Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Net-Zero Emissions, untuk Apa?

23 Oktober 2021   19:20 Diperbarui: 23 Oktober 2021   19:32 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PLTU Suralaya yang masih menjadi tulang punggung pasokan listrik di Pulau Jawa (Sumber: Ulet Ifansasti/Greenpeace)

Indonesia yang masih menggantungkan energinya pada batu bara tentu membuat poin kendaraan bermotor berbasis baterai terlihat konyol. Itulah kenapa saya bilang peran perorangan kita tak bisa besar-besar amat, anda punya Tesla tak membuat anda terlihat tak berdosa di hadapan pengguna Colt Diesel L300.

Jadi apakah kita bakal biasa saja dalam usaha negara mencapai 2060 ini?. Jelas bukan jalan yang patut diambil.  Jika anda pernah mendengar butterfly effect jelas tak boleh menihilkan tiap tindakan dan keputusan yang kita ambil meskipun hal itu terasa sepele dan kecil.

Perihal Transportasi

Punya kendaraan pribadi memang suatu kenyamanan, tapi tak ada salahnya kita memperbanyak lagi untuk naik kendaraan umum untuk kegiatan sehari-sehari kita. Sekali geber, sebuah angkot bisa sekaligus mengangkut belasan penumpang atau bus ukuran medium bisa sampai puluhan orang sekaligus. 

Tentu dengan taksiran gembel jelas emisi 1 bus medium jauh dibanding 30 mobil pribadi. Keputusan memakai kendaraan umum juga memengaruhi keadaan di jalan, makin banyak kendaraan, makin macet, dan kendaraan yang sedang bermacet ria jelas terus mengeluarkan emisinya. Sudah tak jalan, masih menyusahkan lingkungan.

Hal lain yang mungkin tak kepikiran mungkin adalah bagaimana kita memilih makanan. Ketika kita di sebuah supermarket atau katakanlah swalayan modern, tentu acapkali kita kepincut memilih buah-buahan impor macam Jeruk  Mandarin atau Apel Merah bahkan Wagyu Beef. Transportasi tak hanya untuk mengangkut manusia, tapi juga barang-barang kebutuhannya. Bahan impor jelas membutuhkan energi lebih besar daripada sayur-mayur dari kebun tetangga kita.

Mari lah kita perbanyak konsumsi bahan-bahan lokal. Toh nyatanya secara nilai gizi kandungannya tak kalah dengan impor, apalagi perjalanan jauh jelas membuat bahan makanan impor tak lagi segar terkadang ada oknum tak bertanggung jawab yang memakai pengawet berbahaya. Mengonsumsi bahan makanan lokal jelas berdampak untuk meminimalisir emisi sekaligus menggerakkan ekonomi di sekitar kita.

Perihal Rumah

Pandemi membuat kita mengenal gaya bekerja dari rumah yang membuat kita lebih akrab lagi dengan rumah atau tempat tinggal. Tapi seringkali kita abai dengan penghematan sana-sini di dalam rumah sendiri. 

Paling sederhana adalah pemakaian lampu ang berlebihan. Sangat dianjurkan untuk membatasi lampu mana-mana saja yang dipilih untuk menyala, apalagi di siang hari, usahakan tak ada penggunaan lampu dan diimbangi dengan mengoptimalkan ventilasi dan jendela. Ingat, sumber energi kita masih bergantung pada tenaga fosil.

Selain lampu kita juga patut memberi perhatian pada sampah kita sendiri. Pemilahan sampah harus dimulai dari rumah kita sendiri, sampah organik akan lebih bijaksana untuk tak berakhir di tempat pengumpulan sampah komunal, tapi sebagai pupuk bagi tanaman-tanaman kita. 

Tren menanam di rumah sudah lama meningkat di kalangan rumah tangga, tak masalah menanamnya sayur, tambulapot, atau bahkan tanaman hias saja. Dengan penggunaan sampah pribadi kita untuk pupuk organik sederhana, setidaknya kita kembali mengurangi rantai emisi kita. 

Bagi yang masih punya pekarangan di rumahnya atau lahan kosong bolehlah untuk ditanami dengan pohon. Pohon apa saja jelas akan berdampak untuk menyerap emisi karbon. Mengurangi emisi yang tak diikuti usaha untuk menyerapnya jelas akan berakhir kegagalan. Dalam hal ini peran hutan dan tumbuhan hijau bakal sangat penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun