu)
Ukiran bertuliskan Allah Maha Besar pada bagian atas tiang kayu (dok.windhu)
Ada juga budaya Jawa yang ditemui pada tiang-tiang cokelat kayu jati yang menyangga masjid. Ini serupa halnya dengan masjid-masjid di tanah Jawa pada umumnya. Di bagian atas tiang kayu itu, terdapat ukiran huruf Arab bertuliskan Allahu Akbar (Allah Mahabesar).

Belum lagi, bentuk menara masjidnya yang mendapat sentuhan Persia. Tak ditemui kubah besar seperti halnya pada masjid kebanyakan. Dialasi karpet hijau, keteduhan semakin terasa meski bukanlah masjid ber-AC.  

Ruang shalat berbentuk kotak yang ditutupi kain, menghadap mimbar bagian kanan menjadi pembatas antara laki-laki dan perempuan. Di bagian perempuan itu, tersedia sejumlah mukena sebagai alat shalat yang bisa digunakan para perempuan yang hendak shalat. Sejumlah Al Quran pun terlihat.

Shalat di masjid ini, cukup menyenangkan karena tempat wudhu dan toilet yang ada cukup bersih untuk digunakan. Sebuah kaca untuk mematut diri juga tersedia bagi jemaah agar lebih terlihat rapi dalam berbusana.

Makam yang terdapat di halaman samping masjid (dok.windhu)
Makam yang terdapat di halaman samping masjid (dok.windhu)
Saksi Sejarah Wilayah Karet 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun