Mohon tunggu...
Riani HasanahPutri
Riani HasanahPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka jurusan Bimbingan dan Konseling

Berusaha menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemberdayaan Kaum Dhuafa

19 Januari 2021   11:41 Diperbarui: 19 Januari 2021   11:52 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persoalan ekonomi merupakan suatu masalah yang selalu melekat di Indonesia.  Menurut Bank Dunia (World Bank) kemiskinan di Indonesia hampir setengah dari penduduk (Nurwati, 2008). Kurangnya perhatian dari pemerintah sehingga banyak masyarakat yang terlantar dan serba kekurangan yaitu kaum dhuafa, yang mengakibatkan kehidupan mereka serba kekurangan, mulai dari perekonomian, kebutuhan sehari-hari bahkan pada masalah pendidikan. Derita hidup yang mereka alami harus mereka relakan dan disyukuri.

Kaum dhuafa merupakan golongan manusia yang hidup dalam kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketakberdayaan, ketertindasan, dan penderitaan, mereka mengalami itu semua. Hidup mereka yang seperti itu bukan terjadi dengan sendirinya, tentunya bukan kemauan mereka, karena itu adanya faktor yang menjadi penyebab. Adanya kaum dhuafa memang menjadi sebuah realita dalam sejarah kemanusiaan. Kaum dhuafa ialah orang-orang yang menderita hidupnya secara sistemik. Para dhuafa yang setiap hari nya berjuang untuk hidupnya.

Mereka para kaum dhuafa diluaran sana banyak mengalami kesulitan seperti membiayai anak-anak yang sekolah serta kurang terpenuhi nya makanan atau bahan-bahan pokok untuk sehari-sehari sebab kondisi perekonomian keluarga yang jauh dari kecukupan. Mereka berjuang dengan penuh tenaga dan bekerja keras seperti membuka jasa mencuci baju (laundry) dan bekerja serabutan, apapun pekerjaan nya, mereka akan lakukan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup yang mereka perlukan, itulah perjuangan hidup mereka.

Kaum dhuafa disebut oleh Nabi Muhammad sebagai orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dan tehormat dari pada mereka yang makan uang rakyat. Doa orang-orang mustadl'afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammmad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa di akhirat.

Oleh karena itu, menurut Mulyana (2020) dalam Muhammadiyah sangat penting mengadakan pemberdayaan kaum dhuafa. Maka sudah selayaknya, sebagai ummat Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa, berjuang memperoleh hak hidup yang layak.

Islam bukan hanya sekedar shalat, tetapi Islam juga mengajarkan manusia untuk menggerakan amal sosial (Sanmiharja, 2018). Sebagaimana Allah berfirman pada surah Al-Ma'un yang salah satu makna dari Surah Al-Ma'un adalah berbagi kepada sesama dengan hati yang tulus dan ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT.


Melihat fenomena yang berkembang di tengah-tengah masyarakat seperti itu, masih banyak nya anak-anak kaum dhuafa yang kurang mampu untuk sekedar bersekolah dan susahnya untuk makan karena kurang terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari, dan sebagai wujud untuk membantu meringankan beban pada kaum dhuafa, diwudjudkan nya dengan program dakwah lapangan yaitu Pemberdayaan Kaum Dhuafa yang diusulkan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, kami dari kelompok 11 yang merupakan mahasiswa serta mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ingin membantu meringankan beban kaum dhuafa baik dari segi kebutuhan sehari-hari maupun menjadikan tempat tinggal yang lebih layak.

Salah satu tempat keluarga yang menjadi fokus kami adalah di Jl. Kebon Baru Gang III, Rt 005/008, No.43, Kel. Semper Barat, Kec. Cilincing, Jakarta Utara. Yang mana terdapat keluarga yang hidup dengan tempat tinggal (rumah) yang kurang layak untuk ditempati, karena sering kali terjadinya kebocoran karena atap rumah nya yang memang sudah bolong-bolong, pintu nya yang sudah usang serta kebutuhan pokok sehari-hari yang kurang mencukupi . 

Pekerjaan mereka ini, Ibu Juaedah membuka jasa cuci baju (laundry) dan suami nya yaitu Bapak Suparman kerja serabutan yang mana mereka hanya mendapatkan penghasilan Rp 50.000/hari. 

Maka dari itu kami sebagai mahasiswa FKIP bergerak untuk membantu kepada keluarga tersebut agar memberikan bantuan kebutuhan pokok sehari-hari dan merenovasi tempat tinggal yang mereka tempati menjadi lebih layak kembali. Kami berharap dengan adanya kegiatan Pemberdayaan Kaum Dhuafa ini, kepada keluarga Ibu Juaedah, kehidupan mereka ini dapat lebih baik, karena kami membantu meringankan dengan memberikan beberapa bantuan kepada mereka, serta dapat memberikan dampak positif kepada mereka sekaligus masyarakat disekitarnya.

METODE PELAKSANAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun