Sebagai contoh seorang yang dirinya dipengaruhi oleh sifat alam tamasik yang melekat, maka ia condong pada keinginan untuk memberikan siksaan kepada makhluk lain, karena hal demikian memberikan kepuasan dan kenikmatan pada dirinya. Dan tentu keinginan jenis ini dapat memberikan penderitaan hebat dalam kehidupan di alam dunia ini, apalagi jika manusia dengan keinginannya seperti ini berkeliaran disekitar kita, maka sahabat pembaca bisa melihat dampaknya. Hal inilah yang menyebabkan dunia alam material disebut alam yang penuh rasa cemas.
Contoh seorang yang dirinya dipengaruhi oleh sifat alam rajasik yang melekat, maka ia condong pada keinginan untuk meraih prestise/gengsi dari apa yang dicapainya dan ini memberikan kenikmatan tersendiri bagi seorang tersebut. Kalau peradaban masyarakat dipenuhi keinginan jenis ini, sahabat pembaca tentu bisa melihat dampaknya bagi peradaban masyarakat.
Dan Contoh seorang yang dirinya dipengaruhi oleh sifat alam sattvik yang melekat, maka ia condong pada keinginan luhur seperti ingin berbagi, melayani, menyayangi, mengasihi, hingga memberikan kebermanfaatan hidup, dan apabila keinginan ini terpenuhi maka seorang itu merasakan kenikmatan yang tidak bisa diungkap lagi oleh kata kata, seperti menjabarkan rasa manis setelah mencicipi gula. Nah coba bayangkan jika seluruh manusia memiliki keinginan luhur seperti ini, apa dampaknya bagi kehidupan kita?
Manakah menurut sahabat keinginan yang merupakan utopia dan harapan paling diidam-idamkan?
Kalau sahabat memilih keinginan sattvik, jawabannya mari kita simak kisah satu ini.
Dikisahkan Sri Krsna kepada Pandawa saat menyaksikan penggambaran zaman kaliyuga, saat itu Pandawa melihat gelindingan batu besar turun dari bukit yang hendak menghancurkan kehidupan di kaki bukit, namun ajaibnya gelindingan batu besar itu dihentikan oleh pohon kecil yang teguh kokoh berada di kaki bukit. Maka apakah penafsiran Sri Krsna pada kejadian unik ini?
Walaupun zaman kaliyuga adalah zaman kegelapan dan zaman pertengkaran, namun ada satu karunia agung yang dapat membebaskan manusia dari kegelapan itu ... yakni dengan mengucap Nama Suci Tuhan penuh keyakinan yang amat ia yakini potensi Kemahakuasaannya, secara berulang, dan ia tidak pernah melepaskan lisan dan hatinya untuk meninggalkan kebiasaan mengucap nama suci Tuhan ini.
Baginya yang melakukan, maka berangsur-angsur keinginan dan kesadarannya dimurnikan oleh Kemahakuasaan-Nya melalui kekuatan Nama Suci Tuhan terucap, dan semakin maju keinginan dan kesadarannya, maka ia hidup dalam tataran kehidupan spiritual.
Pertanyaannya, apakah Negara kita menjadikan mengucapkan Nama Suci Tuhan sebagai sebuah kewajiban dasar universal agar peradaban masyarakat dipenuhi keinginan luhur? Maka masyarakatlah yang mesti menginisiasinya agar Pemerintah serius menanggapai hal ini dan menjadi kajian kebijakan publik. Tentu jika kita memiliki harapan agar kita hidup dalam peradaban yang penuh kebaikan layaknya surga dunia (yang tentu terdapat batasan-batasan aturan yang tidak menerobos moral).
Catatan Tambahan
Jika kita menemukan seorang manusia dengan level keinginan Sattvik tertinggi (Menyelamatkan Seluruh Makhluk Dunia dan Akhiratnya) maka dengan mencintainya dengan perbuatan nyata dan mendambakan selalu kehadirannya, di akhirat nanti kita kan dipertemukan dengannya.
Karena manusia akan hidup bersama orang yang paling ia cintai dan selalu terkenang sepanjang hidup, setelah kematian.
Cimahi, 27 Juli 2023.
Aa Rian untuk Kompasiana dan Warganya.