Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Moral Bangsa, Dimulai dari Kursi Prioritas

28 Februari 2017   23:54 Diperbarui: 1 Maret 2017   20:00 3096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di dalam sebuah Trans Jakarta. (dokpri)

Namun, tidak satu atau dua kali juga, saya melihat ada perilaku sebagian penumpang yang memang sengaja berusaha mencari tempat duduk. Misalnya saja, seorang ibu yang tadinya minta duduk sedikit lalu lama-lama melebar atau dengan terang-terangan meminta yang lebih muda untuk berdiri.

Untuk yang satu ini, batasan umur memang tidak ada ketentuannya, kecuali lansia pada kategori prioritas. Tak hanya perempuan, di bagian laki-laki pun terkadang ada yang masih kurang peka membaca situasi. Pernah ada, dalam Trans Jakarta yang saya naiki, seorang laki-laki bertingkah meminta tempat duduk sehingga membuat kesal seorang petugas Trans Jakarta.

Meskipun ada juga yang sesekali salah menduga saat melihat perempuan berperut gendut yang dikira sedang hamil. Seorang penumpang malah menolak duduk dan tertawa saat diduga sedang berbadan dua. “Nggak. Nggak. Saya nggak hamil,” ucapnya dan memilih tidak duduk.  

Lambang gambar peringatan dan prioritas di Commuterline (dokpri)
Lambang gambar peringatan dan prioritas di Commuterline (dokpri)
Bagaimana dengan Commuter Line?

Selain di  Trans Jakarta, tanda kursi prioritas juga terpampang jelas commuter line. Seperti halnya di Trans Jakarta pula, ada yang peduli dan tidak peduli. Unggahan sejumlah gambar di berbagai media sosial memperlihatkannya.

Bahkan, pada tahun 2016, pemberitaan seorang perempuan yang duduk tenang di kursi prioritas tapi tidak peduli dengan seorang bapak tua yang berdiri di dekatnya, pernah beredar di sejumlah surat kabar. Beritanya ada disini

Kepekaan dan kepedulian seseorang terhadap sesuatu, termasuk pemberian kursi prioritas agaknya dipengaruhi beberapa faktor, baik pengalaman, pengetahuan, pendidikan, dan pergaulan yang dimiliki seorang penumpang.  Orang yang mengingatkan pun harus siap menerima berbagai reaksi yang akan muncul

Bagi yang sudah memiliki kepedulian dengan adanya kursi prioritas, tentu hal itu dapat menjadi contoh yang baik. Bagi yang belum, sudah saatnya setiap orang untuk meningkatkan rasa kepeduliannya dan mampu berempati. Mampu berbagi dan bertenggang rasa pada mereka yang benar-benar masuk pada kategori prioritas.Termasuk di dalamnya, bila ada penumpang yang sedang sakit, memberikan kesempatan untuk duduk.   

Saya lebih memilih untuk tidak duduk di kursi prioritas dan duduk di kursi lain walaupun kursi prioritas berada dalam keadaan kosong sekalipun. Saya merasa tidak patut untuk duduk di kursi yang lebih ditujukan pada mereka yang masuk ke dalam golongan ibu hamil, membawa anak, disabilitas, dan lansia.

Pastinya, gambar kategori penumpang prioritas yang terpampang jelas, baik di Trans Jakarta maupun di Commuter Line merupakan hal yang sangat baik untuk transportasi publik yang melintas di wilayah Jakarta. Sebab,  pada angkutan umum lainnya, seperti bus kota ataupun angkot tidak bisa ditemukan. Untuk dua kendaraan ini,  kepedulian untuk memberikan kursi kepada penumpang yang lebih membutuhkan duduk pun tetap diperlukan.

Kepedulian dan kepekaan bisa diawali dari memperhatikan kursi prioritas pada transportasi publik. Hal ini tetap perlu diasah seiring dengan waktu sehingga timbul kesadaran yang lebih baik kepada setiap penumpang kepada penumpang yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun