Mohon tunggu...
Reyne Raea
Reyne Raea Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Influencer Surabaya

Panggil saya Rey, mom blogger di reyneraea.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ternyata Ini Alasan Mengapa Pemerintah Mengharuskan Usia Anak Masuk SD Minimal 7 Tahun

16 Maret 2018   08:00 Diperbarui: 12 Desember 2018   15:50 30807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamu'alaikum :) 

Saat-saat sekarang ini, harusnya menjadi masa terempong bagi para orang tua yang mana anaknya bakal masuk SD di tahun ini.  Setidaknya bagi mereka yang memilih sekolah swasta bagi putra-putrinya.

Seperti kisah kami setahun yang lalu,  saat mengurus Darrell masuk SD dalam Drama Masuk SD. Kami bahkan sudah inisiatif sejak Desember 2016 indent pembayaran uang masuk SD kakak Darrell.

Namun karena sesuatu dan lain hal,  test masuk SD nya bisa baru bisa diadakan di bulan Februari 2017. Saat-saat  seperti ini,  biasanya bakal muncul lagi masalah perdebatan para orang  tua yang tak pernah lekang oleh waktu. Apalagi kalau bukan usia yang pas  buat anak masuk Sekolah Dasar.

Sebagian menganggap bahwa anak masuk SD sebaiknya pada usia 7 tahun,  minimal 6,5 tahun. Namun sebagian juga berpendapat,  usia bukanlah patokan utama,  asal anak sudah bisa calistung,  gak bakal ada masalah.

Para  orang tua yang mempunyai pemikiran seperti pillihan kedua di atas  biasanya menyamakan dengan pengalaman mereka sendiri saat masuk SD yang  mana bahkan ada yang usia belum genap 5 tahun, sudah masuk SD karena  (katanya) dia cerdas dan bisa ngikutin semua pelajaran yang ada.

Saya sendiri saat kecil masuk SD di usia 5 tahun, bukan karena saya cerdas atau pintar, maklum dulu saya gak pernah masuk TK *hiks. Melainkan  karena dulu saya sangat dekat dengan kakak saya, Jouke. Jadinya saat  kakak harus masuk SD saya yang terbiasa dibesarkan dengan apa-apa selalu  gak dibedakan antara saya dan kakak, pun ingin mengikuti kakak masuk  SD, dan jadilah saya masuk SD (ceritanya buat ikut-ikutan saja) pada  usia 5 tahun.

Awalnya, orang tua mengatakan gak apa-apa  jika saya masih kurang dalam pelajaran dan akhirnya harus tinggal  kelas, eh ternyata saya bisa mengikuti pelajaran meskipun gak masuk  dalam kategori pandai seperti kakak yang waktu itu usianya sudah cukup,  jadinya sayapun ikut naik kelas.

Kembali ke masalah perdebatan usia yang pas untuk anak masuk SD. Saat  kakak Darrell masuk SD, usianya sudah 6,5 tahun. kami sebenarnya gak  merencanakan masalah usianya berapa pas masuk SD, hanya saja karena dia  lahir di bulan tanggung plus waktu usianya 4 tahun saya memutuskan  kembali bekerja kantoran dan menitipkannya di daycare.

Oleh  bunda-bunda (guru) di sekolahnya, disarankan agar kakak Darrell masuk  TK di usia 4,5 tahun. Dan akhirnya lulus TK di usia 6,5 tahun. Beruntung  untuk SD swasta tidak mematok usia anak harus minimal 7 tahun saat  masuk SD, bahkan informasi yang saya baca di tahun 2016 lalu, SD swasta  menerima anak SD usia minimal 5 tahun 3 bulan.

Jadi untuk usia  Darrell yang 6,5 tahun itu sudah lebih dari cukup dan Alhamdulillah  ternyata banyak temannya yang seusia dia, bahkan ada yang lebih muda. Sayapun tidak terlalu larut pada  perdebatan usia anak saat masuk SD, toh kakak Darrell gak ada masalah  usia. Meskipun demikian, di dalam hati masih bertanya-tanya, apa  sebenarnya maksud ada batasan usia anak masuk SD?

Padahal saya dulu  masuk SD lebih cepat juga bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan  masuk dalam kategori murid yang bisa bersaing dalam hal intelektual *tsaahh. Dan  efek baiknya, saat memutuskan untuk nganggur sejenak saat lulus STM,  saya masih bisa kuliah dengan teman-teman yang se usia (iya, saya pernah  nganggur setahun setelah lulus STM, kapan-kapan diceritain deh, pede  aja serasa ada yang mau baca hahaha)

Sampai akhirnya kakak Darrell masuk SD, dan melewati bulan ke tiga hingga semester 2 di kelas 1. Awal-awalnya sih, pelajaran yang diberikan sangat mudah, bahkan gak jauh beda dengan materi yang dia dapatkan di jenjang TK. Dari mengenai angka dan huruf, mengeja kata dan sejenisnya.

Bahkan  materinya tidak lebih dari bermain sambil belajar, yaitu mewarnai  angka, huruf, mengenal anggota tubuh sambil bernyayi dan berbagai  kegiatan seru dan menyenangkan bagi anak-anak lainnya.

Di sekolah Darrell ada yang namanya Tema (entah sekolah lain ya hehehe), setahun ada 6 tema pelajaran. Dalam  1 tema, ada 4 sub tema, dan setiap akhir 2 sub tema ada evaluasi.  Kemudian setelah selesai 1 tema, akan ada yang namanya UAT atau Ujian  Akhir Tema. Jadi, jika setahun ada 6 tema, kakak Darrell bakal mengerjakan 6 kali UAT dan 12 kali Evaluasi hahaha.

Enakan zaman old ya, ujiannya cukup 2 kali dalam setahun untuk semester dan 3 kali untuk catur wulan *Generasi 90an. Sisi  asyiknya, mereka jarang punya PR, hanya ada 1 PR dalam seminggu, itupun  diberikan di hari Jumat dan dikumpulkan di hari Senin. Kakak Darrell melewati UAT Tema 1 yang namanya OURSELVES dengan nilai yang fantastis bikin maminya terharu plus bahagia.

Nilai-nilainya sempurna dan hanya ada sedikit yang nyaris sempurna, Masha Allah Tabarakallah, Alhamdulilah.. Wajar  saja sih sebenarnya, karena materinya masih sangat dasar, ditambah dia  sudah diajarkan calistung sejak TK bahkan sampai tahap tambah kurang,  plus juga dia terlatih menulis saat mengerjakan PR Kumon.

Jadinya dia bisa mengerjakan semua tantangan di Tema pertama yang terbilang sederhana. Memasuki Tema berikutnya, saya mulai mengernyitkan dahi, materinya mulai bikin deg-degan. Gimana enggak? di tema tersebut sudah mulai ada bahasan pelajaran yang seingat saya dulu kita pelajari di kelas 2 atau 3 SD.

Hal  tersebut makin bertambah saat memasuki semester 2 dan mereka masuk tema  4 yaitu Enterpreneur. Tema pelajarannya makin sip dong. Sudah membahas tentang perubahan bentuk, dan lain-lain. Jauh banget dari ingatan saya akan kelas 1 di tahun 1980an *oppsss hahaha

Lepas  dari semua kekhawatiran saya, Alhamdulillah kakak Darrell masih bisa  mengikuti semua materinya dengan baik.  Bahkan selama masuk SD hingga  hari ini, dia hanya pernah mengikuti remidi 1 kali saja untuk evaluasi. Saat itu dia mendapat nilai 78, sedang nilai minimum di sekolahnya harus 80.

Fiuuhhhh....
Dan di saat beginilah saya menyadari, mengapa pemerintah mengharuskan,  bahkan dengar-dengar mewajibkan usia minimum 7 tahun saat masuk SD, gak  tau berlaku atau enggak, karena keponakan saya, bisa masuk SDN kelas 1  dengan usianya 5,3 tahun.

Terlepas dari semua fasilitas  yang kakak Darrell dapatkan dibandingkan dengan adik sepupunya yang  masuk SD pada usia 5 tahun. Saya rasa, usia lah yang membantu sel-sel  berpikir anak lebih matang dalam menerima pelajaran. Karena materi pelajaran anak SD zaman now itu jauuuhh beda dengan materi SD kita zaman very veerrryyy old hahaha.

Dan  gak ada faedahnya juga tiap hari kita teriak-teriak minta pemerintah  menerapkan materi pelajaran kayak di negara Finlandia CMIIW. Saya rasa tidak semudah itu menerapkannya di negara kita yang begitu komplek dengan permasalahan ini. Salah  satu cara untuk mempersiapkan anak agar tidak terbebani materinya yang  aduhai itu adalah, dengan tidak mengikuti ego kita untuk mempercepat  anak masuk SD.

Bukannya apa-apa, KASIHAN aja . Kasihan anak-anak, plus kasihan gurunya LOL Tau gak sih? menjadi guru atau wali kelas 1 itu berat banget. Wali kelas kakak Darrell mengiyakan hal itu. Mereka  harus sekuat tenaga memikirkan cara terbaik mentransfer ilmu yang luar  biasa itu ke para murid yang notabene masih dalam tahap peralihan dari  sekolah yang boleh main melulu, ke sekolah yang harus mengerti lebih  formal.

Dengan usia anak yang lebih matang, maka  kemampuan berpikir mereka baik dalam menerima pelajaran maupun  kemandirian lebih baik lagi. Gak usahlah memikirkan  anak-anak usia 5 tahun sudah SD, di kelas kakak Darrell aja, sebagian  besar teman-temannya sudah berusia seperti Darrell yaitu minimal 6,5 tahun bahkan ada yang sudah 7 tahun.

Itupun masih saja membuat wali kelasnya ngos-ngos an mendidik mereka. Dari yang suliiittt banget diminta lebih tertib, gak boleh berantem, sampai urusan ke toilet. Sampai-sampai  wali kelasnya rela nongkrong di toilet menanti murid yang lagi pup  hanya demi memastikan si murid bisa membersihkan duburnya dengan bersih. Secara mereka harus sholat Dhuhur berjamaah setiap hari.

*pukpuk miss Vivinhehehehe.

Belum  lagi, untuk yang full day school kayak kakak Darrell, yang mana mereka  kadang harus gonta ganti baju di sekolah saat ada kegiatan pramuka atau  extrakurikuler. Kalau anak belum bisa mandiri memakai baju sendiri, dijamin gurunya puyeng hahaha.  Itu untuk sekolah swasta, yang mana gak peduli gaji gurunya berapa, tapi biaya pendaftaran maupun SPP perbulannya..

hikssss... LEBIH MAHAL DARI SPP KULIAH SAYA DULUHHH!!!

Oii Rey, sadar diri, eloo itu kuliahnya udah puluhan tahun lalu hahaha. Bayangin untuk sekolah negeri yang notabene katanya gratis, plus (katanya  juga) gaji gurunya gak semua memuaskan. Apa gak ngehek tuh gurunya harus turun tangan nongkrong di toilet ditemani bau yang  aduhai demi memastikan si murid gak menimbulkan bau di kelas? hahahaha. 

Gak tau lagi sih, kalau emang ada anak yang kece abis, masih 5 tahun sudah mandiri kayak usia 7 tahun. Tapi yang saya lihat di kelas kakak Darrell ya kayak gitu, hahaha. Selain  dari masalah kemandirian, merujuk dari teori-teori parenthing, yang  mana di usia segitu otak anak masih dipengaruhi oleh bermain, kan  kasihan aja jika harus dicekoki materi yang aduhai juga. Pun juga kalau ada orang tua yang beralasan. "Anak saya sudah mampu kok, buktinya dia sekolah baik-baik saja!"

Saya kok kurang yakin ya? emang anak kecil sudah bisa menyuarakan kemampuannya? Kalau bukan kita orang tua yang mau menyelami kemampuannya? Apapun  itu, saya rasa memberikan beban sesuai kemampuan anak adalah hal yang  terbijak bagi kita, jangan sampai karena 'dipaksa' menanggung beban  berat di saat usianya belum mumpuni, membuat sang anak, gak pernah bisa  tumbuh dewasa atau dengan kata lain telat dewasanya.

Kayak siapa yaaa? Oh iyaaa.. itu kan saya hahaha Iya, saya emak yang kadang childish, mungkin karena saya masuk SD kelewat cepat hahaha. Ada yang anaknya bakal masuk SD tahun ini? share kerempongannya yuk bunda :) Semoga bermanfaat.

Sidoarjo - 16 Maret 2018
Love
REYNE RAEA
*Artikel ini juga dimuat di blog pribadi saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun