Mohon tunggu...
Rian Andini
Rian Andini Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Emak Blogger

rianandini999.blogspot.com resensiriri.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkenalan dengan Inner Child Lewat Kartun Doraemon

10 September 2018   20:29 Diperbarui: 10 September 2018   20:47 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teman-teman pasti sering dong nonton kartun Doraemon setiap Minggu pagi? Saya pun salah satu penggemar fanatik yang setia dengan kartun ini selama kurang lebih 21 tahun.

Saat masih kecil,  saya selalu membenci tokoh Giant yang suka sekali memukuli Nobita. Seiring bertambahnya umur, saya semakin mengerti alasan Giant bersikap kasar begitu pada teman-temanya. Hingga muncul pemakluman bahwa Giant begitu karena emaknya yang juga sering memukulinya di rumah. Ah, Giant ternyata hanyalah korban kekerasan dalam rumah tangga, kawan-kawan, saya bersedih di dalam hati.

Sekarang saya sudah punya anak. Dan setiap kali melihat adegan Giant dipukuli emaknya, hati saya langsung mencelos. Apakah Giant pun akan melakukan hal yang sama pada anaknya nanti? Maafkeun ya, saya memang terlalu baper bahkan saat sedang menonton kartun.

Belenggu Inner Child

Apakah emak-emak di rumah pernah merasakan  hal seperti ini: saat sedang emosi seperti ada bagian lain dari dalam diri kita yang mengambil alih kepribadian yang biasanya? Mendadak tanpa alasan kita sanggup mengasari anak, yang bahkan sesungguhnya itu bukanlah kehendak diri . Ujung-ujungnya adalah sikap penyesalan karena sudah bersikap yang tidak semestinya pada anak. Kalau pernah merasakan ini, bisa jadi anda-anda adalah salah satu 'Giant' yang belum rampung urusannya dengan inner child masing-masing.

Secara tidak sadar, pola asuh orang tua akan membentuk kepribadian kita saat menghadapi anak-anak kelak. Jangan anggap remeh lo tentang hal ini, kitalah potensi terbesar menjadi media yang turut andil dalam merusak kepribadian anak dan akan berlanjut terus menerus. 

Ibarat warisan, kita tentu bisa memilih untuk mengambil yang baik dan membuang yang buruk. Tak ada orang tua yang sempurna, terutama saya ini yang masih mentah sekali mentalnya sebagai emak-emak. Rasanya, orang tua itu ibarat makanan, selalu ada ampas di balik nutrisi yang diserap tubuh. Maka, yang harus kita lakukan adalah bersikap seperti tubuh, menyerap nutrisi dan membuang ampasnya, selesai. 

Self Healing

Dari Institut Ibu Profesional lah saya mempelajari beberapa tips Self Healing dari belenggu inner child. Tindakan pertama yang harus dilakukan ialah menemukan memori yang mengganggu itu, kemudian terima dan maafkan. Menulisnya sih gampang ya, tapi memaafkan begitu saja pastilah membuthkan effort.

Ada beberapa cara untuk bisa memafkan memori buruk itu: berdiskusi dengan diri sendiri atau dengan membuat surat pada diri di masa kecil. Kalau saya jelas akan memilih terapi dengan membuat surat. Rasanya asik sekali lo saat merasa bisa berkomunikasi dengan diri di masa lalu. Ada bagian yang mendadak hangat di dalam hati. 

Oiya, ada satu lagi yang bisa dilakukan dan sangat disarankan yakni membuat jurnal terima kasih. Menurut salah satu web psikologis, dengan membuat jurnal terima kasih secara rutin akan berefek pada peningkatan kesehatan dan kebahagiaan . Untuk kaum Muslimin, pasti tidak asing kan ya dengan kalimat ini," Bersyukurlah, maka akan Kami tambah kenikmatanmu". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun