Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Pelancongan Laut ala Rakyat Jelata

25 Desember 2018   05:57 Diperbarui: 25 Desember 2018   17:23 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah perjalanan via kapal laut selalau dihubungkan dengan kapal pesiar yang besasr nan mawah, di mana ada kamar yang luar biasa bagus, makanan yang luar biasa enak, dan kolam renang di dek utama. Yah, buat Indonesia definisi itu sepertinya masih harus menunggu beberapa dekade lagi karena perjalanan lewat laut itu berarti tidur bersama di satu ruang yang besar (kalau dapat kasur), resiko untuk tak kebagian kasur dan berakhir duduk di lantai lobi, antrian makan yang luar biasa panjang, dan fasilitas yang agak memprihatinkan. Menyedihkan? Gak juga ah, hahaha.

Nostalgia Lama

Setelah hampir selama 16 tahun tak pernah lagi menggunakan jasa tranportasi laut, kali ini karena ongkos yang sekarat maka saya terpaksa mengulangi lagi romansa lama ini. Sebenarnya, ada perasaan rindu juga pada sarana transportasi semacam ini. Di mana lagi coba bisa merasakan pemandangan laut lepas dengan angin samudera yang begitu kencang kalau tidak naik kapal? Kan kalau naik pesawat gak boleh buka jendela, hehehe.

Perbedaan kondisi dengan 16 tahun yang lalu adalah semua jenis kelas di kapal adalah kelas ekonomi. Kalau dulu kan ada yang kelas 1,2, dan 3 yang tergolong agak elit lah. Berhubung harga kamar elit dan harga pesawat semakin setara, jelas kapal akan kalah bersaing dengan pesawat dari segi waktu tempuh yang lebih efisien.

Sebenarnya tak ada masalah dengan kelas ekonomi jika semua pemegang tiket kapal dipastikan dapat tempat tidur dan peraturan tentang larangan merokok di kabin bisa ditegakkan dengan benar. Yah, semoga hal-hal yang terbilang sepele seperti ini dapat diwujudkan dengan benar di masa depan.

Garis Cakrawala

Sumber: pexels.com
Sumber: pexels.com
Angkat tangannya nih buat teman-teman yang setiap hari dijejali dengan pemandangan gedung bertingkat dan kemacetan? Nah, cantiknya garis cakrawala bisa banget jadi semacam oase penyembuh atas kejenuhan aktivitas kota. Lewat kapal lautlah garis cakrawala dapat menjadi momen merenung syahdu selama perjalanan. Di mana lagi kan bisa merasakan momen semanis ini: merasa sangat kecil di keagungan alam semesta? 

Oleh-Oleh dari Dalam Kapal

Sumber: pexels.com
Sumber: pexels.com
Orang-orang yang dekat dengan tempat tidur saya kali ini ada segerombolan para calon pekerja harian di sawit. Saya sedikit tahu tentang kehidupan para kerja harian seperti ini. Mereka adalah orang-orang yang bekerja targetan, mendirikan kamp di sekitar lahan yang sedang digarap, dan dibayar dengan upah rendah. Kalau panas, merekalah orang yang paling merasaka gerah, kalau hujan merekalah yang paling kebasahan. Merekalah para penggerak utama roda-roda operasional perusahaan macam HTI dan sawit. 

Dengan kondisi terpisah jauh dari keluarga, mereka masih harus bersiap untuk hidup serba tak enak, minim air bersih, dapur berlatar hutan rimba, dan resiko bertemu dengan hewan liar. Hiks, rasanya mendadak jadi keset welcome kalau bertemu dengan pejuang hidup macam ini.

Selain bertemu dengan mereka, ada juga pemandangan yang agak menyenangkan yakni banyaknya pasutri yang membawa balitanya.  Ketika semua penumpang terlelap, masih ada sekumpulan pejuang orang tua yang menggendong balitanya yang rewel sambil nonton pertandingan bola: Manchester City vs Everton. Saya sendiri kala itu sedang khusuk menemani si bocil jalan-jalan di lobi sambil memandang dengan iri dengki pada semua penumpang yang bisa terlelap.

Perbedaan Naik kapal Dulu dan Sekarang

Ada sedikit perbedaan yang mengarah ke pertumbuhan yang baik. Lewat Pelabuhan Makassar, sekarang ada bagian check in sebelum masuk ke dalam kapal, jadi tak ada antrian berebut parah macam orang berebut mau masuk surga. Meski proses masuknya sangat mudah, namuan ternyata tetap masih banyak penumpang yang tak kebagian kasur. Sebagian dari mereka tidur di lobi dan lorong lorong yang kosong. 

Tapi yang saya suka pada jasa kapal laut ialah harga yang stabil. Saat semua tiket pesawat sedang marangkak naik menjelang natal dan tahun baru, harga tiket kapal Makasar-Balikpapan masih bertengger di angka 200 ribu, sudah termasuk makan selama perjalanan. Worth it lah untuk dicoba sebagai sarana penikmat sun set dan sun rise secara maksimal.

Selamat mencoba, selamat berhari libur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun