Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penulis Kompasiana untuk "Profit" atau "Non-Profit?"

18 Oktober 2017   09:37 Diperbarui: 18 Oktober 2017   09:48 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan saya terlibat obrolan dunia maya dengan beberapa kompasianer yang melenceng ke soal keuangan. Saya kebetulan memperhatikan atau stalking tulisan banyak kompasianer lawas dan populer yang sekarang bergelar maestro. Beberapa diantara mereka seperti bang bo atau boris toka pelangi pernah membahas masalah ini dalam tulisanya. Saya mengambil kesimpulan dari tulisanya bahwa penulis kompasiana juga berhak mendapatkan profit dari tulisanya secara legal melalui kompetisi blog atau content affiliation yang diadakan pengelola kompasiana.

Semua ini bermula dari komentar salah seorang kompasianer dalam tulisan kemudian lanjut kepada obrolan santai dunia maya. Kompasianer ini lebih suka menulis sesukanya tanpa pernah ikut lomba blog dan content affiliation. Kompasianer tersebut menyatakan bahwa sebaiknya para penulis kompasiana menjadikan blog sebagai ladang amal shaleh dan berbagi ilmu pengetahuan kepada yang membutuhkan. Kompasianer itu berargumen bahwa dengan era keterbukaan sebaiknya jangan pelit terhadap informasi maupun tulisan yang bermanfaat. 

Kompasianer lain yang lebih suka menulis demi ikut kompetisi blog dan content affiliation menyatakan bahwa urusan niat dan tindakan menulis bukan tanggung jawab sosial penulis kompasiana. Bedakan juga antara kebijakan manajemen kompasiana dan peranan penulis yang merupakan penghuni di Kompasiana. Saya berusaha mencerna maksud kompasianer tersebut. Akhirnya saya memahami maksud yang ingin ia sampaikan bahwa adalah hak untuk memilih menulis demi niat uang atau sosial.

Kompasianer pertama yang suka menulis sesukanya kemudian menyanggah lalu menyatakan bahwa penulis kompasiana seharusnya memiliki niat menulis dengan non-profit. Ia mengutip kompasianer Giri Lukmanto bahwa kompasianer 'mengabdi' pada keilmuannya dengan berdaya guna untuk umat manusia. Alasanya tidak semua sumber tulisan yang kita jadikan referensi itu berbayar. Jaman sekarang mudah sekali menemukan bahan tulisan dengan memanfaatkan mesin pencari seperti google. Ibarat koki kita sudah dapat bahan masakan secara gratis lalu kita olah dan disajikan untuk niat sosial.

Akhirnya saya hanya menanggapi dengan pendapat yang berbeda. Menurut saya, tidak apa apabila penulis kompasiana mendapatkan keuntungan dari tulisanya. Itu juga sebagai tanda apresiasi kita sebagai pengguna jasa kepada kompasiana bahkan pernah saya baca ada pembaca yang menemukan manfaat kesehatan dari tulisan kompasianer wanita. Menurut saya, yang lebih penting dari tulisan kompasianer itu berorientasi profit atau non-profit atau sosial atau charity atau amal adalah: bahwa apapun tulisan kita semuanya harus dipertanggungjawabkan secara penuh oleh sang penulis.

Silakan saja mendapatkan uang dari tulisan yang kita kerjakan melalui blog competition ataupun content affiliation yang disediakan kompasiana. Akan tetapi sebaiknya sempatkan waktu untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya non-profit atau amal. Tidak hanya uang. Akan tetapi waktu, tenaga, untuk orang lain. Tanpa pamrih tanpa kompensasi, kecuali rasa bahagia karena bisa bermanfaat untuk orang lain. Itu yang saya kira lebih penting.

Jadilah penulis yang memiliki penghasilan lumayan. Jangan lupakan kegiatan sosial untuk masyarakat umum melalui training penulisan gratis misalnya yang sudah dilakukan beberapa kompasianer. Pun kalau ada yang ingin menjadi penulis kompasiana yang memang tujuannya sosial tanpa mau ikut kompetisi atau affiliation. Silakan saja. Saya mengapresiasi keduanya.

Silakan. Asal jangan berat sebelah. Jangan lelah untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga. Melupakan bahwa amanah yang dititipkan Tuhan itu perlu kita sampaikan kepada yang lain.

Silakan.

Saya justru teringat sejarah Indonesia dari jaman penjajahan sampai kemerdekaan ada banyak penulis anonim seperti Multatuli yang tulisanya sangat terkenal. Penulis-penulis anonim jaman dulu menyatakan bahwa tulisan merupakan suara rakyat atau ideologi yang sedang ia perjuangkan bagi rakyat banyak. itu membuat mereka tidak harus merasa balik modal untuk mencatut nominal dari tulisanya. Tentu saja tidak semua penulis jaman dulu anonim malah banyak penulis tidak anonim juga seperti penulis terkenal seperti Pramoedya Ananta Toer terang menjadikan menulis sebagai sarana menyambung hidup dan memberdayakan masyarakat sekaligus karena ideologi kiri yang dianutnya sangat membumi. Terlepas dari dua kutub pandangan kompasianer berbeda yang sudah bersedia mengobrol santai di dunia maya yaitu profit oriented dan non profit oriented. Inilah yang saya yakini sejak dulu, menulis memang salah satu pekerjaan yang mulia terlepas dari genre dan medianya baik lewat sosial media ataupun blog.

Terima kasih kepada dua kompasianer yang berbeda pandangan sudah mau meluangkan waktunya utnuk ngobrol ngalor ngidul di dunia maya sampai melenceng ke masalah penulis kompasiana. Semua menjadi pengingat untuk saya sendiri agar bisa seimbang antara mencari uang demi menyambung hidup sekaligus beramal untuk kemanusiaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun