Mohon tunggu...
Ahmad KhairulReza
Ahmad KhairulReza Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Pecinta tenis yang selalu percaya bahwa setiap pukulan raket punya cerita. Selain sibuk di lapangan tenis, saya senang berbagi sudut pandang tentang kehidupan sehari-hari, olahraga, pengembangan diri, dan isu sosial di sekitar kita. Menulis di Kompasiana menjadi cara saya merangkai kata, mengasah pikiran, dan bertukar gagasan dengan teman-teman sepenulis. Mari berdiskusi, berbagi, dan saling menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melepaskan Layar, Menyambung Nyata : Kisah Digital Detox Supervisor IT

24 Juli 2025   22:47 Diperbarui: 24 Juli 2025   22:47 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagi saya, Komatsu bukan sekadar tempat kerja, tapi rumah kedua," tutur Mas Yorifano Inzagi sambil tersenyum. Pria berusia 25 tahun ini adalah salah satu Supervisor Produksi di PT Komatsu Indonesia, perusahaan manufaktur alat berat ternama di Indonesia. Tiga tahun lalu, ia memulai kariernya sebagai staf teknisi, merangkak dari lantai produksi, hingga kini memimpin belasan teknisi di lini perakitan. Namun, di balik kesibukannya memimpin jalannya produksi mesin-mesin raksasa, Yorifano punya cerita lain: tentang bagaimana ia 'menarik rem' dari kebiasaan berlebih memandangi layar.

Di kantor, Yorifano mengaku sempat hampir 24 jam 'menempel' dengan gadget. "Bangun tidur buka Instagram, sebelum tidur scroll Twitter atau TikTok. Kadang di sela kerja, saya malah makin terdistraksi sama notifikasi yang nggak penting," kenangnya. Rutinitas ini lama-lama menumpuk jadi rasa cemas. "Saya sadar tidur saya jelek, pikiran gampang capek. Padahal di pabrik, saya harus fokus 100 persen. Kalau pikiran kacau, kerjaan pasti kebawa."

Puncaknya, Yorifano memutuskan mencoba digital detox. Awalnya sederhana: ia mematikan notifikasi media sosial, membatasi jam memegang smartphone, dan meletakkan ponsel jauh dari jangkauan saat tidur. "Saya bikin aturan sendiri, jam 9 malam HP saya letakkan. Kalau nggak mendesak, saya tahan diri nggak buka medsos. Awalnya berat, jujur saja. Malam-malam tangan rasanya gatal banget pengin scroll."

Momen paling menantang datang saat ia tak sengaja melewatkan kabar reuni teman SMA karena jarang membuka grup chat. "Tapi ya itu risiko. Saya pikir kalau memang penting, orang pasti akan menghubungi dengan cara lain."

Momen paling menantang datang saat ia tak sengaja melewatkan kabar reuni teman SMA karena jarang membuka grup chat. "Tapi ya itu risiko. Saya pikir kalau memang penting, orang pasti akan menghubungi dengan cara lain."

Hasilnya terasa nyata. Tidur Yorifano lebih nyenyak, pikirannya lebih fokus, pekerjaannya pun terasa lebih ringan meski tanggung jawabnya semakin besar. "Saya sadar, gadget harusnya alat bantu kerja, bukan bikin kita kecanduan info yang belum tentu penting."

Sebagai generasi muda yang tumbuh di era digital, Yorifano percaya digital detox bukan hanya tren sesaat. "Kita, generasi Milenial sama Gen Z, paling rentan overexposed sama informasi. Kalau nggak dikendalikan, kita sendiri yang rugi. Makanya saya sudah niat menjadikan digital detox ini gaya hidup. Kalau mulai kebablasan lagi, saya ingatkan diri saya sendiri untuk rem."

Lewat langkah kecilnya, Yorifano memberi contoh bahwa di balik bisingnya mesin-mesin pabrik, ada cara sederhana untuk tetap menjaga kewarasan: berani mematikan notifikasi, menutup layar, dan memberi ruang untuk diri sendiri bernapas lebih lega.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun