Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menjaga Kewarasan di Tengah Badai Informasi Corona

30 Maret 2020   20:16 Diperbarui: 31 Maret 2020   02:20 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

Setelah membaca terjemahan artikel Yuval Noah Harari tentang virus Corona, saya jadi banyak berpikir dan semakin khawatir. Rasa-rasanya situasi ini memang bisa bikin orang jadi gila.

Di tempat tinggal saya sendiri, meski banyak kantor dan sekolah yang libur, tapi euforia kehidupan masih terasa sama, kecuali harga sembako yang memang melambung luar biasa. Ibu-ibu masih terus ke pasar tiap hari pakai motor matic andalan. Masih pula salah reting. Bapak-bapak masih terus bergembira sebar jokes garing di grup WhatsApp keluarga. Dan anak-anak masih terus bermain sepeda saban sore.

Mungkin yang berbeda adalah sensitivitasnya. Ketika batuk saat membeli sembako di Indomaret, saya langsung dipelototi oleh seantero ibu-ibu. Yang bawa anak langsung menutup mulut anaknya. Yang gak bawa anak menutup mulut mbak-mbak penjaga kasirnya. Padahal kan, saya cuman tersedak karena tak sengaja menelan permen bulat-bulat ke tenggorokan.

Sebagai emak-emak yang juga punya anak kecil, saya juga berubah jadi lebih sensitif. Saya jadi gampang parnoan tiap lihat orang batuk dan bersin. Apa pun alasannya. Apalagi, berita di televisi benar-benar nonstop menayangkan kejadian seram gara-gara virus Corona.

Kasus Corona di Amerika sudah mencapai 136 ribu jiwa, mengalahkan Cina yang kini justru mulai bisa bernapas lega. Bagaimana Indonesia? Kita masih di garis start. Perjalanan masih jauh. Jiwa-jiwa kita mesti siap untuk guncangan selanjutnya entah dalam bentuk apa.

Oleh karena itu, demi menjaga kestabilan jiwa, saya menyusun beberapa tips yang harapannya dapat membuat kita berpegang pada kewarasan selama badai Corona ini berlangsung.

Membatasi Konsumsi Informasi
Kan ada peribahasanya itu ya, "Ignorance is a bliss", yang artinya kira-kira ketidaktahuan adalah berkah. Kalau diterjemahkan dalam bahasa puisi ala Joko Pinurbo, kelewat paham bisa berakibat hampa.

Intinya adalah batasi konsumsi berita Corona. Ketimbang menjadi penikmat berita Corona yang isinya membuat jantung ketar-ketir, sebaiknya untuk barang sebentar beralih fungsi lah menjadi penikmat drama YouTube.

Belakangan ini ada perang dingin yang lumayan seru antara akun YouTube anak-anak versus akun YouTube genre roasting. Asal kejadiannya adalah ketika anak kecil and the gang itu memposting Ig story yang isinya perbuatan mereka saat sedang mengisi ulang botol hand sanitizer milik sendiri menggunakan milik publik.

Kemudian, kelakuan mereka ini dijadikan konten oleh akun YouTube genre roasting. Setelah dibuli berjamaah, mereka membuat permohonan maaf. 

Rupanya video permohonan maafnya dinilai nggak tulus. Endingnya, dia dibuli lagi untuk kedua kalinya. Intinya adalah kita harus mensyukuri kehidupan yang biasa-biasa aja. Menjadi terkenal berarti harus siap untuk tidak melakukan tindakan tercela dengan bebas.

Memulai Hidup Bersih dengan Sewajarnya
Ada tetangga saya, saking takutnya sama berita Corona, ia jadi keranjingan cuci tangan. Habis napas cuci tangan, habis masak cuci tangan, habis menyapu cuci tangan, habis ngomongin tetangga cuci tangan, habis cuci tangan pun ia cuci tangan lagi. 

Yah gimana ya. Cuci tangan memang penting sih, tetapi kalau habis cuci tangan terus cuci lagi, mungkin ada sesuatu yang salah sama kesehatan jiwa kita. Mungkin kita kurang piknik.

Lah, mau piknik gimana, kan semuanya mesti self quarantine? Jika memandang karantina diri sebagai sebuah pembatasan, ya jadinya memang bikin bete. Tetapi kalau menganggapnya sebagai sebuah liburan, efeknya bisa sungguh menggembirakan.

Kita bisa melakukan banyak hal dengan adanya work from home seperti ini. Bisa bermain dengan anak, bisa main kemah-kemahan dalam rumah, pun juga bisa masak bersama lalu menggelar karpet dalam rumah seperti sedang piknik. 

Kita juga bisa mengagendakan olahraga yang selama ini urung dilakukan karena sibuk bekerja. Dengan mencontoh gerakan di YouTube, kita tinggal memilih mau yoga, karate, aerobik, taichi, atau pilates.

Kalau malas melakukan semua hal tersebut, membaca bisa jadi opsi terakhir untuk merelaksasi tubuh serta jiwa. Buku dalam bentuk digital bisa jadi opsi yang murah meriah. Apalagi, sekarang ada aplikasi Ipusnas, di mana kita bisa baca buku dengan bebas dan murah, legal lagi!

Tips terakhir adalah menonton drama Korea. Mengapa poin ini terpisah dan tidak disatukan saja dengan poin yang serupa di nomor dua? 

Menurut saya, ada landasan filosofis tersendiri untuk menikmati kegiatan yang satu ini. Di mana, menonton drama Korea adalah sebuah hobi dengan manfaat multidimensi.

Ada begitu banyak hikmah serta kesegaran yang bisa didapatkan sekaligus. Salah satunya adalah kesegaran jiwa karena sudah melihat oppa-oppa yang baik, ganteng, soleh, dan kaya. 

Hikmah lainnya adalah mendapatkan kebijaksanaan hidup yakni jangan mau menjadi pribadi yang baik dan mencintai tokoh utama dengan tulus seperti tokoh second lead. Karena biasanya, tokoh seperti ini akan mati menjomblo di akhir cerita dengan tragis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun