Mohon tunggu...
Irma Sabriany
Irma Sabriany Mohon Tunggu... Freelancer - Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Berani, mengagumkan, kekanak-kanakan, suka jalan-jalan, mandiri punya gaya ngomong yang sopan, lucu, cuek

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Saya Pu' Hati Tertinggal di Biak

4 Februari 2020   19:42 Diperbarui: 4 Februari 2020   19:48 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena aku dan orang tuaku tidak memiliki dana berlebih untuk menikmati keindahan Indonesia, sehingga harus  mengakalinya dengan mencari pekerjaan yang dapat membawaku mengunjungi provinsi yang ada di Indonesia. Mungkin saja ijazah dan gelar sarjana tak penting,  tetapi yang kukehendaki hanya bermanfaat untuk orang banyak. 

Rabu, 13 April 2016, 05.30 WIT, akhirnya aku menginjakkan  kaki di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Penerbangan  Jakarta -- Makassar -- Biak Numfor, berangkat dari Jakarta, pada 21.00 WIB lalu transit di Makassar dan kemudian 05.00 WIT aku dan Diani (Laode Hardiani) tiba di Bandara Frans Kaisepo, Biak. 

Dalam penerbangan Makassar -- Biak saat akan mendarat di Bandara Frans Kaisepo, aku menyaksikan bola matahari menanjak di ufuk timur dan horizon lautan berwarna orange tertimpa sinar cahaya pagi, aku seakan tersihir dan takjub.

Saat itu matahari pagi, tak pernah kurasakan sama di setiap tempat, tapi yang pasti keindahannya berubah-ubah. Tergantung suasana hati! Begitu aku bersyukur, maka rasa indah, bukan lagi urusan mata. Perasaanku hari itu bahagia, tak sabar rasanya kaki ini untuk menginjakkan kaki di Pulau Biak. Waktu itu kami dijemput oleh Kak Megareta Tobing dan Pak Gerid.

Pemandangan saat akan mendarat di Bandara Frans Kaisepo, Biak (dok. pribadi)
Pemandangan saat akan mendarat di Bandara Frans Kaisepo, Biak (dok. pribadi)

Yah, Biak yang merupakan salah satu pulau kecil yang berada di Teluk Cenderawasih yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik. Dari Biak-lah, awalnya aku menginjakkan kaki ke Jayapura hingga ke Manokwari, Papua Barat. 

Selama berada di Kabupaten Biak Numfor, aku banyak mengunjungi beberapa tempat wisata. Kak Julistrio Boby ( Boby), Setiawan Mangando (Aliando), Diani dan Kak Mega yang menemani petualanganku untuk menyaksikan semua yang harus kusisir di Biak.  

Petualangan di Biak Numfor ini, aku mulai dari Batu Picah yang terletak di Biak Utara Batu Picah terletak di Biak Utara. Jika bepergian ke Kabupaten Supiori,  aku selalu melewati tempat ini. Sayangnya, jika menggunakan angkutan umum, aku tentu saja tidak bisa singgah.

Sampai suatu hari ada kegiatan di daerah Biak Utara, tak mau aku lewatkan kesempatan ini. Aku pun mengikuti kegiatan, jujur saja saat kegiatan aku tidak fokus. Di pikiranku saat itu, selalu terbersit semoga kegiatan ini cepat selesai.

Tubuhku tertinggal dalam kegiatan, tapi pikiran dan imajinasiku, terus menerus mengara ke Batu Picah. Ternyata Sang Maha Segalanya, mengabulkan doaku, yang kubisikkan pada angin dan hawa laut. 

Siang itu cuaca sangat mendukung, langit biru dan angin pantai sepoi-sepoi. Tibalah kami di Batu Picah.  Yang aku lihat, di Batu Picah ini ada tebing-tebing. Setelah melihatnya langsung, aku bisa memastikan dengan sebutan demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun