Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kenapa Tayangan Anak Semakin Sedikit?

5 Agustus 2020   19:13 Diperbarui: 5 Agustus 2020   19:22 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : rinagu.com

Pernahkah kita menyadari bahwa tontonan di televisi hari ini banyak sinetron-sinetron dramatis sehingga tontonan kartun bagi anak hanya sedikit?

Yuk kita simak bersama

Televisi itu buruk buat anak, pandangan ini sudah ada sejak awal menjamunya televisi dan masih atau semakin relevan hari ini. Televisi adalah media yang paling banyak dan paling sering dikonsumsi anak, ironisnya jumlah program anak merosot tajam. 

Negara memang memandatkan agar televisi  memperhatikan kepentingan anak. Media pun berperan sebagai : "Penyebarluasan informasi dan materi edukasi dari aspek sosial, budaya, pendidikan, agama, dan kesehatan anak dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak" (UU Perlindungan Anak Tahun 2014 Pasal 72 Ayat 5).

Komisi penyiaran Indonesia atau KPI punya banyak aturan mengenai perlindungan anak berbagai petinggi negarapun menganjurlan program anak yang berkualitas. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil yang memuaskan dari sedikit tayangan yang ada pun, lebih sedikit lagi menempatkan anak sebagai subjek. Bagaimana ini bisa terjadi?

Ketika bicara soal tayangan anak yang pertama terlintas dibenak banyak orang adalah kartun dan animasi, tapi tidak semua kartun sesuai dengan kategori anak. KPI membagi tayangan dalam 4 klasifikasi usia, pra-sekolah yang seumuran dengan anakplagroup dan Tk memiliki kartun seperti Dora the exploler atau Tayo. 

Anak, yang berkisar pada umur sekolah dasar punya Doraemon atau Upin Ipin. Sementara remaja yang mencakup usia SMP dan SMA punya Dragon Ball atau Samurai X. Program-program dewasa, untuk usia diatas 18 tahun baru boleh tayang setelah jam 10 malam. 

Namun, tidak ada stasiun televisi  bersiaran nasional yang didedikasikan secara konsisten untuk pengembangan dan perawatan anak, sebagian besar tayangan televisi dibawah jam 10 malam memakai klasifikasi yang disebut sebagai semua umur. Dari Uya Kuya sampai Azab, semuanya memakai klasifikasi ini. 

"Program siaran klasifikasi SU adalah program  siaran yang berisikan muatan yang tidak secara khusus ditujukan untuk anak-anak dan remaja, namun dianggap layak ditonton oleh anak-anak dan remaja" (p3sps pasal 39).

Tayangan dalam klasifikasi ini memang tidak serta merta cocok ditonton anak dengan demikian, perlu pengawasan orang tua. Tapi pada prinsipnya klasifikasi ini mewajibkan semua tayangan untuk tidak memuat konten yang bermasalah ketika ditonton anak seperti kekerasan, konsumsi zat adiktif mistis, atau seksualitas. Aturan ini punya dua masalah serius jika berdiri sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun