Pada tanggal 17 Februari, siswa-siswi SMA Global Prestasi mengadakan kegiatan local immersion di Desa Buntu, Wonosobo selama kurang lebih 4 hari. Kegiatan ini adalah kegiatan tahunan, dimana anak-anak kelas 10 melakukan serangkaian acara di desa berupa posyandu, berladang, mengajar anak sd, dan bazaar. Program Local Immersion ini mengangkat satu tema, yaitu "Local Wisdom, the Bridge of Unity: Building Stronger Indonesia" yang diikuti oleh 124 siswa.Â
Penulis menggunakan metode pengamatan covert observation, dan non participant. Saat berjalan ke posko, kami menemukan beberapa tempat agama berupa masjid, dan gereja, yang menunjukan bahwa di desa ini, kedua agama saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tetapi ternyata, bukan hanya 2 agama saja yang ada di desa buntu, tetapi 4 agama: Islam, Kristen, Katolik, dan Buddha. Desa ini, yang statusnya sebagai "Desa Damai" memang seperti namanya; semua warga saling toleransi dan menghargai.Â
Menurut seorang petani di Desa Buntu, "Desa ini memang tidak seperti desa lain, kami memiliki 4 agama yang diakui disini, kami saling menghargai dan membantu sesama lain, itulah spesialnya desa kami. Karena ini, desa kami selalu menjadi destinasi sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan live in"Â
Warga Desa Buntu, Wonosobo aktif dalam mengikuti kegiatan komunitas secara bersama, bahkan saling menghormati jika ada kegiatan keagamaan. Yang paling mengesankan adalah ketika host parent yang non-muslim mengetahui arah kiblat, dan ketika anak-anak di desa itu menghargai perbedaan yang ada. Dalam konteks sosiologis, tingginya toleransi di desa membuat perbedaan seakan-akan tidak ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI