Mohon tunggu...
Dunia Wenda
Dunia Wenda Mohon Tunggu... Administrasi - Misteri Adalah Keindahan

Selamat datang di Dunia Wenda. Legakan Dahaga Sejenak Dengan Menikmati Kisah-kisah Misteri dan Inspiratif Dalam Kehidupan Fana Ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masih Adakah Rasa dalam Dirimu?

18 Maret 2019   10:00 Diperbarui: 19 Maret 2019   10:02 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mendengar kata rasa, stereotype pemikiran kita cenderung langsung menuju ke arah makanan, entah bakso atau mie ayam, nasi goreng, atau steak. Selain itu mungkin ada pula yang berpikir rasa itu adalah perasaan cinta kasih dua insan yang memabukkan. Itu sebenarnya tidaklah sepenuhnya salah. Namun arti rasa itu harusnya lebih dalam daripada hanya rasa dari benda yang masuk ke dalam mulut ketika kita lapar atau perasaan berbunga ketika berdua bersama kekasih.

 Pengertiannya dalam bahasa Indonesia kurang lebih :

"Rasa adalah tanggapan indera atas rangsangan dari luar syaraf alat perasa" 

memang pengertian ini  namun tetap pengertian rasa ini masih kurang dalam karena sesungguhnya rasa itu sendiri tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata yang ada didunia ini, yang bisa menginterpretasikan hal ini hanya "rasa" pula. Sebagai contoh kecil, pernahkah anda mencoba rasa garam? Jawabannya pasti sangat banyak yang pernah. Ketika ditanya apa rasanya? Pasti hampir semua menjawab asin. Namun ketika ditanya apa itu asin? Pasti kebanyakan orang akan sulit menjelaskannya dengan kata-kata yang menjelaskan ketidaktahuan orang yang bertanya tadi.

Hal inilah berlaku pada rasa yang dimaksud tadi. Maka menurut opini penulis, pengertiannya adalah sebagai berikut :

"Rasa adalah sensasi-sensasi yang terjadi pada pikiran atas rangsangan dari luar dan dalam tubuh yang diterjemahkan sebagai suatu pengalaman unik."

Sepertinya pengertiannya bertele-tele dan membingungkan bukan? Singkatnya karena rasa harus dialami sebagai pengalaman dahulu baru dapat dipahami. Walau ilmuwan mencoba menggambarkan rasa, seperti contoh rasa pedas dengan satuan scoville nya tetap untuk menjelaskan rasa pedas harus dirasakan sendiri, atau minimal dengan perbandingan rasa lain seperti rasanya panas, namun yang tahu rasa pedas akan sadar panas hanya mewakili bagian kecil dari rasa pedas bukan? Jadi gambaran menurut penulis :

"Seluruh kata yang ada di dunia ini tidak akan cukup untuk menggambarkan sebuah rasa." 

Baiklah. Apa gunanya kita tahu pembahasan yang bertele-tele dan membosankan diatas? Hal itu akan diserahkan kembali kepada pembaca yang haus akan pengetahuan karena sudah dibahas pada artikel sebelumnya fungsi dari artikel ini. 

Jadi pertanyaannya adalah :

"Masih Adakah Rasa Dalam Dirimu?"


Tulisan singkat ini hanya berupa opini penulis yang senang berbagi pemikiran. Jika ada kesalahan dalam redaksional dan penyampaiannya mohon dibukakan pintu maafnya dan apabila isinya berguna dan membantu serta menginspirasi, penulis mengucapkan terima kasih kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun