Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kerokan, Pengobatan Tradisional yang Mudah, Murah, Manjur, dan Mesra

26 November 2017   23:57 Diperbarui: 27 November 2017   00:14 4133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerokan merupakan upaya pengobatan yang sudah berlangsung turun temurun. Kerokan itu Mudah, Murah, Manjur, dan Mesra. bahan yang digunakan untuk menghangatkan tubuh adalah balsem, yakni Balsem Cap Lang yang tidak lengket dan beraroma menenangkan (dok.windhu)

Hanya mau sesekali saja, bila benar-benar sudah mulai merasa payah dan tidak sanggup lagi menahan rasa masuk angin. Kenyataannya, mau diakui atau tidak, setelah dikerok badan memang terasa lebih segar. Terutama setelah dibantu dengan beristirahat atau tidur sejenak.

Biasanya, usai  dikerok tubuh mulai terasa hangat. Setelah itu, perlahan-lahan mulai ingin bersendawa.  Biasanya saya mengeluarkan angin melalui bagian tubuh belakang atau yang biasa disebut kentut.  

Seperti halnya yang saya lihat pada salah seorang anggota  di samping gedung Sarinah Thamrin, kebiasaan kerokan dengan mudah saya temukan dimana saja. Di pasar, di kost, di kantoran, ataupun saat sedang berwisata ke suatu daerah sesekali ada teman yang minta tolong untuk dikerok.

Biasanya, saat melihat balur-balur merah di leher, saya segera mengetahui seseorang baru dikerok. Bila di rumah biasanya yang dikerik pada bagian punggung, dada, dan leher, ternyata ada juga yang mengerik pada pagian lengan hingga ke arah kaki. Wow, sebegitu dahsyatnya.

Seorang ibu mengerok anaknya (dok.slidemateri)
Seorang ibu mengerok anaknya (dok.slidemateri)
Kenapa  harus kerokan?

Itu sebuah pertanyaan yang sudah lama saya simpan. Saya tak menampik betapa manjurnya budaya warisan tradisional yang melekat begitu kuat di masyarakat Jawa pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Nyaris bisa dibilang, rata-rata pernah merasakan kerokan sepanjang hidupnya.  

Namun, satu hal yang tidak habis saya pikir adalah rasa tidak lega belum kerokan bila sudah masuk angin bagi yang sudah terbiasa. Di sisi lain, beredar informasi yang tidak-tidak jika melakukan kerokan dala posisi tiduran dapat menyebabkan terkena angin duduk, sehingga dapat menyebabkan meninggal dunia. Ups...

Penjelasan ilmiah mengenai kerokan akhirnya saya dapatkan dari Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS), Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo,dr, PAK, MM, M.Kes.

Dokter ramah ini menuturkan, sebenarnya asal usul kerokan, masih belum diketahui secara benar, apakah itu asli kepunyaan Indonesia atau dari China, yang kemudian melewati Thailand, Vietnam, lalu masuk ke Jawa.

Beragam alat kerokan yang digunakan (dok.materiprof.Didik)
Beragam alat kerokan yang digunakan (dok.materiprof.Didik)
Kenapa? Karena budaya kerokan juga terdapat di negara-negara Asia itu, yakni China  disebut Guasha, Vietnam dinamakan Goh Kyol, dan Thailand  dikatakan Cao gio. Mereka pun menggunakan alat bantu yang beragam, mulai dari batu giok, tanduk kerbau, dan sendok porselen.

Namun pastinya, di Jawa atau di Indonesia, kerokan merupakan upaya mencari kesembuhan dan budaya mencari pengobatan pada masyarakat yang biasanya  pada golongan bawah. Meski demikian, banyak juga kalangan berada yang meyakini dan merasakan manfaat  metode penyembuhan kerokan yang diwariskan nenek moyang. Keluarga besar Prof. Dr Didik pun melakukan kerokan secara turun temurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun