Mohon tunggu...
Rey Suara
Rey Suara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulis salah satu alternatif untuk mengungkapkan semua kata yang sulit terucap

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Menemukan Mu Part I

8 Februari 2023   20:30 Diperbarui: 8 Februari 2023   20:34 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hampa, satu kata yang dapat menggambarkan suasana hati arum saat ini. Kehilangan sosok yang sangat ia cinta membuat hidupnya seolah tidak berarti. Seakan emosi dalam raga tak ada lagi. Hari ini Arum kembali lagi ke pantai, tempat yang selalu ia datangi setahun belakangan ini. Satu satunya tempat yang dapat membuat ia sedikit merasa hidup kembali. Ia hanya duduk dibawah pohon cemara sambil menatap laut di depannya. Entah kenapa, setiap ia menatap laut ada perasaan tenang dan ada perasaan hangat di hatinya secara bersamaan. 

Disatu sisi Aras yang tengah sibuk memotret pantai dan sekitarnya tidak sengaja melihat sosok wanita yang duduk di bawah pohon  dibalik kameranya. Aras lalu memotret wanita itu. Tatapan matanya kosong, membuat Aras bertanya-tanya apa yang sedang wanita itu pikirkan. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari tatapan orang-orang lain ke arahnya yang merasa kagum dengan kecantikan yang ia miliki termasuk Aras. Lalu Aras kembali menyusuri pantai. Melanjutkan langkahnya sambil melihat wanita itu kembali yang tidak bergeming sedikitpun dari tempat duduknya. 

Matahari mulai menyembunyikan sinarnya menandakan hari mulai petang dan Arum beranjak dari tempat duduknya meninggalkan pantai dan kembali ke apartemen. Arum memutuskan untuk hidup sendiri, Ia tidak mau membuat keluarganya ikut bersedih dengan melihat keadaan dirinya yang sekarang yang tampak menyedihkan. Ia memilih tinggal di apartemen yang dekat dari pantai sambil menyembunyikan rasa sakit dari kenangan masa lalu yang terus mengikuti, enggan meninggalkan ia sendiri yang entah sampai kapan. Ia hanya berharap suatu hari nanti ia dapat melupakan semuanya, berdamai dengan masalalu dan menjalani hari dengan bahagia.

Keesokan harinya Arum kembali ke pantai, duduk ditempat yang sama dibawah pohon cemara sambil melihat jauh ke arah laut.
Entahlah ia tidak pernah bosan melakukan itu, baginya merasakan perasaan tenang dan hangat melihat laut sudah cukup dibandingkan kekosongan dan kehampaan akibat rasa sakit yang telah ia alami.

Sedangkan Aras yang tengah menghabiskan liburan di pantai melihat kembali sosok wanita yang mencuri perhatiannya kemarin. Duduk ditempat yang sama dengan tatapan jauh ke laut membuat Aras memberanikan diri untuk mendekatinya. "Kau suka laut ?" Ucap Aras membuka percakapan. Arum menoleh melihat siapa yang mengajaknya berbicara dan mengangguk. "Boleh aku duduk?" sambung Aras yang disambut anggukkan oleh Arum kembali. Suasana hening hanya terdengar suara ombak dan desiran angin, Aras bingung dengan apa yang telah dilakukannya. Tidak biasanya dia sok akrab begini dengan orang asing dan ini pertama kali dia seperti ditarik menuju wanita yang disampingnya. Seolah olah ada benang yang menghubungkan mereka.

"Emm kemarin aku juga melihatmu duduk disini, kau lagi liburan?" Aras mencoba memecahkan keheningan, namun wanita disampingnya hanya menggelengkan kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun dari tadi. "Apa dia bisu? sejak tadi dia hanya mengangguk dan menggelengkan kepala saat aku bertanya" gumam Aras yang setengah bingung. "Kau membawa kameramu lagi, apa kau mengambil fotoku seperti kemarin?" ucap Arum yang tetap menatap laut tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. Aras yang mendengar Arum berbicara sedikit senang namun seketika berubah menjadi malu, karena Arum menyadari dia telah memotretnya diam-diam kemarin. "Maafkan aku" Aras sangat malu sekarang. "Tidak apa, tapi bolehkah kau menghapus fotoku?" kali ini Arum mengalihkan pandangannya dari laut dan menatap Aras. "Baik akan aku hapus, sekali lagi maafkan aku mengambil fotomu tanpa persetujuan dari mu sebelumnya." Aaah Aras merasa seperti sedang mencuri dan ketahuan oleh sang pemilik. Dia tidak menyangka wanita ini menyadarinya. Lagi dan lagi Arum hanya membalas permohonan maaf Aras dengan anggukan saja.

Telpon Aras berdering, dilihatnya layar ponsel miliknya. Temannya menelpon dan menyuruh Aras untuk kembali ke mess. "Aku kembali dulu, temanku sudah menunggu. Sampai jumpa." Aras meninggalkan Arum sambil melambaikan tangan yang dibalas dengan anggukan oleh Arum. Aras berharap dapat melihatnya lagi.
"Ah aku lupa bertanya namanya" sambil menggaruk kepalanya Aras kembali menuju mess.

Bersambung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun