Mohon tunggu...
Rez
Rez Mohon Tunggu... Konsultan - Your Mediocre Consultant

Mediocre Consultant

Selanjutnya

Tutup

Financial

Fenomena Investor Angkatan Covid-19, Tren atau Kesempatan?

1 Februari 2021   11:48 Diperbarui: 1 Februari 2021   12:07 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Disclaimer: Pada artikel ini, saya hanya membagikan pengalaman saya sebagai investor dunia pasar saham yang sudah aktif 4 tahun dan, saya tidak merepresentasikan sekuritas manapun. Saya juga bukan seorang broker, analis pasar saham, ataupun lulusan fakultas ekonomi. The Article purely  only my opinion and my personal perspective regarding the investor class of covid-19 phenomenon who thinks stock investing seems easy but actually it's a war zone if they are not careful. 

Ini adalah tulisan pertama saya di medium Kompasiana. Maaf jika penulisan saya masih dirasa kurang. 

Selama beberapa bulan terakhir ditahun 2020 sampai 2021 awal, saya  sebagai investor pasar modal melihat suatu fenomena yang saya pribadi bisa katakan sangat luar biasa pertumbuhannya, yaitu pertumbuhan jumlah investor domestik Indonesia yang meningkat pesat mencapai 70% (2020-2021). 

Selama terjadinya pandemi covid-19 ini, jumlah investor di Indonesia bisa dikatakan melonjak dan sangat berbeda dari yang dulu saya ingat pada saya awal menjadi investor pasar modal saja, jumlah investor belum sama sekali menyentuh 1 juta orang. Sekarang, banyak orang yang akhirnya melihat bahwa investasi di pasar modal adalah sesuatu yan menarik dan banyak dari mereka yang berbondong-bondong untuk terjun menjadi investor dadakan. 

Bayangkan saja, selama kurun waktu pandemi covid-19 ini mulai dari Maret hingga Januari ini, pertumbuhan domestik investor indonesia mencapai angka 70% dan rata-rata didominasi oleh para milleial yang baru terjun dan mengetahui investasi saham.  Saya pribadi sangat-sangat salut dengan mereka yang akhirnya mau terjun dengan dunia investasi yang mungkin dulu mereka biasanya para millenial kalau sudah gajian lebih sibuk membeli gaya hidup, malas menabung, dan enggan berinvestasi. Untung saja saya sudah memulai duluan sehingga tidak mudah terjebak dengan siklus tersebut.

Apa ini fenomena spektakuler? tentu saja. Tetapi entah mengapa, saya melihat sesuatu yang juga agak janggal dengan fenomena tumbuhnya investor angkatan pandemi ini. Walaupun saya mengakui bahwa tumbuh pesatnya investasi pemula pasca pandemi sangatlah bagus bagi pertumbuhan investor domestik di Indonesia tetapi, beberapa yang saya lihat sepertinya hanya bermodalkan asal terjun tanpa mempelajari dan yang penting apa kata dia beli ya beli, apa kata dia jual ya jual. Apakah mereka yang ikutan terjun dalam dunia investasi hanyalah bedasarkan tren FOMO saja atau memang mereka melihat kesempatan? Itu lah yang saya pertanyakan

Lantas, apa beberapa alasan yang memungkinan terjadinya pertumbuhan investor angkatan Covid-19. FOMO atau Fear of Missing Out. Saya sempat melihat beberapa berita investor  yang diantara  menggunakan uang panas untuk berinvestasi di pasar modal sampai ratusan juta pada salah satu saham, karena merasa mereka bisa menghsilkan keuntungan cepat dan membelinya pada saat di puncak atau sudah saat kereta tersebut melaju cepat. 

Sehingga saat mereka yang menggunakan uang panas membeli saham tersebut malah nyangkut dan boncos rugi puluhan juta rupiah, mereka bingung bagaimana membayar hutang tersebut. Ada yang sebagian karena ikut-ikutan temannya yang selalu membahas saham karena sedang tren membicarakan tentang saham tetapi saat masuk, tidak menggunakan perhitungan matang dan asal ikut saja. Saat rugi, mereka menyalahkan temannya karena hanya ikut-ikutan. 

Disamping itu saya mungkin agak heran saja, walau pertumbuhan minat investasi mereka tergolong tinggi dan antusias, tapi apa mereka juga mau menerima risiko tinggi dalam pasar modal yang dimana pasar modal sendiri risikonya saja besar jika tanpa perencanaan, apalagi para pom-pomers saham dikalangan artis yang mempromosikan suatu emiten saham. 

Bayangkan saja, banyak investor awal yang baru masuk dunia pasar modal tiba-tiba artis ini mempromosikan suatu saham, katakanlah saham PGAS. Saat mempromosikan PGAS dengan mengatakan keuntungan sekian persen dalam 2 jam otomatis investor baru ini akan mengikuti apa kata mereka sehingga mereka beli pada saat harga sudah tinggi dan orang yang menyarankan tersebut bisa langsung keluar sehingga saham PGAS pun langsung amblas. Niatnya sih cuan ikut-ikut saran ataupun kena pom-pom tapi malah kecelakaan di bursa apalagi kalau investasinya pakai uang panas, selamat kamu selain serakah, kamu menghancurkan dirimu sendiri. 

Jika memang ingin serius menjadi seorang investor di pasar saham, kamu harus benar-benar tahu apa yang kamu jalani dan bagaimana cara mekanisme saham bekerja (yang penting tahu saja, kalau tidak mau sampai dalam ya tidak apa yang penting kalau saham membentuk pola kamu tahu saham itu akan kemana arahnya). Kamu sangat-sangat perlu mempelajari perusahaan yang kamu beli dan tidak bisa sembarangan membeli. Kamu tahu bank bca dan sahamnya, tapi apa kamu tahu inti dari bisnis mereka bagaimana? bagaimana cara mereka mendapatkan uang? atau bagaimana dengan bisnis consumer goods menghasilkan uang? bagaimana produk yang dia hasilkan, apa produknya, bagaimana keuntungna pertahunnya?. Investor baru atau investor lama wajib berpegang terguh pada pedoman itu agar para investor bisa mengerti dan yakin mengapa para investor membeli perusahaan tersebut. Jadi, tidak asal saja membeli hanya karena sering membeli produk tersebut bukan berati kita yakin produk ini akan selamanya bagus, belum tentu. 

Pandemi covid-19 ini memang adalah kesempatan besar bagi kita untuk mulai investasi karena saham-saham yang sedang hancur melewati batas sehingga, kita bisa membeli dengan harga yang sangat-sangat murah. Tapi kalau hanya ikut-ikutan dan masih menjadi maba di dunia pasar saham sehingga merasa paling ahli, mungkin kamu hanya investasi berdasarkan tren. Bukan hanya karena melihat kesempatan dan kesadaran mengapa harus investasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun