Toponimi lain yang agak populer adalah menyematkan tanggal-tanggal peringatan hari besar. Tentu saja Gelora 10 November Surabaya adalah contoh paling dikenal, sebagai yang berjuluk kota pahlawan memang sah-sah saja memakai tanggal 10 November yang tak lain adalah hari pahlawan. Cara lain dipakai di Bandung, mereka benar-benar menamai stadion dengan nama Gelora Bandung Lautan Api.
Selain 10 November ada juga Stadion 17 Mei kandang Barito Putera sebelum Demang Lehman di Banjarmasin. 17 mei 1949 adalah hari proklamasi kesetiaan rakyat Kalimantan Selatan untuk tetap terintegrasi dengan NKRI. Ada juga tanggal 23 januari yang diabadikan menjadi stadion di Gorontalo, memperingati deklarasi kemerdekaan Gorontalo oleh Nani Wartabone di 1942.
Padanannya di luar negeri ada Korea Utara yang menamai stadion terbesarnya sebagai The Rungrado 1st of May Stadium. Tentu saja untuk memeringati hari buruh internasional.
Stadion dengan Slogan
Tapi tak ada yang lebih menarik daripada stadion yang dinamai dengan pesan-pesan tersirat. Nama yang dimaksud adalah stadion dengan nama Jatidiri, Pendidikan, Teladan hingga Harapan Bangsa. Setiap stadion-stadion itu semuanya punya nilai historis bagi masing-masing klubnya.
Mungkin bagi pemerintah setempat nama-nama itu seharusnya menjadi tonggak yang diharapkan. Stadion Pendidikan di Wamena di masa ISL terkenal menjadi momok bagi tim away. Akses yang relatif sulit dan ketinggian yang mencapai 1800 mdpl tentu menyulitkan pemain yang tak biasa bermain di Wamena.
Dibanding toponimi berdasar daerah, tokoh berjasa, sampai tanggal hari besar stadion dengan nama pesan ini yang paling tak menggambarkan daerahnya. Ya ada juga seperti Stadion Harapan Bangsa yang mewakili harapan Aceh untuk pulih seusai dihantam tsumani. Tapi nama Pendidikan di Wamena sepertinya tak mencerminkan kualitas sarana pendidikan disana.