Setelah membaca terjemahan artikel Yuval Noah Harari tentang virus Corona, saya jadi banyak berpikir dan semakin khawatir. Rasa-rasanya situasi ini memang bisa bikin orang jadi gila.
Di tempat tinggal saya sendiri, meski banyak kantor dan sekolah yang libur, tapi euforia kehidupan masih terasa sama, kecuali harga sembako yang memang melambung luar biasa. Ibu-ibu masih terus ke pasar tiap hari pakai motor matic andalan. Masih pula salah reting. Bapak-bapak masih terus bergembira sebar jokes garing di grup WhatsApp keluarga. Dan anak-anak masih terus bermain sepeda saban sore.
Mungkin yang berbeda adalah sensitivitasnya. Ketika batuk saat membeli sembako di Indomaret, saya langsung dipelototi oleh seantero ibu-ibu. Yang bawa anak langsung menutup mulut anaknya. Yang gak bawa anak menutup mulut mbak-mbak penjaga kasirnya. Padahal kan, saya cuman tersedak karena tak sengaja menelan permen bulat-bulat ke tenggorokan.
Sebagai emak-emak yang juga punya anak kecil, saya juga berubah jadi lebih sensitif. Saya jadi gampang parnoan tiap lihat orang batuk dan bersin. Apa pun alasannya. Apalagi, berita di televisi benar-benar nonstop menayangkan kejadian seram gara-gara virus Corona.
Kasus Corona di Amerika sudah mencapai 136 ribu jiwa, mengalahkan Cina yang kini justru mulai bisa bernapas lega. Bagaimana Indonesia? Kita masih di garis start. Perjalanan masih jauh. Jiwa-jiwa kita mesti siap untuk guncangan selanjutnya entah dalam bentuk apa.
Oleh karena itu, demi menjaga kestabilan jiwa, saya menyusun beberapa tips yang harapannya dapat membuat kita berpegang pada kewarasan selama badai Corona ini berlangsung.
Membatasi Konsumsi Informasi
Kan ada peribahasanya itu ya, "Ignorance is a bliss", yang artinya kira-kira ketidaktahuan adalah berkah. Kalau diterjemahkan dalam bahasa puisi ala Joko Pinurbo, kelewat paham bisa berakibat hampa.
Intinya adalah batasi konsumsi berita Corona. Ketimbang menjadi penikmat berita Corona yang isinya membuat jantung ketar-ketir, sebaiknya untuk barang sebentar beralih fungsi lah menjadi penikmat drama YouTube.
Belakangan ini ada perang dingin yang lumayan seru antara akun YouTube anak-anak versus akun YouTube genre roasting. Asal kejadiannya adalah ketika anak kecil and the gang itu memposting Ig story yang isinya perbuatan mereka saat sedang mengisi ulang botol hand sanitizer milik sendiri menggunakan milik publik.
Kemudian, kelakuan mereka ini dijadikan konten oleh akun YouTube genre roasting. Setelah dibuli berjamaah, mereka membuat permohonan maaf.Â
Rupanya video permohonan maafnya dinilai nggak tulus. Endingnya, dia dibuli lagi untuk kedua kalinya. Intinya adalah kita harus mensyukuri kehidupan yang biasa-biasa aja. Menjadi terkenal berarti harus siap untuk tidak melakukan tindakan tercela dengan bebas.