Mohon tunggu...
Rianto Harpendi
Rianto Harpendi Mohon Tunggu... Insinyur - Universe

Dum spiro, spero

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Recehan: Selera dan Kualitas

26 Agustus 2020   08:29 Diperbarui: 26 Agustus 2020   08:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Recehan (republika.co.id)

Mungkinkah hal ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang buruk?. Suka atau tidak suka, selera dan kualitas orang Indonesia seperti sekarang merupakan buah dari sistem pendidikan yang ada. 

Bila manusia Indonesia sedini mungkin dididik untuk menggunakan otaknya, berpikir kritis dan dibiasakan untuk membaca, menonton sesuatu hal yang edukatif dan bermutu, maka kemungkinan besar tidak akan suka dengan konten receh yang melecehkan orang lain. 

Wajar saja bila kualitas literasi dan numerasi bangsa Indonesia sangat rendah. Karena, untuk menonton acara pesbuker seseorang tidak perlu berpikir. Pengetahuanpun tidak bertambah. 

Tetapi untuk menonton acara di NatGeo, otak manusia dituntut untuk berpikir, berimajinasi dan menambah pengetahuan. Itu bagian yang sulit dan kebanyakan orang Indonesia tidak mau mengalaminya.

Kualitas seseorang dapat diukur dari bacaan, tontonan, dan topik yang sering dibicarakan. "Monster" yang menggangu akan berkurang jika selera dan kualitas manusianya diubah. Bila 40%-50% saja populasi orang Indonesia meningkat -selera dan kualitasnya, maka bangsa ini akan mengalami kemajuan. Peradaban manusia saat ini banyak dibentuk oleh sains dan teknologi. 

Bayangkan bagaimana masa depan bangsa Indonesia, bila anak- anak Indonesia tidak suka sains. Bayangkan bagaimana masa depan pemimpin bangsa ini jika anak- anak lebih banyak menghabiskan waktunya main game online daripada membaca. 

Kebanyakan anak muda Indonesia hanya sebatas memuja K-Pop dan drama Korea tanpa tertarik mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan sains dan teknologi Korea Selatan.

Bagaimanapun konten recehan pasti tetap akan ada.  Karena kapitalisme bekerja seperti itu. Dan juga tidak ada salahnya menikmati konten yang receh, selama itu tidak menjadi kebiasaan, tidak membodohkan diri dan merendahkan orang lain. 

Apalagi, dunia saat ini lebih memuja kemasan daripada isi dan sensasi daripada esensi. Kunci untuk tidak terjebak didalamnya ada disetiap individu. Apakah mau mencemari pikiran dan hati dengan konten recehan?. Dan salah satu cara terbaik untuk merawat otak adalah dengan tidak membaca dan menonton sesuatu hal yang receh..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun