Mohon tunggu...
Ria
Ria Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya seorang wanita karir/pengusaha dan merangkap ibu rumah tangga dengan 3 orang anak laki-laki. Mulai menulis sejak umur 15 tahun dengan mengirimkan cerpen ke Anita Cemerlang, Gadis, kemudian menulis beberapa artikel di kolom kita, kompas, detik, dan femina. Di Amerika mengelola website http://healthonabudget.com.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Mengatasi Angka Pengangguran yang Tinggi

20 September 2016   02:18 Diperbarui: 20 September 2016   02:51 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Miris sekali membaca artikel di salah satu media online yang menyatakan bahwa jumlah sarjana yang menganggur di Indonesia sudah mencapai 400 ribu orang. Kebanyakan solusi dan analisa yang beredar menyatakan bahwa tingginya pengangguran disebabkan oleh tidak meratanya pembangunan, ketidak siapan si calon tenaga kerja, dan para calon pekerja bersifat penunggu lowongan kerja bukan golongan yang mencetak tenaga kerja.

Menurut analisa saya, tingginya jumlah sarjana yang menganggur dikarenakan oleh 3 hal: Pertama adalah latar belakang pendidikan sarjana yang baru lulus kebanyakan terkonsentrasi di bidang soasial seperti (hukum, ekonomi, sastra, psikologi, dan sebagainya). Sedangkan bidang yang bersifat science dan tekhnologi tidak terlalu banyak. Kedua, kebanyakan sarjana yang baru saja lulus tidak mau menerima perkerjaan yang berlokasi di luar pulau Jawa. Mereka lebih suka berkonsentrasi di ibukota. Yang ketiga adalah kemampuan analisa dan Bahasa inggris yang sangat kurang.

Indonesia masih dalam tahap pembangunan. Jika kita lihat, pemerintah pada saat ini sedang giat memperbaiki prasarana prasarana yang sebelumnya terbengkalai oleh pemerintah order baru dan pemerintah pasca setelah orde baru. Untuk itulah, sarjana yang berlatar belakang teknik, baik teknik sipil, teknik mesin, tekni perminyakan, dan lain sebagainya amat sangat dibutuhkan. Sayangnya, jumlah sarjana teknik sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah sarjana dari bidang social.

Kedua, negara-negara maju, banyak membutuhkan tenaga perawat, tenaga yang siap pakai di sector pariwisata seperti (kapal pesiar, hotel, restaurant, dan sebagainya). Sayangnya, jumlah sarjana perawat dan sarjana pariwisata tidak sebanyak yang diminta.

Di Amerika, kebutuhan atas tenaga perawat dan tenaga medis sangat tinggi. Dengan membludaknya jumlah baby boomers alias warga negara yang pensiun menyebabkan menciptakan berbagai lapangan pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan, medis, maupun rumah panti jompo untuk para lansia ini. Pada saat ini, hampir sebagian besar rumah sakit, klinik, dan tempat jompo memperkerjakan tenaga medis seperti perawat, therapist, radiology, dan teknisi medis lainnya yang berasal dari Filipina dan India. Jarang ada tenaga medis yang berasal dari Indonesia.

Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan berbahasa inggris yang dikuasai oleh lulusan perawat dan tenaga medis dari Indonesia. Yang kedua, tidak adanya wakil penyalur tenaga kerja yang mensupplai permintaan ke Amerika. Kebanyakan penyalur tenaga kerja di Indonesia berkonsentrasi menyalurkan tenaga pembantu rumah tangga atau buruh ke negara negara Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Malaysia, dan Hongkong.

Juga untuk sector kapal pesiar. Jumlah tenaga kerja yang lulus dari sekolah pariwisata jarang yang berani melamar pekerjaan untuk bekerja di kapal pesiar dengan alasan tidak mau berjauhan dengan keluarga. Padahal, permintaan tenaga kerja untuk berada di kapal pesiar sangatlah tinggi. Dan lagi lagi calon karyawan dari Indonesia terhenti karena kendala Bahasa Inggris.

Selain itu, di Amerika, banyak sekali pabrik pabrik industry yang bermunculan, sebagai akibat dari pengurangan investasi yang dikucurkan oleh para pemilik perusahaan di Cina. Berbagai macam complaint atas mutu dan kualitas barang yang diimport dari cina, menyebabkan beberapa pengusaha memutuskan untuk memproduksi barang barangnya di Amerika sendiri. Sebagai contoh adalah barang barang yang menggunakan bahan baku berat seperti: steel (baja).

Pun, pabrik pabrik obat dan makanan lebih mengutamakan untuk memproduksi barang barangnya di Amerika, ketimbang menimportnya dari cina atau pun negara negara di Asia lainnya. Hal ini berkaitan dengan adanya kebijakan kebijakan kontrolisasi, mutu, dan standarisasi dari badan pengawasan obat dan makanan seperti FDA (Food Department & Agriculture) dan USDA (United States Drugs and Agriculture).

Jumlah permintaan tenaga kerja di pabrik sangat tinggi. Namun, dengan berkurangnya jumlah penduduk yang aktif (baby boomers), menjadikan sulitnya perusahaan dalam mencari calon tenaga kerja. Alhasil, perusahaan perusahaan di Amerika secara sembunyi sembunyi memperkerjakan tenaga illegal atau tetap memperkerjakan karyawannya yang sudah berusia lanjut.

Jika, perusahaan penyalur tenaga kerja di Indonesia mau berkompetisi dan berusaha untuk membuka jalur penerimaan dan penyaluran tenaga kerja ke Amerika untuk sector pabrik, tentu jumlah pengangguran di Indonesia bisa dikurangi. Namun sekali lagi, kendala yang terbesar yang dihadapi para penyalur adalah kendala Bahasa inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun