Tongkat Warisan Kakek
Oleh: Riami
Rubo sangat heran mengapa tongkat kakek yang sakti itu diwariskan kepada adiknya Manio, yang menurutnya tidak cerdas. Manio dianggap memiliki IQ yang rendah sejak dua kali tidak naik tingkat dalam pelajaran silat bersama kakaknya Rubo.
Berbeda dengan Kakek, cara pandangnya. Kakek Rubo memandang Manio memiliki tatapan teduh, dan jiwa pelindung. Ia lebih cocok memegang tongkat sakti miliknya. Bukan hanya masalah kecerdasan. Manio dianggap lebih bisa menaklukkan makhluk penghuni tongkat yang suka membisikkan suara suara jahat. Hal ini membuat Rubo iri, dan ingin merampas tongkat kakek dari tangan Manio.
Malam itu kakek memanggil keduanya. Ia ingin mendamaikan perseteruan batin antar cucu ini. Dipanggilnya keduanya ke ruang kakek. Rubo dan Manio masuk ruang khusus kakek meletakkan tongkat sakti itu. Pertama disuruhnya Rubo memegangnya dan mengangkat setinggi tingginya tapi Rubo oleng dan tersungkur. Ketika Manio yang menerima ia mampu berjalan layaknya manusia bijak di muka bumi. Malam itu Rubo akhirnya menerima keputusan kakek.
Setelah keluar dari ruang kakek, Rubo merasa harus memiliki strategi untuk bisa mengalahkan isi tongkat kakek. Ia berambisi bisa memilikinya. Kini ia sedang mencari siasat untuk bisa merebutnya kembali.
Suatu malam sepulang latihan silat Rubo tidak langsung pulang. Ia bersemedi di makam tetua kampung. Ia ingin memiliki kekuatan bisa mengalahkan penghuni tongkat kakeknya. Setengah bermimpi ia mendapat wangsit bahwa untuk bisa memegang tongkat kakek hanya satu pantangannya. Ia tak boleh punya perasaan iri. Dia mulai ingin melindungi adiknya yang kurang IQ itu. Malam Jumat kliwon saat yang tepat untuk mengambil tongkat dari kamar adiknya, menurut bisikan wangsit. Diambilnya tongkat yang diletakkan di kamar Manio. Ia sukses. Tiba tiba tongkat menjadi ular dan hendak mematuk Manio. Rubo tak menolongnya. Ia merasa senang jika Manio mati terpatuk ular jejadian tongkat itu. Saat dia senyum senyum seperti puas tiba-tiba ular berbalik menyerang Rubo. Menggigit bibir Rubo hingga tak bisa bicara.
Kakek sangat sedih. Ia merasa gagal mendidik karakter Rubo. Ia masih memiliki watak iri. Bahagia ketika orang lain susah. Sebenarnya hanya cukup keikhlasan dan ketulusan yang bisa mengalahkan penghuni tongkat kakek. Tapi apakah setelah tergigit ini Rubo akan sadar? Kakek belum bisa memastikan dengan tepat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI