Mohon tunggu...
reyka diandra
reyka diandra Mohon Tunggu... Lainnya - seorang pelajar 🌸

seorang pelajar yang sedang belajar cara berekspresi dan mengungkapkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jarak Bukan Masalah, Langkah atau Kata Mungkin

14 Maret 2020   22:07 Diperbarui: 14 Maret 2020   22:06 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Analisa

      Tema seputar romansa yang diangkat dalam kisah Alana dan Wingga, menurut saya, sangat strategis. Karena banyak diminati oleh berbagai kalangan umur dan ketegori pembaca, serta tidak akan pernah mati gaya.

     Secara spesifik saya menyukai tema minor mental health yang tergambarkan dengan cukup kental dalam cerita, dari pengalaman masa lalu personal baik Alana, maupun Wingga. Walaupun pembahasannya tidak terlalu tajam, tapi tidak banyak memang buku novel fiksi remaja yang membahas tentang tema mental health, secara spesifik trauma, dengan cara yang terbuka, seperti 'Too Far to Hold'. Novel tidak berusaha untuk mempermalukan karakter untuk mempunyai gangguan kesehatan mental, maupun meromantisasi keadaan mereka, tapi justru memberikan konklusi yang positif, dengan anjuran bahwa penyakit mental dapat disembuhkan dengan cara mengunjungi tenaga profesional.


     Alana dan Wingga, merupakan duo tokoh utama dari novel 'Too Far to Hold'. Alana merupakan seorang siswa kelas 10 IPS yang memiliki bakat dan kecintaan dalam fotografi, memiliki trauma masa lalu seputar kematian ibunya dan merasa rendah diri terhadap dirinya sendiri. Pembawaannya riang dan ceria, serta cara pikirnya unik dan cenderung rebel. Sementara Wingga merupakan senior Alana, siswa kelas IPA dan langganan olimpiade sains yang amat sangat logis dan ambisius. Di belakangnya, Wingga mempunyai daddy conflict yang cukup dalam dan kebingungan untuk menghadapi baik masa lalunya, maupun masa depannya.


     Keduanya tergambarkan dengan cukup jelas, melalui sudut pandang masing-masing, tindakan yang dilakukan, serta pembicaraan mereka dengan sesama karakter. Alana dan Wingga, berbagi peran sebagai narator dalam buku, sehingga pembaca dapat menyelami lebih dalam masing-masing perasaan mereka dan peubahan pandangan mereka terhadap satu sama lain selama durasi buku.

     Perkembangan karakter sangat terlihat bagi kedua karakter utama, dan Robert yang merupakan rival utama Wingga dalam mendapatkan perhatian Alana. Tapi kurang tergambarkan bagi karakter lainnya, seperti teman-teman Alana dan Wingga secara umum dan Devo, yang pada awalnya diantisipasikan sebagai rival kedua. Sehingga novel paling banyak hanya berpusat pada hubungan Alana dengan Wingga, dan kurang menyentuh hubungan lainnya diluar mereka berdua.


     Novel dibawakan dari sudut pandang pertama Wingga dan Alana secara bergantian, dengan bahasa yang santai dan mudah diikuti. Sementara Wingga lebih serius dan berorientasi logika dalam penceritaannya, Alana lebih lepas dan emosional. Pergantian sudut pandang mereka terbatasi dengan jelas dengan perbedaan bab, dan dialokasikan secara tepat sehingga membuat pembaca tetap mengerti apa yang sedang terjadi, tapi juga berdebar-debar menantikan apa yang akan terjadi.


     Bacaan beralur campuran, maju secara umum, menceritakan perkembangan hubungan Alana dan Wingga, serta mereka menyelesaikan maslah mereka masing-masing. Tapi di bagian-bagian tertentu ada narasi yang mundur, untuk menceritakan masa lalu para karakter untuk memperjelas suasana. Alur mundur digambarkan dalam bentuk mimpi, nostalgia, mapun permbicaraan antar karakter.


     Kebanyakan cerita berlangsung di sekolah dan rumah para karakter, serta kadang-kadang tempat yang mereka kunjungi, seperti restoran dan atap hotel. Suasananya berubah sesuai dengan keadaan didalam buku, tapi dominan cukup kondusif. Sementara novel menceritakan kurang lebih tiga atau empat bulan perjalanan kisah Alana dan Wingga.


     Pesan moral yang dapat saya ambil dari 'Too Far to Hold' ada dua, yaitu; pertama, cinta pertama hanya bisa terwujud ketika seseorang diantara dua memiliki keberanian untuk memulai dan masa lalu pasti dapat dilalui, apabila kita mau bantuan orang lain dan tidak malu untuk menemui tenaga ahli.


     Meskipun Fifi Alfiana sebagai penulis tidak menceritakan secara spesifik latar belakang atau riset yang ia lakukan untuk pembuatan buku, dapat dilihat dari penanganan dari problem yang ada dalam cerita, contohnya dalam menyelesaikan trauma Wingga, bahwa Fifi merupakan penulis yang berpengalaman dan berbagai skenario yang terjadi di dalam karyanya bukan mengada-ngada, tapi memiliki basis serta penyelesaian yang realistis dan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun