Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

"Disgrace of Gijon", Ketika Persekongkolan Jahat Jerman dan Austria Singkirkan Aljazair

13 Juli 2021   06:00 Diperbarui: 13 Juli 2021   06:02 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendukung Aljazair melambaikan uang dari tribun. (dok: AP via ESPN)

Bagi rakyat Aljazair Piala Dunia 1982 di Spanyol akan selalu mereka ingat sebagai tonggak sejarah. Untuk kali pertama negara terluas di Afrika itu lolos ke babak utama Piala Dunia, semua pendukung timnas gegap gempita menyusul kabar gembira itu. Aljazair waktu itu disebut sebut sedang menikmati masa generasi emasnya yang dipimpin gelandang Lakhdar Belloumi dan kapten Ali Ferghani.

Aljazair langsung menggebrak lawan-lawannya seperti bukan negara debutan. Pada laga pertamanya di Piala Dunia mereka langsung menjungkalkan Jerman 2-1 di Gijon. Sontak Aljazair langsung menjadi buah bibir, Jerman tak lain datang sebagai jawara Euro 1982. 

Meski kalah di laga selanjutnya lawan Austria, lolos ke babak lanjutan masih terbuka setelah menang lawan Chile serta diiringi berharap Jerman tak menang lawan. Nah disinilah kemudian terjadi pertandingan yang akan diingat sampai kapan pun sebagai Disgrace of Gijon.

Aljazair sudah menang lawan Chile sehari sebelumnya ketika Jerman bentrok dengan Austria di Stadion El-Molinon, Gijon. Posisi Austria sudah aman berkat dua kali kemenangan sedangkan Jerman perlu hasil penuh untuk lolos, sebab sudah unggul selisih gol dengan Aljazair. Jerman langsung unggul lewat gol cepat Hrubech di menit kesepuluh, sayangnya hanya 10 menit itulah 'pertandingan' berlangsung.

Selanjutnya penonton dihidangkan dengan hamparan besar aib (disgrace) selama sisa pertandingan. Kedua tim tak lagi bergairah saling menyerang, sebab kedua sudah mengamankan tiket ke babak lanjutan. Penonton di lapangan naik pitam dengan kedua kesebelasan yang seolah mengkhianati nilai sportivitas.

Para penonton lokal meneriakkan "Fuera, fuera!" ("Out, out!"), "Argelia, Argelia!" ("Algeria, Algeria!"), dan "Que se besen, que se besen!" ("Let them kiss, let them kiss!") sepanjang laga. Pendukung Aljazair yang ikutan menonton tak segan melambaikan uang ke arah pemain Jerman dan Austria. 

Pendukung Jerman dan Austria sendiri tak kalah berang oleh kelakuan negaranya, mereka jelas menginkan laga panas sebagai ulangan The Miracle of Cordoba di Piala Dunia sebelumnya.

Penyiar stasiun televisi Jerman, ARD sampai tak mau melanjutkan tugasnya di sisa laga dan komentator Austria bahkan menyarankan penonton untuk mematikan TV saja. Sepulang dari stadion bus skuad Jerman langsung diamuk massa dengan lemparan telur dan benda-benda lainnya sampai-sampai massa harus dibubarkan dengan semprotan air. Keesokan harinya sebuah koran lokal memasukkan laporan pertandingan ke kolom kriminal.

Karl-Heinz Rummenigge diteriaki penonton ketika ditarik keluar. (Mnckebild/Picture Alliance)
Karl-Heinz Rummenigge diteriaki penonton ketika ditarik keluar. (Mnckebild/Picture Alliance)
Tim Aljazair secara resmi melayangkan protes ke FIFA yang sayang sekali tak ditemukan unsur sogokan di laga. Media massa Jerman melabeli laga sebagai Gijon Non-Aggression Pact seakan kedua tim sedang gencatan senjata dan bahkan ada yang menamakannya 'Anchluss', yaitu ketika Nazi Jerman menganeksasi Austria di 1938. Kedua tim kehilangan kehormatannya, meski pelatih Jerman berasalan Rummenigge dan Stilke sedang tidak fit.

Jerman akhirnya lolos sampai final meski akhirnya dipecundangi Italia pimpinan bomber Paolo Rossi, sedangkan Austria keok di babak lanjutan. Mungkin akhirnya ada hal yang menghibur rakyat Aljazair. Akibat skandal ini juga mulai Piala Dunia 1986 semua laga di grup yang sama akan dilaksakan serentak untuk meminimalisir 'main mata' antar tim, terutama laga terakhir.

Isu pakta non-agresi sedikit kembali menyembul jelang laga Austria lawan Ukraina di Euro 2020. Kedua tim bisa sama-sama mengamankan tiket perempat final dengan cukup bermain seri saja. Sontak Leo Windtner, presiden asosiasi sepak bola Austria menolak bahwa negaranya bakal 'main mata' lagi dan menekankan kejadian itu bukan lah sisi sejarah yang mau diulangi oleh Austria. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun