Dalam rangka mendukung pengembangan pertanian ramah lingkungan di wilayah pedesaan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya tahun 2025 menggelar pelatihan dan praktik pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) di Balai RW 8 Dusun Jantur, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kegiatan ini ditujukan kepada masyarakat umum dan Kelompok Tani Rukun Santoso sebagai upaya mendukung peningkatan produktivitas pertanian melalui pendekatan hayati.
Pelatihan yang dibimbing dosen Dr. Anna Satyana Karyawati S.P., M.P. berlangsung pada Minggu (06/07) menjadi salah satu program unggulan KKN FP UB 2025. PGPR sendiri merupakan pupuk hayati cair yang mengandung mikroorganisme menguntungkan di sekitar perakaran tanaman dan berperan penting dalam mempercepat pertumbuhan, memperkuat ketahanan terhadap penyakit, serta meningkatkan ketersediaan hara tanah.
Berbeda dari pupuk konvensional berbasis kimia, PGPR yang diajarkan dalam pelatihan ini dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal seperti akar rumput gajah, gula, MSG, terasi, dan dedak. Bahan-bahan tersebut difermentasi selama kurang lebih dua minggu sebelum siap digunakan.
Dalam sesi praktik, peserta diajarkan seluruh tahapan mulai dari penggunaan bahan lokal, peracikan dan pencampuran, hingga proses fermentasi dan penyimpanan larutan PGPR. Selain itu, mahasiswa juga menyampaikan cara penggunaan PGPR pada tanaman, baik melalui perendaman benih, penyemprotan daun, maupun penyiraman langsung ke media tanam.
Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari warga RW 8 dan anggota Kelompok Tani Rukun Santoso. Beberapa peserta bahkan aktif bertanya dan memberikan saran masukan saat kegiatan berlangsung. "Biasanya kami hanya pakai pupuk kimia. Ternyata membuat PGPR sendiri itu gampang dan murah," ujar Pak Hadi Siswoyo, Ketua RW 08.
Melalui pelatihan ini, diharapkan petani mampu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang mahal serta mulai beralih ke metode pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Selain memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, penggunaan PGPR juga diyakini mampu menekan serangan penyakit tanaman secara alami.
"Melalui PGPR, kami ingin memperkenalkan teknologi yang aplikatif namun berdampak besar bagi pertanian desa." ujar Muhammad Raviq, salah satu mahasiswa pelaksana kegiatan.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat Desa Gunungsari khususnya di Dusun Jantur dapat semakin mandiri dalam mengelola sistem pertanian berkelanjutan menggunakan mikroorganisme lokal. PGPR menjadi langkah awal menuju pertanian yang hemat biaya dan ramah lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI