Mohon tunggu...
Rezki G
Rezki G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Seorang mahasiswa yang jalan hidupnya telah ditentukan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Jarak Jauh Membuat Badan dan Pikiran Menjadi Jenuh

8 Juli 2021   23:24 Diperbarui: 8 Juli 2021   23:41 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi yang sudah berlangsung setidaknya lebih dari 1 tahun sejak bulan Maret 2020 memaksa semua orang untuk melakukan aktivitas mereka dirumah, termasuk para pelajar dan mahasiswa. Pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen merasakan situasi belajar yang baru dengan adanya program pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengurangi pencegahan virus corona ini. Alhasil mereka harus mengorbankan interaksi sosial mereka dengan teman sebaya mereka secara langsung dan terpaksa melakukan kegiatan sehari-hari mereka didepan layar perangkat elektronik masing-masing.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, mengatakan bahwa situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Beliau melanjutkan bahwa pandemi menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi, bukan hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik. (dikti.kemendikbud.go.id)

Menjalani sistem pembelajaran yang baru, banyak murid yang kebingungan dan kelelahan dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh. Berbagai kendala yang selalu bermunculan saat pembelajaran jarak jauh pun menambah beban yang dipikul oleh pelajar.

Menurut Horton dan Hunt (1999), pendidikan memiliki fungsi laten. Fungsi laten lembaga pendidikan adalah untuk mengurangi pengendalian orang tua, mempertahankan sistem kelas sosial, dan memperpanjang masa remaja.

Fungsi-fungsi tersebut masih belum dapat berjalan dengan baik di masa pandemi ini. Fungsi untuk mengurangi pengendalian orang tua masih belum berjalan dengan baik dikarenakan anak yang seharusnya belajar di sekolah, terpaksa belajar dari rumah, sehingga orang tua masih merasa memiliki kewajiban untuk melakukan pengendalian terhadap anaknya. Fungsi mempertahankan sistem kelas sosial juga tidak dapat berjalan dengan baik, karena anak sendiri kurang mengenal lingkungan sosialnya akibat harus belajar didalam rumah setiap hari.

Ballantine (1993) menyatakan bahwa sekolah efektif bila terdapat karakteristik sebagai berikut: (1). Kepemimpinan instruksional yang kuat; (2). Kepala sekolah yang terbuka dan konsisten dan membuat keputusan secara adil; (3). Menekankan pada disiplin dan lingkungan yang aman dan tertib; (4). Penugasan yang diberikan harus mengacu pada keterampilan dan pencapaian akademik; (5). Kerjasama antar guru dalam pencapaian prestasi akademik; (6). Guru mempunyai harapan peran tinggi pada semua siswa untuk bisa dan mau belajar; dan (7). Selalu memperhatikan kemajuan siswa.

Keefektifan pembelajaran jarak jauh dapat dinilai dari karakteristik-karakteristik diatas. Kepemimpinan instruksional yang kuat hanya terasa di hubungan kepala sekolah dan guru, sedangkan untuk hubungan guru dan murid, hubungan tersebut dirasa lemah karena guru dan murid hanya bertemu secara virtual. Guru juga sulit untuk menanamkan sifat disiplin kepada muridnya karena kendala jarak, sehingga guru hanya dapat menanamkan sifat ini melalui kehadiran dan keaktifan dalam kelas virtual dan penugasan. Kemajuan siswa juga tidak dapat dipantau dikarenakan guru kurang mengetahui bagaimana cara siswa mereka belajar diluar kelas.

Pembelajaran jarak jauh yang dinilai mengurangi keefektifan sekolah serta mengurangi fungsi lembaga pendidikan membuat siswa menjadi jenuh, baik badan, maupun pikiran. Mereka terpaksa untuk menatap layar perangkat mereka setidaknya 8 jam per hari membuat mata dan badan mereka menjadi lelah. Berkurangnya interaksi sosial secara langsung juga membuat siswa menjadi lelah secara mental.

Manusia yang merupakan makhluk sosial setidaknya membutuhkan interaksi dengan makhluk hidup lain. Sejak bayi, manusia tidak bisa hidup sendiri dan selalu akan mengandalkan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan manusia menyadari bahwa mereka memiliki peran dalam kehidupan masing-masing. Saat bayi, peran mereka hanyalah makan, minum, dan tidur. Peran mereka akan terus bertambah sejalan dengan usia mereka. Dengan terjun ke masyarakat, mereka dapat mengetahui, mempelajari, dan menjalankan peran mereka dengan baik. Sedangkan dengan pembelajaran jarak jauh, mereka tidak dapat terjun ke masyarakat secara langsung, sehingga menghambat mereka untuk mempelajari peran baru mereka, dan pada akhirnya mereka akan jenuh dengan peran mereka yang sekarang.

Kejenuhan para siswa akan terus berlanjut dikarenakan kebijakan pemerintah yang dinilai labil dan lambat dalam menangani pandemi corona. Apabila kejenuhan ini terus berlangsung, kesehatan fisik dan mental para siswa akan terancam. Proses pembelajaran yang dinilai stagnan dan tidak progressive dinilai menjadi penyebab lain siswa menjadi jenuh. Baik siswa dan guru tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkan kualitas belajar mereka karena pandemi juga membuat kondisi ekonomi keluarga siswa menurun sehingga mereka harus menahan diri untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun