Mohon tunggu...
Riadwi
Riadwi Mohon Tunggu... Lainnya - hi 🧚🏻‍♀️

mahasiswa baru yang banyak tugas tapi sering gabut

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia, Teman Sekelasku

5 November 2020   14:58 Diperbarui: 5 November 2020   15:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Singkat cerita, dimulai pada pertengahan tahun 2017 dimana aku baru mendaftarkan diri di sekolah menengah atas atau lebih tepatnya SMA.

Awal sekolah semua berjalan lancar hingga tiba saatnya tepat pada jam setelah bersih-bersih kelas, hal itu pun terjadi.

Dia, lelaki berpostur tubuh tinggi dengan kulit hitam manis nya serta alis yang tebal dan juga pandangan yang tajam berhasil membuat hatiku yang awalnya biasa saja jadi semakin berdebar tatkala dia memainkan jarinya untuk mengetik gitar kesayangannya.

Aku mungkin berfikir jika rasa itu ada karena dia sedikit memiliki kemiripan dengan mantan pacarku yang pada saat itu masih membuat ku tidak bisa melupakannya, namun seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh dengan hasrat yang berbeda. Hasrat ingin memiliki namun sadar diri ini sangat tidak diinginkan olehnya.

Hari demi hari berlalu, dimana rasa suka yang aku rasakan padanya semakin menjadi-jadi. Disitu aku hanya bercerita kepada para sahabat ku saja dan dua orang teman lelaki ku yang ternyata sangat tidak tahu diri sebab dia memberi tahu kepada 'dia' yang aku sukai.

Bulan pertama dia mengetahui jika aku suka padanya, aku merasakan jika dia 'risih' atau lebih tepatnya menunjukkan rasa tidak suka jika aku menyukainya. Tapi untuk aku itu bukan sebuah masalah besar. Aku menyukai nya hanya sebatas menyukai karena sejak awal aku sudah sadar diri aku tidak mampu memilikinya.

Hingga saat nya berganti tahun menjadi tahun 2018, tepat saat ulang tahun ku, teman-teman lelaki ku memintaku untuk memberikan sepotong kue kepada nya, pada saat itu juga hatiku berdebar luar biasa namun aku berusaha menutupinya. Hal sedih terjadi ketika dia berkata "maaf aku tidak suka makan roti yang penuh coklat" demi apapun saat itu aku merasakan duniaku runtuh. Terkesan berlebihan namun itulah kenyataannya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, sampai lah saat nya aku naik kelas atau lebih tepatnya aku sudah berada di kelas 2 SMA.

Sebelum aku berada di kelas 2 itu sekolahku mengadakan libur akhir semester yang lama nya hampir satu bulan. Satu bulan hanya dirumah saja tanpa bertemu dengannya membuat ku berfikir, 'apakah aku harus terus menyukai dia yang jelas-jelas tidak menerimaku?' kalimat itu selalu berputar dikepalaku selama satu bulan penuh.

Tiba saat nya untuk datang ke sekolah lagi, aku benar-benar dibuat takjub sebab perasaan itu hilang, tidak sampai pada titik hilang hanya saja perasaan itu semakin berkurang, entah berkurang atau memang aku yang lebih memilih untuk menyukai dia dalam diam.

Semua sudah berjalan normal, hanya saja aku dan dia sedikit canggung jika berpapasan. Aku yang merasa harus menyukai dia diam-diam mencoba untuk biasa saja terhadapnya namun ternyata dia lah yang membuat hubungan kami canggung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun