Oleh: Rian Marviriks
Sumba sedang harap dalam keabadian...
Tiada lagi keindahan itu berada dalam jantung bumi marapu...
Di ujung utara, pinggiran desa tinggallah tetua yang tak lagi harap dalam kemewahan...
Tetua berbadan bungkuk, berkulit kriput telah jatuh dalam penderitaan..
Menderita, gubuk itu menjadi surga dalam hidupnya, sedang para pejuang aspirasinya tertidur..
Katanya,,, wakil rakyat adalah mereka yang malu bermewahan diatas kepurukan hidup rakyatnya..
Nyatanya... Ketika media sosial memperbincangkan kemelaratan rakyat jelata...
Tak satu pun yang datang menghampiri...
Entah ke mana para wakilku pergi merantau...
Hingga tak kunjung menoleh di pelosok negeri ini...
Indonesia...
Aku sungguh merindu wakilku yang tak pandai bermain akrobat...
aku merindu jiwa yang tak banyak retorika....
Aku merindu kepedulian di saat menjerit kelaparan..
Aku merindu...sangat merindu jiwanya yang tertidur pulas dibawah belahan bambu bisa beralaskan kenyamanan..
Walau hanya sebentar...
Datanglah membawa kain kusut untuk mengusap air mata kemalangannya...
Mendekatlah...
Rasakanlah hangat pelukannya yang takalah harumnya pelukan rajamu...
Surga yang sesungguhnya di bumi marapu ini...
Ada dibawah atap gubuknya yang hancur berkeping-keping...
Di situ...
Kau akan tahu arti hidup yang sesungguhnya...
Kau akan tahu betapa pedihnya ketika sehelai alang menusuk matamu saat tertidur...
Kau akan tahu...
Betapa sedihnya ketika kau setetes air mata dikerumni sekelompok semut..
Indonesia...Padamu aku berharap..